Kelayakan Usaha Kerajinan Keranjang Bambu



                                      PENDAHULUAN           
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak keaneka ragaman, termasuk dalam hal budaya. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Poerwadarminta,1984). Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga dengan baik oleh para penerus bangsa dan digunakan sebagai acuan bangsa Indonesia dalam mendefinisikan apa yang disebut kebudayaan bangsa, seperti yang terdapat pada penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Keadaan perekonomian Indonesia yang mengalami keterpurukan pada tahun 1998 atau yang dikenal dengan krisis ekonomi telah membuat stabilitas ekonomi Indonesia terganggu baik secara mikro maupun secara makro. Belum kokohnya perekonomian Indonesia ini maka pemerintah terus berupaya untuk memulihkan dan meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi. Kerajinan tangan keranjang bambu merupakan salah satu usaha yang kemungkinan layak untuk dikembangkan, karena merupakan salah satu cabang usaha off farm yang dapat digunakan untuk mendorong pembangunan ekonomi pedesaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pelaku usaha keranjang bambu.Kerajinan tangan keranjang bambu ini banyak terdapat di di Huta Sirpang Sigodang, Nagori Sigodang Timur, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun. Peluang untuk pengembangan kerajinan tangan keranjang bambu di desa tersebut masih terbuka luas. Hal ini karena bahan bakunya tersedia melimpah dan merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga. Kenyataannya dalam perkembangan usaha kerajinan tangan keranjang bambu di Nagori Sirpang Sigodang masih memiliki berbagai kendala dan masalah. Kendala dan masalah yang dihadapi seperti peralatan yang masih tradisional sehingga proses produksi membutuhkan waktu yang lama. Kendala yang lainnya yaitu minimnya modal usaha sehingga perlu adanya pinjaman modal dari lembaga keuangan.
Strategi pengembangan kerajinan keranjang bambu diperlukan untuk menganalisis apa yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agar usaha kerajinan tangan keranjang bambu tersebut dapat berkembang dengan baik. Faktor-faktor yang menghambat proses produksi keranjang bambu terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kekuatan seperti keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus mudah di peroleh, produk ramah lingkungan. Faktor internal kelemahan untuk peningkatan jumlah produksi, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan produk mengikuti harga pasar, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. Faktor eksternal peluang seperti keranjang bambu selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, adanya  permintaan keranjang bambu yang lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern. Faktor eksternal ancaman seperti angin besar yang dapat merusak batang bambu, cuaca mendung menghalangi proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga menganyam produktif sulit. Mengatasi faktor-faktor yang menghambat proses produksi maka dibutuhkan strategi pengembangan usaha kerajinan tangan keranjang bambu yang harus disesuaikan dengan permasalahan pada usaha tersebut. Strategi pengembangan akan berpengaruh dalam mengatasi masalah dan kendala yang ada pada usaha kerajinan tangan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur Kecamatan Panei.
Berkembangnya teknologi diharapkan dapat meningkatkan produksi kerajang bambu. Adanya teknologi modern seperti alat pengering iratan dan alat pembelah bambu diharapkan bisa membantu pengrajin dalam meningkatkan hasil produksi. Pemenuhan peralatan yang modern membutuhkan modal yang besar sehingga pengrajin memerlukan tambahan modal yang dapat diperoleh dari lembaga keuangan baik dari lembaga keuangan pemerintah maupun swasta. Produksi keranjang bambu dapat dilakukan secara kontinue akan tetapi hasilnya belum bisa mencukupi permintaan pasar. Strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan permintaan anyaman keranjang bambu. karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.







B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.    Apakah usaha kerajinan keranjang bambu layak diusahakan?
2.    Apa saja yang menjadi faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung pengembangan kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur?
3.    Bagaimana strategi pengembangan kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1.      Mengetahui kelayakan usaha kerajinan keranjang bambu.
2.       Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung pengembangan kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur.
3.       Untuk mengetahui strategi pengembangan kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur.


D.    Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.     Bagi pengrajin bambu dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan tentang strategi-strategi untuk mengembangkan usahanya agar menjadi lebih baik lagi.
2.    Bagi penulis, akademisi dan pembaca dapat memberikan pengetahuan dan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
3.    Bagi pemerintah khususnya pemerintah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun dapat memberikan sumbangan pemikiran pemikiran dan pertimbangan yang dapat dijadikan sebagai kebijakan-kebijakan yang dapat membantu mengembangkan usaha kerajinan keranjang bambu yang ada di Nagori Sigodang Timur.




TINJAUAN PUSTAKA
A.    Landasan Teori
1.      Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha dapat berarti kepantasan untuk dikerjakan dari suatu usaha, sedangkan kelayakan usaha yaitu upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha atau kepantasan suatu usaha untuk dikerjakan atau diusahakan.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan proyek terdiri aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Namun tergantung pada besar dan kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka juga terkadang ditambah dengan studi dampak sosial.  Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan adalah: 
a.         Aspek hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai ijin-ijin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar hukum yangharus dipegang, apabila di kemudian hari timbul masalah. Dokumen yang diperlukan meliputi:Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris, Bentuk badan usaha, serta keabsahannya dan bentuk badan usaha tertentu, seperti PT dan Yayasan harus disahkan oleh Departemen Kehakiman, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di samping dokumen di atas, perusahaan juga perlu memiliki ijin-ijin tertentu, yaitu Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), diperoleh melalui Departemen Perdagangan, Surat Ijin Usaha Industri (SIUI), diperoleh melalui Departemen Perindustrian, Ijin domisili, diperoleh melalui kelurahan setempat, Ijin mendirikan bangunan (IMB), diperoleh melalui pemerintah daerah setempat, Ijin gangguan, diperoleh melalui kelurahan setempat Selain itu juga dibutuhkan beberapa dokumen penting lainnya, antara lain : Bukti diri (KTP/SIM), Sertifikat tanah dan Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)
b.        Aspek Pasar dan Pemasaran
Setiap usaha yang akan dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Dalam aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu dijabarkan adalah;
·          Ada-tidaknya pasar (konsumen)
·          Seberapa besar pasar yang ada
·          Peta kondisi pesaing, terutama untuk produk yang sejenis
·         Perilaku konsumen
·         Strategi yang dijalankan untuk memenangkan persaingan dan merebut pasar yang ada.
Dalam penentuan pasar ada beberapa kriteria pasar yang harus diukur untuk mempermudah penentuan pasar sasaran, yaitu :
·         Pasar potensial adalah sekumpulan konsumen yang menyatakan tingkat minat yang memadai terhadap penawaran pasar.
·         Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan, akses dan kualifikasi untuk penawaran pasar tertentu.
·         Pasar sasaran (pasar terlayani) adalah bagian dari pasar tersedia yang akan dimasuki oleh perusahaan berdasarkan pada kesiapan dan kebijakan perusahaan. Dalam menentukan pasar tersebut maka akan dilakukan survei terhadap populasi yang telah ditentukan.
c.    Aspek Keuangan
Dalam aspek keuangan, hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah investasi, biaya-biaya dan pendapatan yang akan diperoleh. Besarnya investasi berarti jumlah dana yang dibutuhkan, baik untuk modal investasi pembelian aktiva tetap maupun modal kerja, selain itu juga biaya-biaya yang diperlukan selama umur investasi dan pendapatan. Untuk dapat melakukan penilaian investasi, maka sebuah perusahaan harus memubuat laporan keuangan.
d.   Aspek Teknik/Operasi
Dalam aspek teknis atau operasi, hal-hal yang perlu digambarkan adalah :
·         Lokasi usaha
Lokasi merupakan tempat melayani konsumen. Dengan demikian, maka perlu
dicari lokasi yang tepat sebagai tempat usaha
·          Penentuan layout/tata letak
Penentuan layout perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan
faktor keamanan, kenyamanan, keindahan, efisiensi, biaya, fleksibilitas. Kemudian layout juga harus memudahkan untuk melakukan pemeliharaan ruangan atau gedung.
·         Teknologi yang digunakan
Teknologi yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan teknologi saat inidan yang akan datang, serta harus disesuaikan dengan luas produksi, supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas.
·         Volume produksi
Volume produksi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume operasiyang berlebihan akan menimbulkan masalah dalam penyimpanan, sedangkan volume produksi yang kurang akan menyebabkan hilangnya pelanggan.
·          Bahan baku dan bahan penolong
Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan volume produksi.
·         Tenaga kerja
Meliputi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan kualifikasi yang sesuai dengan pekerjaan yang ada agar penyelesaian pekerjaan bisa lebih cepat, tepat dan hemat.
e.    Aspek Ekonomi Sosial
Dampak ekonomi meliputi :
·         Jumlah tenaga kerja yang tertampung, baik yang bekerja di pabrik maupun masyarakat yang di luar pabrik
·         Peningkatan pendapatan masyarakat
Dampak sosial yang muncul akibat adanya usaha berupa tersedianya sarana dan prasarana, antara lain :
·          Pembangunan jalan
·         Penerangan
·          Sarana telepon
·          Sarana air minum
f. Aspek finansial
Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis layanan Personal Info Services. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan tersendiri bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil langkah strategi terhadap penyelenggaraan bisnis.Untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis.
Kelayakan usaha mendukung strategi Turn-around dapat diketahui berdasarkan beberapa kategori atau kriteria (Suratiyah, 2006). Beberapa kriteria untuk mengetahui kelayakan usaha yaitu produktivitas modal dan R/Cratio.
a)      R/C Ratio
            R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/Cratio yang semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani dalam melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 2005). Analisis revenue cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
R/C ratio =
Kriteria :                                                                                      
Bila R/C ration >1, maka Usaha dikatakan layak
Bila R/C ration =1, maka Usaha dikatakan impas
Bila R/C ration <1, maka Usahatidak layak diusahakan
b)      Produktivitas Modal (Ï€/C ratio)
Produktivitas modal atau π/C ratio merupakan perbandingan antara produktivitas modal dengan suku bunga yang berlaku. Produktivitas modal atau π/C ratio secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Ï€/C ratio =
Keterangan:
Ï€/C         = Produktivitas Modal
Ï€             = Keuntungan
TC          = Biaya Total (total cost)

2.      Konsep strategi
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Hameldan Prahalad dalam Rangkuti, 1997).Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep konsep tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
b.      Competitive Advantage : kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

3.      Tipe-tipe Strategi
Strategi pada prinsipnya dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis (Rangkuti, 1999).
a.       Strategi manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi pengembanganpasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.
b.      Strategi investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau divestasi.
c.       Strategi bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produk atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi yang berhubungan dengan keuangan.
4.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SWOT
Menurut Suryatama (2014), menyatakan ada dua faktor yang bisa mempengaruhi analisis SWOT, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Mengetahui apa saja yang ada di dalam faktor internal dan faktor eksternal bisa dilihat dalam ulasan sebagai berikut:
a.       Faktor Internal
Dua huruf pertama dalam akronim strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan dalam melihat faktor internal yang berati sumber daya dan pengalaman yang tersedia bagi bisnis anda. Contoh daerah ini meliputi hal-hal seperti berikut :
1.      Sumber daya keuangan seperti pendanaan, pendapatan, dan peluang investasi.
2.      Sumber daya fisik seperti lokasi industri kecil, fasilitas, dan peralatan.
3.      Sumber daya manusia seperti karyawan, relawan, dan khalayak sebagai sasaran.
4.      Proses saat ini seperti program kerja, departemen penyusunan, dan sistem perangkat lunak.

b.      Faktor Eksternal
Hakekatnya sebuah perusahaan, organisasi dan individu dipengarui oleh kekuatan eksternal baik terhubung langsung atau tidak langsung untuk sebuah kesempatan dan ancaman, masing-masing faktor sangat penting. Faktor eksternal biasanya merupakan referensi anda atau perusahaan yang tidak bisa dikontrol seperti berikut :
a.      Tren pasar seperti adanya produk-produk baru dan teknologi atau pergeseran kebutuhan khalayak.
b.      Tren ekonomi seperti lokal, nasional, dan tren finansial skala internasional.
c.       Pendanaan seperti sumbangan, lembaga, dan yayasan lainya.
d.      Demografi seperti target usia dari khalayak, ras, gender, dan budaya.
5.       Analisis SWOT
Kottler (2005), dalam bukunya yang berjudul manajemen pemasaran menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. Menurut Suryatama (2014), SWOT adalah sebuah singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunites (O), dan Threats (T). Analisis SWOT sendiri merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang di gunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
a.      Strength
Strength atau kekuatan adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.Strength merupakan faktor internal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya, keahlian atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier.
b.      Weakness
Weakness atau kelemahan adalah kegitan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang di butuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.Kelemahan itu terkadang lebih mudah terlihat dari pada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada. Weakness merupakan faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas yang tidak lengkap, kekurangan sumber keuangan, kemampuan mengelola, keahlian pemasaran, dan citra perusahaan.
c.       Opportunity
Opportunity atau kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. opportunity merupakan faktor ekternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuanya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapain tujuan dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan pesaing, perubahan teknologi, dan perkembangan hubungan supplier dan buyer.
d.      Threat
Threat atau ancaman adalah faktor negatif dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Threat merupakan faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power dari pada supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru.
6.      Bambu
Tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah beriklim panas ataupun dingin. Bagian tanaman bambu biasa dipergunakan untuk beberapa macam keperluan. Tanaman bambu juga sebagai tanaman yang berjasa untuk menyimpan air di hutan, kebun dan tebing-tebing sungai. Batangnya dipergunakan untuk bangunan, pagar, perabot, kerajinan tangan dan alat musik (Soedjono, 1991). Banyaknya jenis bambu di Simalungun salah satunya yaitu bambu Apus.
Bambu apus memiiliki potensi cukup besar dan banyak ditemukan di lahan-lahan milik rakyat di Kabupaten Simalungun. Bambu tersebut merupakan bambu yang paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan bangunan rumah sederhana atau penunjang bangunan modern. Di Indonesia bambu apus tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal dan belum memiliki nilai tambah yang tinggi. Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi 10-20 m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan, percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu apus 45-46 cm dengan diameter batang 5-8 cm. Batang bambu yang berumur 3-5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3-15 mm. Cabangprimer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya

7.       Bagian Batang Bambu
Menurut Soedjono (1991) batang bambu memiliki 4 bagian yaitu:
a)      Kulit Luar
Kulit luar maksudnya bagian yang paling luar atau paling atas. Warnanya hijau dan ada pula yang hitam (bambu wulung). Yang berkulit luar hitam bila sudah kering berwarna kuning muda. Tebal kulit luar kira-kira 0,1 mm.


b)      Bambu Bagian Luar
Bagian ini maksudnya bagian-bagian yang terletak di bawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah. Tebal bagian ini kurang lebih 1mm. Sifatnya keras dan kaku.
c)      Bagian Tengah
Bagian tengah ini terletak di bawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan elastis. Maka bagian ini merupakan bagian yang baik untuk bahan anyaman halus. Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar, maka dapat dipergunakan sebagai anyaman sedang.
d)     Bagian Dalam
Bagian ini adalah bagian yang paling dalam atau paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati bambu. Sifat seratnya kaku dan mudah patah, maka hanya untuk anyaman kasar.
8.       Anyaman bambu
Menurut Soedjono (1991) menganyam adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pekerjaan ketelitian, ketekunan, maka harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Anyaman bambu adalah anyaman yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku untuk menganyam dengan cara diirat kemudian dianyam. Jenis anyaman bambu ada beberapa macam yaitu anyaman tunggal, anyaman ganda dan anyaman kombinasi. Jenis anyaman bambu yang digunakan dalam kerajinan usaha anyaman keranjang bambu adalah jenis anyaman ganda. Anyaman ganda dibuat dengan cara dua iratan lusi diangkat dan dimasuki satu iratan pakan, secara terus menerus sehingga membentuk sebuah anyaman. Anyaman ganda ini jenis bermacam-macam seperti ganda tiga satu disebut anyaman kepang, ganda empat dan lain sebagainya (Santosa dkk, 2013).
B.      Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Trimoyo (2015) menyimpulkan bahwa usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena nilai R/C ratio sebesar 1,20. Faktor internal yang dapat mendukung dan menghambat yaitu faktor kekuatan yang meliputi keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah lingkungan dan kontinuitas produk lambar, sedangkan untuk faktor kelemahan yaitu minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. Faktor eksternal yang dapat mendukung dan menghambat yaitu faktor peluang yang meliputi lambar selalu terjual, bambu apus mudah diperoleh, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, adanya permintaan lambar yang lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern, sedangkan untuk faktor ancaman yaitu angin besar yang dapat merusak batang bambu, cuaca mendung menghalangi proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga kerja menganyam sulit. Hasil perumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah menambah ukuran produk anyaman bambu (lambar), melakukan manajemen produksi, melakukan pinjaman ke lembaga keuangan dan menggunakan peralatan yang lebih modern.
Berdasarkan penelitian Setiawan (2010) menunjukkan bahwa, keberadaan UKM kerajinan bambu di kampong Pajeleran kelurahan Sukahati telah berlangsung secara turun temurun darigenerasi ke generasi, diperkirakan telah ada sejak tahun 1960-an. Produk furniture bambu yang dihasilkan oleh para pengrajin cukup bervariasi,namun beberapa jenis kerajinan yang rutin atau secara teratur dibuat oleh pengrajin adalah seperti kursi, meja, kerai dan tangga. Diketahui nilai total matriks IFE yang dimiliki oleh UKM adalahsebesar 3,00 dan nilai total matriks EFE yang dimiliki oleh UKM adalahsebesar 3,05. Sehingga dengan demikian pada tahap pencocokan ini UKM masuk dalam sel I yang berarti tumbuh dan membangun. Terdapat tiga alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam upaya mengembangkan usaha kerajinan bambu di wilayah Kampung Pajeleran Kelurahan Sukahati adalah penetrasi pasar, pengembangan/perluasan pasar dan pengembangan produk.Matriks QSPM menetapkan strategi pengembangan produk sebagai strategi yang paling direkomendasikan, dikarenakan memiliki skor TAS tertinggi di antara dua alternatif strategi lainnya.
Berdasarkan Jurnal Valuta (April 2017) dapat ditarik kesimpulan sebagai Struktur pasar pada usaha Tas Rajut Industri pengolahan kreativitas Tali Kur dikota Pekanbaru adalah pasar oligopoli sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghitungan CR4 dan IHH (Indeks Herfindhal-Hirschman).  Hasil perhitungan CR4 sebesar 58,29%, dimana hasil perhitungan berada 40%≤CR4≤60%. Adapun hasil dari penghitungan IHH didapatkan nilai sebesar 1407.1251 yang berada pada kisaran 1000-2500.  Strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam usaha Tas Rajut Industri pengolahan kreativitas Tali Kur dikota Pekanbaru yaitu berada pada kuadran 1, yaitu strategi mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi agresif ini lebih fokus kepada strategi SO (STRENGHT-OPPORTUNITIES), yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Adapun strategi SO adalah: peningkatan keahlian SDM, peningkatan aktifitas promosi dan difersifikasi produk.
Berdasarka penelitian jurnal Diota Faktor internal berupa kekuatan dari industry kerajinan bokor aluminium Desa Menyali didominasi oleh pangsa pasar yang luas dan juga keterampilan dari para Pengerajinakan tetapi kelemahan yang timbul adalah akses pembiayaan yang masih rendah dan juga promosi yang masih rendah, sehingga pangsa pasarnya pun kurang. Untuk faktor eksternal dari industry ini berupa peluang yaitu kemungkinan untuk dikembangkannya menjadi komoditas unggulan daerah setempat hal ini diperkuat dengan banyaknya unit industry yang telah menjadi binaan Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian. Selai itu yang menjadi ancaman dalam industri ini adalah rendahnya daya beli masyarakat serta  daerah Buleleng yang masih merupakan daerah perbukitan sehingga medan menjadi halangan. Rumusan strategi pengembangan industry kerajinan bokor aluminium Desa Menyali ini dapat digunakan oleh para pelaku usaha bidang ini dalam rangka peningkatan kuantitas, kualitas, pangsa pasar dan profit usaha antara lain melakukan diversifikasi kosentrik, pengembangan pangsa pasar, penggabungan usaha dan keterlibatan pemerintah yang tinggi.
Menurut jurnal penelitian Dita Pebrianti karakteristik Industri kerajinan mutiara Kelurahan Karang Pule yaitu industri tersebut merupakan usaha turun temurun, menggunakan bahan baku mutiara air laut, area distribusi pemasaran didominasi di dalam negeri, dan memanfaatkan teknologi internet sebagai usaha pemasaran. Faktor kualitas produk memiliki daya tarik yang tinggi, sedangkan faktor paket wisata berpartisipasi dalam pembuatan kerajinan kurang menjadi daya tarik. Strategi yang secara umum diperlukan yakni strategi turn-around (berbenahdiri) karena dalam matriks SWOT menunjukkan posisi industri kerajinan mutiara Karang Pule berada pada kuadran IV. Strategi turn-aroundini dilakukan dengan manajemen produk dan kegiatan manajerial.

C.    Kerangka pikiran
Usaha kerajinan tangan keranjang bambu merupakan bahan jadi untuk membuat tempat buah atau hasil pertanian. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui R/C ratio dan produktivitas modal (Ï€/C ratio) dalam usaha keranjang bambu. Pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu banyak menghadapi kendala yang menghambat usaha dalam memproduksi sehingga harus dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal. Adanya matrik SWOT dipakai untuk menyusun strategi pengembangan usaha kerajinan tangan keranjang bambu. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan dan kelemahan dalam faktor internal, peluang dan ancaman dalam faktor eksternal yang dihadapi usaha kerajinan tangan keranjang bambu, sehingga menghasilkan strategi pengembangan kerajinan  tangan  keranjang bambu.




Text Box: Kelayakan Usaha Kerajinan Tangan keranjang Bambu
 


Text Box: Faktor eksternal dalam pengembangan kerajinan tangan keranjang bambu
Text Box: Faktor internal dalam pengembangan kerajinan tangan keranjang bambu





Text Box: Matrik SWOT

Text Box: Strategi Pengembangan kerajinan tangan keranjang bambu

                             Gambar 1. Skema kerangka pikiran



III
 METODE PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Nagori Sigodang Timur, Kecamatan Panei  Kabupaten Simalungun. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan alasan daerah ini adalah daerah yag terdapat usaha pengrajin keranjang bambu yang mulai berkembang. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu mulai bulan Desember 2018 sampai Februari 2019.
B.     Populasi, Sampel, dan Ukuran Sampel
Populasi yaitu banyaknya pengusaha keranjang bambu yang ada di Nagori Sigodang Timur, yang dimana akan diambil untuk sebagian dari sampel.
Metode pengumpulan sampel dilakukan dengan secara sengaja (purposive sampling) yang terdiri dari :
1.      Pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Sebanyak 30 orang
2.      Pemasok bahan baku (petani bambu) sebanyak 1 orang
3.      Pemasaran keranjang bambu (penjual) sebanyak 1 orang
4.      Perangkat Nagori (Sekretaris Daerah) sebanyak 1 orang
Dan ukuran sampel yang peneliti teliti yaitu yang menghasilkan produk keranjang minimal  200 produk per bulan.



C.    Metode Pengumpulan Data
a.       Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden yang melakukan usaha kerajinan keranjang bambu melalui wawancara dan observasi kepada responden yang melakukan usaha kerajinan keranjang bambu. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengisian kuisioner dengan teknik wawancara dan pencatatan pada saat penelitian berlangsung. Wawancara tersebut dilakukan langsung pada pengrajin keranjang bambu dengan cara mendatangi langsung tempat tinggal responden yaitu Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.
b.      Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, arsip, literatur dan dokumen-dokumen penting yang masih ada hubungannya dengan materi strategi pengembangan, yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.

D.    Metode Analisis  Data
Analisis data adalah kekuatan untuk menerapkan data sehingga  siperoleh suatu kebenaran dari referensi yang di dapat. Metode penelitian ini  menggunakan metode deskriftif. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.
1.      kelayakan usaha
Analisis kelayakan usaha kerajinan anyaman keranjang bambu dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C ratio =

Kriteria :
Bila R/C ration >1, maka Usaha dikatakan layak
Bila R/C ration =1, maka Usaha dikatakan impas
Bila R/C ration <1, maka Usahatidak layak diusahakan
Data yang diambil dalam penelitian strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu diambil dari hasil wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumetasi.
a.       Metode Wawancara yaitu menggunakan metode tanya jawab langsung dengan berbagai pihak yang terkait di usaha kerajinan keranjang bambu untuk memperoleh keterangan sebagai tujuan penelitian.
b.      Observasi/pengamatan yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang sebenarnya terjadi dilapangan, hal ini dilakukan untuk menyelaraskan wawancara dan pencatatan yang dilakukan.
c.       Studi pustaka yaitu pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia dan menghubungkan dengan kegiatan penelitian. Data tersebut dapat berupa buku, arsip, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.
d.      Dokumentasi yaitu merupakan teknik pengumpulan gambar untuk memperkuat data-data yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan data sebelumnya.
e.       Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab.

2.      Analisis Data Faktor Internal dan Eksternal
a)      Faktor Internal
 Faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan diidentifikasikan dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary). Tahapannya adalah sebagai berikut :
1.      Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.
2.      Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
3.      Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik).
b)      Faktor Eksternal
Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategis eksternal (EFAS) :
1.      Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahan dalam kolom 1.
2.       Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2, skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)
3.      Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifat negatif atau ancaman kebalikannya.
4.       Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai 1,0.
5.      Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industrinya.






3.  Matrik Internal–Eksternal
Internal-Eksternal Matrik (IE)
KUAT                     RATA-RATA            LEMAH
 4.0                           3.0                        2.0                               1.0
I
Pertumbuhan
II
Pertumbuhan
III
Penciutan
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
VI
Penciutan
Stabilitas

VII
Pertumbuhan

VIII
Pertumbuhan

IX
Likuidasi
TINGGI
3.0

MENENGAH
2.0
RENDAH
1.0
Sumber : Rangkuti (1999).
Gambar 2. Matrik IE
Keterangan :
                   I.            : Strategi konsentrasi melalui intergrasi vertical.
                II.            : Strategi konsentrasi melalui intergrasi horizontal.
             III.            : Strategi turnaround.
             IV.            : Strategi stabilitas.
                V.            :   Strategi konsentrasi melalui intergrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba).
             VI.            : Strategi divestasi.
          VII.            : Strategi diversifikasi kosentrik.
       VIII.            : Strategi diversifikasi konglomerat.
             IX.            : Strategi likuidasi atau bangkrut.

4.  Teknik Pembobotan
Teknik pembobotan menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear dan Taylor, 1996) yang ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Skala yang digunakan adalah 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa :
1 =    Jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/ horisontal kurang penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.
2 =    Jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/horisontal sama penting dengan faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.
3 =    Jika faktor strategis internal dan eksternal pada baris/horisontal lebih penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan proporsi nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Ai =
Keterangan :
Ai = Bobot faktor ke i
xi = Nilai faktor ke I
i = 1, 2, 3, … n
n = Jumlah faktor
Penentuan pembobotan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada informan untuk melihat derajat kepentingan dari masing-masing faktor dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti pada Tabel  berikut ini
Gambar 3.Penentuan Bobot IFAS dan EFAS
Penentuan Faktor
Faktor A
Faktor B
Faktor C
……..
Total
Bobot
Faktor A




X1
A1
Faktor B




X2
A2
Faktor C




X3
A3
……




Total




Xn
1,00
Sumber : Kinnear dan Taylor (1996)
5.  Teknik Peratingan
Pemberian peringkat atau peratingan dalam kuesioner ditentukan oleh kondisi masing-masing faktor yang ada di perusahaan. Skala peringkat yang digunakan adalah :
a.    Analisis faktor internal sebagai kekuatan dan kelemahan pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut :
1.      Nilai 4, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan utama
2.      Nilai 3, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan kecil
3.      Nilai 2, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan kecil
4.      Nilai 1, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan utama
b.    Analisis faktor eksternal sebagai peluang yang ada pada perusahaan, pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut :
1.      Nilai 4, jika perusahaan memiliki kemampuan “sangat baik” untuk meraih peluang
2.      Nilai 3, jika perusahaan memiliki kemampuan “baik” untuk meraih peluang
3.      Nilai 2, jika perusahaan memiliki kemampuan “cukup baik” untuk meraih peluang
4.      Nilai 1, jika perusahaan memiliki kemampuan “tidak baik” untuk meraih peluang
c.    Analisis faktor eksternal sebagai ancaman yang dihadapi perusahaan, pemberian nilai peringkat adalah sebagai berikut :
1.      Nilai 4, jika ancaman bagi perusahaan “kecil”
2.      Nilai 3, jika ancaman bagi perusahaan “sedang”
3.      Nilai 2, jika ancaman bagi perusahaan “besar”
4.      Nilai 1, jika ancaman bagi perusahaan “sangat besar”

6. Alternatif Strategi
Alat analisis yang digunakan dalam penyusunan faktor-faktor strategis perusahaan dalam penelitian ini adalah menggunakan matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eskternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilakan empat set kemungkinan alternatif strategi (Rangkuti, 1999:193).



Gambar 4.Matrik SWOT

Strenght (S)
Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan  internal
Weakness (W)
 Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Opportunities (O)
Menentukan 5-10 faktotr-faktor peluang eksterna
Strategi S-O
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi W-O
menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
Threats (T)
Menentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi S-T
Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Keterangan:
1.    Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2.    Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3.      Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4.    Strategi WT
Strategi didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

E.     Batasan Operasional
1.        Usaha yang dilakukan dalam penelitian ini adalah usaha pengrajin keranjang bambu.
2.        Bambu apus adalah bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan keranjang bambu.
3.        Responden adalah pengrajin keranjang bambu yang menghasilkan produk minimal 200 per bulan.
4.        Faktor strategi pengembangan kerajinan keranjang bambu yaitu faktor internal dan eksternal.
5.        Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha kerajinan tangan industri anyaman keranjang bambu, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).
6.         Kekuatan (Strength) adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lainnya yang berhubungan dengan industri anyaman keranjang bambu dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh industri anyaman keranjang bambu
7.        Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan atau keterbatasan dalam sumber daya dan keterampilan yang secara efektif menghambat proses produksi industri anyaman keranjang bambu. Kelemahan (Weakness) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT
8.      Peluang (Opportunity) adalah kondisi utama yang menguntungkan atau membantu dalam lingkungan indsutri anyaman keranjangbambu. Peluang (Opportunity) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT.
9.      Ancaman (Threats) adalah kondisi-kondisi yang dapat mengganggu industri anyaman keranjang bambu. Ancaman merupakan penghalang utama bagai industri anyaman bambu (lambar) dalam mencapai keberhasilan. Ancaman (Threats) dapat diukur menggunakan analisis matrik SWOT.
10.  Matrik SWOT adalah matrik yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
11.  Lokasi penelitian ini di Nagori Sigodang Timur.
12.  Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 - januari 2019.
13.  Asumsi pada penelitian saya yaitu bahwa dalam 1 bulan terdapat 30 hari.





 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Desa
1.              Geografis Wilayah Nagori Sigodang Timur
            Wilayah Nagori Sigodang Timur terletak pada memiliki  luas  wilayah  420 Ha dengan ketinggian +1200 meter  di  atas  permukaan  laut.  Nagori Sigodang Timur terdiri dari 6 Huta yaitu, Huta Kampung Durian, Huta Hutarih, Huta Kampung Tinggi, Huta Purba Panei, Huta Batu Duapuluh Atas, Huta Batu Duapuluh Tengah, Huta Batu Duapuluh Bawah, Huta Batu Duapuluh Belakang Kecamatan Penei Kabupaten Simalungun. Nagori Sigodang Timur memiliki batas-batas wilayah dengan wilayah lain sebagai berikut:
-          Sebelah Utara              : Nagori Bahbakuo
-          Sebelah Selatan           : Nagori Bahbinoman
-          Sebelah Barat              : Nagori Sigodang Barat
-          Sebelah Timur             : Nagori Marjandi Embong
2.      Keadaan Penduduk Nagori Sigodang Timur
a.      Berdasarkan jenis kelamin dan usia penduduk
            Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan usia penduduk pada  dasarnya  dapat  mempengaruhi  pembangunan  di  suatu wilayah. Ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor penting dalam meningkatkan pembangunan dan pendapatan. Jumlah  jenis  kelamin  Nagori Sigodang Timur dapat  dilihat pada Tabel 1.
           Tabel  1 . Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Nagori Sigodang Timur
No
jenis kelamin
jumlah jiwa
Persentase %
1
Laki laki
1037
44
2
Perempuan
1320
56
Jumlah
2357
100
Sumber: Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
            Berdasarkan Tabel 1 jumlah penduduk Nagori Sigodang Timur jenis  kelamin laki-laki adalah sebesar1.037 jiwa (44%), sedangkan jenis kelamin perempuan  sebesar 1.320 jiwa (56%). Jumlah  penduduk Nagori Sigodang Timur  berdasarkan  usia dapat dilihat pada Tabel 2.
           Tabel  2 . Jumlah Penduduk Nagori Sigodang Timur Berdasarkan Usia
No
Usia
Jumlah
(jiwa)
Persentase (%)
1
00 – 06
289
12,25
2
07 – 12
300
12,72
3
13 – 25
838
35,53
4
26 – 59
610
25,90
5
60 ke atas
321
13,60
Jumlah
2358
100
Sumber: Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
Usia produktif yang tersedia di Nagori Sigodang Timur berdasarkan Tabel 2 sekitar lebih kurang sebanyak 1.448 orang. Hal ini menunukkan banyaknya tersedia SDM yang ada di Nagori Sirpang Sigodang.
b.      Berdasarkan mata pencaharian
            Lapangan  pekerjaan  dapat  digunakan  untuk  mengetahui rata-rata  pendapatan  perkapita  dan  sebagai  salah  satu  alat  ukur untuk  mengetahui  tingkat  kesejahteraan  penduduk.  Tingkat kesejahteraan  penduduk  yang  tepat  dapat  terpenuhinya  kebutuhan dasar  penduduk  yang  sesuai  seperti  kebutuhan  sandang, pangan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Penduduk di Nagori Sigodang Timur bekerja pada sektor pertanian dan non pertanian. Mata pencaharian penduduk di wilayah Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 3.
           Tabel  3 . Mata Pencaharian Penduduk di Nagori Sigodang Timur
No
Mata pencarian
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
PNS
150
6,36
2
Petani
723
30,67
3
Pengrajin
270
11,46
4
Pertukangan
10
0,42
5
Wiraswasta
20
0,85
6
Tidak bekerja
1184
50,23
Jumlah
2357
100
Sumber: Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
            Berdasarkan  Tabel 3 dapat  dilihat  persentase  mata pencaharian  tertinggi  penduduk terletak pada kelompok petani yaitu sebesar 723 jiwa dengan  persentase 30,7%. Urutan selanjutnya terletak pada kelompok pengrajin yaitu sebesar 270 jiwa dengan  persentase  11,46%,  PNS  150  jiwa  dengan  persentase  6,36%, wiraswasta 20  jiwa dengan  persentase  0,85%,  diurutan  terendah  adalah  pertukangan 10 jiwa dengan persentase 0,42%.  Rata-rata mata pencaharian penduduk di Nagori Sigodang adalah petani.
c.       Berdasarkan pendidikan
            Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki setiap orang untuk menunjang kemajuan dan kesejahteraan wilayah, semakin tinggi suatu pendidikan maka akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas  dan berguna dalam pembangunan wilayahnya. Nagori Sigodang merupakan  wilayah dengan kondisi jumlah penduduk yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda-beda.  Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 14.
           Tabel  4 . Riwayat Pendidikan Penduduk di Nagori Sigodang Timur
No
Jenis pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
TK
87
3,7
2
SD
564
23,9
3
SMP
563
23,9
4
SMA
993
42,1
5
D3 - S1
150
6,4
Jumlah
2357
100
Sumber: Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
Berdasarkan Tabel 4 penduduk Nagori Sigodang Timur yang memiliki  persentase tingkat pendidikan tertinggi pada tingkat SMA yaitu sebanyak 993 jiwa dengan persentase 42,1%. Urutan selanjutnya terletak pada tingkat SD yaitu sebanyak 564 jiwa dengan  persentase  23,9%,  SMP  sebanyak  563  jiwa  dengan persentase 23,9%,  D3–S1 sebanyak 150 jiwa dengan persentase 6,4%, dan posisi terendah adalah pada tingkat TK sebanyak 87 jiwa dengan persentase 3,7%. Rata-rata pendidikan penduduk di Nagori Sigodang sebagian besar yaitu SMA.
B.     Analisis Data
1.    Proses Produksi Kerajinan Keranjang Bambu
            Proses  produksi  dalam  penelitian  ini  adalah  proses  produksi kerajinan  tangan keranjang bambu yang berada di Nagori Sigodang Timur. Produk  keranjang bambu yang dihasilkan  merupakan  produk  kerajinan  tangan  yang  berbahan baku  bambu  apus.  Proses produksi  tersebut  dilakukan  menggunakan peralatan seperti, gergaji, pisau. Proses produksi kerajinan keranjang bambu  dikerjakan oleh usia produktif dari tahap awal hingga tahap akhir. Berikut ini adalah proses-proses produksi kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur.
a.         Proses pembelahan, pembelahan yang dilakukan  dalam  produksi  pembuatan kerajinan keranjang bambu adalah membelah bambu dengan menggunakan pisau pada  bagian  kulit  luar  bambu  yang berwarna hijau  menggunakan pisau.
b.        Proses pengiratan, pengiratan yang dilakukan dalam produksi anyaman keranjang bambu adalah mengirat bambu yang sudah dibelah  dengan cara memberi jalan  iratan  menggunakan  pisau untuk dibuat iratan.
c.         Proses penganyaman,  penganyaman  yang  dilakukan  dalam produksi  anyaman keranjang bambu adalah  menganyam  iratan bambu  yang  sudah  dihaluskan  yang  dilandasi  dengan  landasan anyaman.
2.        Karakteristik Responden
a.      Identitas
            Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) klasifikasi umur dibedakan  menjadi  3 kategori umur, yaitu produktif usia muda  (15-30  tahun), produktif usia  dewasa  (30-65  tahun)  dan  umur  tidak  produktif  (>65  tahun).
           Tabel  5 . Umur  responden 
No
Kategori
Umur
(tahun)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1
Produktif Usia Muda
15 – 30
1
3,333
2
Produktif Usia Dewasa
31 – 40
7
23,333
3
Produktif Usia Dewasa
41 – 53
13
43,333
4
Produktif Usia Dewasa
54 – 65
8
26,668
5
Tidak Produktif
> 65
1
3,333
Jumlah

30
100
Sumber: Data diolah (2018)
            Berdasarkan Tabel 5 menyatakan bahwa usia pengrajin keranjang bambu berada pada umur 30 -65 dengan 93,333 % dapat dikatakan bahwa umur responden tersebut dikatakan sudah produktif.
b.      Tingkat Pendidikan Formal
            Tingkat  pendidikan  responden  akan  menentukan keberhasilan  dan  pola  pikir pengrajin dalam menjalankan usahanya. Tingkat pendidikan responden  pengrajin  keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 6.
           Tabel  6 . Tingkat Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
SD
8
26,7
2
SMP
6
20
3
SMA
16
53,3
Jumlah
30
100
Sumber: Data di olah(2018)
            Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan responden dalam  penelitian ini sebagian besar berpendidikan SMA/SMK yang memiliki persentase 53,3% dan dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden tidak buta huruf. Dengan ketentuan tersebut maka responden akan lebih mudah mengerjakan pekerjaan dengan mengetahuinya informasi dari membaca.

c.       Jenis Kelamin Responden Pengrajin keranjang Bambu
            Hasil penelitian menunjukkan  bahwa  komposisi  jenis kelamin responden  Pengrajin keranjang Bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 7.
           Tabel  7 . Jenis Kelamin Responden Pengrajin Keranjang Bambu
No
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Laki-laki
23
76,7
2
Perempuan
7
23,3
Jumlah
30
100
Sumber: Data diolah  (2018)
            Berdasarkan Tabe l7 menyatakan dengan persentase 76,7% maka, dapat dikatakan lapangan utama pekerjaan di Nagori Sigodang yaitu pengrajin keranjang bambu.
C.    Pembahasan Hasil Penelitian
1.      Biaya Produksi
Usaha kerajinan tangan bambu di Nagori Sigodang Timur dalam menjalankan usahanya tidak dapat terlepas daribiaya produksi yang dipergunakan. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur tersebut terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Berikut ini adalah rincian biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur.
2.      Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit yaitu biaya yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu yang digunakan untuk membayar pajak tempat produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya bahan baku. Penggunaan biaya eksplisit selama bulan Desember 2018 dalam usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 8.
               Tabel  8 . Rata-Rata Biaya Eksplisit Bulan Desember 2018 Usaha
Kerajinan Keranjang Bambu Di Nagori Sigodang Timur.
No
Uraian
Biaya (Rp)
Persentase (%)
1
Pajak tempat produksi
             7.047,22
0,400
2
Bambu apus
     1.289.466,67
73,300
3
Tenaga kerja luar keluarga
       462.666,67
26,300
Jumlah
1.759.180,56
100
Sumber: Data di Olah (2018).

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya pajak tempat produksi pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur adalah Rp 7.047,22 dengan persentase 0,400%, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya bambu apus pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur sebesar Rp.1.289.466,67 dengan persentasi 73,300% dan rata rata biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp.462.666,67 dengan persentasi 26,300%. Rata-rata biaya eksplisit dalam bulan Desember 2018 yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur adalah sebesar Rp.1.759.180,56
3.      Biaya Implisit
Biaya implisit yaitu biaya yang secara ekonomis harus ikut dihitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Biaya implicit produksi keranjang bambu yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan alat produksi. Penggunaan biaya implisit bulan Desember 2018 dalam usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 9.
           Tabel  9 . Rincian Rata-Rata Biaya Implisit Bulan Desember 2018 Kerajinan Keranjang Bambu Di Nagori Sigodang Timur.
No
Uraian
Jumlah
Biaya
Persentase
1
Tenaga kerja dalam keluarga
106 JKO
1.683.666,67
99,03
2
Penyusutan alat produksi

18.080,68
0,97
Jumlah

1.701.747,35
100
Sumber: data diolah (2018).
Berdasarkan Tabel 9 rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp 1.683.666,67 dengan persentase 99,03% dan biaya penyusutan alat produksi sebesar Rp.18.080,68 dengan persentase 0,97%. Penggunaan biaya implisit yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur sebesar Rp. 1.701.747,35.
4.      Biaya Total
Biaya total yang dipergunakan oleh pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur yaitu terdiri daripenjumlahan biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya total dalamusaha kerajinan tangan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 10.
       Tabel  10 . Rincian Rata-Rata Biaya Total Periode Bulan Desember 2018 Kerajianan Keranjang Bambu di Nagori Sigodang Timur.

No
Jenis biaya
Jumlah (Rp)
Persentasi (%)
1
Biaya eksplisit
1.759.180,56
50,9
2
Biaya implicit
1.701.747,35
49,1
Jumlah
3.460.937,91
100
Sumber: Data di Olah (2018).
            Berdasarkan Tabel 10 rata-rata biaya eksplisit yang dikeluarkan selama bulan Desember 2018 pengrajin keranjang bambu sebesar Rp 1.759.180,56 dengan persentasi 50,9%sedangkan rata-rata biaya implisit dikeluarkan sebesar Rp 1.701.747,35 dengan persentasi 49,1%. Penggunaan biaya total yang dikeluarkan dalam bulan Desember 2018 kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur adalah sebesar Rp 3.460.937,91.
5.      Penerimaan
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan harga jual yang dilakukan oleh usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian rata-rata penerimaan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 11.
       Tabel  11 . Rata-Rata Penerimaan Periode Bulan Desember 2018 Kerajinan
Keranjang  Bambudi Nagori Sigodang.

No
Produksi
Harga
Penerimaan




1
780
7.800
6.092.400,00
Jumlah
6.092.400,00
Sumber:  Data Primer Diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa rata-rata penerimaan usaha kerajinan keranjang bambu yang diterima bulan Desember 2018 adalah sebesar Rp 6.092.400,00 Penerimaan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur berbeda-beda. Besar kecilnya penerimaan pengrajin tersebut ditentukan oleh, besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bulan Desember 2018 dan jumlah produk keranjang bambu bulan Desember 2018.
6.      Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaandengan total biaya eksplisit. Total biaya eksplisit meliputi totalbiaya penyusutan alat, total biaya pajak tempat produksi, dan totalbiaya bambu apus. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian rata-rata pendapatan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 12.
       Tabel  12 . Rata-Rata Pendapatan Periode Bulan Desember 2018 Kerajinan
Keranjang Bambu di Nagori Sigodang Timur.
No
Jenis biaya
Jumlah (Rp)
1
Penerimaan
6.092.400,00
2
Biaya eksplisit
1.759.180,56
Jumlah
4.333.219,44
Sumber: Data Primer di Olah (2018).

Berdasarkan Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya penerimaan yang diperoleh selama periode bulan Desember 2018 pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang sebesar Rp.6.092.400,00 dan rata biaya eksplisit yang dikeluarkansebesar Rp.1.759.180,56 Pendapatan yang diperoleh pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang sebesar Rp. 4.333.219,44.
7.      Keuntungan Usaha
Keuntungan yang diperoleh pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang dihitung dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam periode Desember 2018. Besarnya rata-rata keuntungan pengrajin keranjang bambu dapat dilihat pada Tabel 13.
       Tabel  13 . Rata-rata Keuntungan Periode Bulan Desember 2018 Usaha
Kerajinan Keranjang Bambu di Nagori Sigodang.
No
Rincian
Nilai (Rp)
1
Penerimaan
6.092.400,00
2
Biaya total
3.460.937,91
Jumlah
2.631.462,09
Sumber: Data Primer di Olah (2018)

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan dalam satu periode bulan Desember 2018 yang diperoleh pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur adalah sebesar Rp. 2.631.462,09.
8.      Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang ditentukan menggunakan analisis R/C ratio.Perhitungan analisis R/C ratio ini dihitung dengan caramembandingkan penerimaan dengan total biaya. Kelayakan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 14.
       Tabel  14 . Perhitungan R/C Ratio Kelayakan Usaha Kerajinan Keranjang
Bambu di Nagori Sigodang
No
Rincian
Nilai (Rp)
1
Penerimaan
6.092.400,00
2
Biaya total
3.460.937,91
R/C
1,80
Sumber: Data Primer di Olah (2018)

Berdasarkan pada Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai R/C ratio pada usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang adalah sebesar 1,80. Nilai R/C ratio sebesar 1,80 menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,8. Keadaan tersebut dapat diartikan juga bahwa, usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang layak diusahakan karena nilai R/C ratio >1.
D.    Analisis SWOT
a        Analisis Faktor Internal dan Eksternal
1.      Analisis Lingkungan Faktor Internal
Analisis lingkungan internal yang didapat pada saat penelitian dan telah didiskusikan dengan informan kunci diperoleh faktor-faktor yang menjadi kekuatan usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang yaitu: SDM yang terampil, bambu apus mudah diperoleh, sarana dan prasarana, lokasi mudah dijangkau, dan  transportasi mudah di jangkau. Faktor-faktor kelemahan usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang yaitu: peralatan masih tradisional,belum mampu mengelola keuangan dengan baik, belum adanya variasi bentuk produk, regenerasi tenaga kerja menganyam sulit. Hasil analisis faktor internal usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang  dapat dilihat pada Tabel 15 matrik IFAS dibawahini.
       Tabel  15 . matrik IFAS
No
Kekuatan
Jumlah
Bobot
Rating
skor
1
SDM yang terampil
115
0,15
4
0,60
2
Dekat dengan bahan baku

120
0,16
4
0,64
3
Sarana dan Prasarana
80
0,10
3
0,30
4
Lokasi mudah dijangkau
81
0,11
3
0,33
5
Transportasi mudah dijangkau

87
0,12
3
0,36
Kelemahan

1
Peralatan masih tradisional
65
0,09
2
0,18
2
Belum mampu mengelolah keuangan dengan baik

60
0,08
2
0,16

3
Belum ada diversifikasi produk

30
0,03
1
0,03
4
Regenerasi tenaga kerja menganyam sulit

60
0,08
2
0,16
5
Penjualan kurang lancer
60
0,08
2
0,16

1,00
2,92

Faktor yang menjadi kekuatan utama yang diharapkan meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk mengembangkan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang adalah dekat dengan bahan baku memiliki skor 0,64 dengan bobot 0,16 dan rating 4, sarana dan prasarana memiliki skor 0,30 dengan bobot 0.10 dan rating 3. Faktor lain yang dapat dimanfaatkan adalah SDM yang terampil memiliki skor 0,60 dengan bobot 0,15 dan rating 4, diikuti oleh lokasi mudah dijangkau memiliki skor 0,33 dengan bobot 0,11 dan rating 3, transportasi mudah dijangkau memiliki skor 0,36 dengan bobot 0,12 dan rating 3.
Kelemahan dalam usaha pengembangan yang akan dilakukan yaitu terletak pada peralatan masih tradisional yang memiliki sebesar 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2, belum mampu mengelola keuangan dengan baik yang memiliki skor 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2, belum adanya variasi bentuk produk yang memiliki skor 0,03dengan bobot 0,03 dan rating 1. Faktor lain yang menjadi kelemahan yaitu regerenasi tenaga kerja menganyan sulit yang memiliki skor 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2 dan penjulan kurang lancar yang memiliki skor 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2. Berdasarkan analisis factor internal usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang hasil analisis matrik IFAS diperoleh total skor sebesar 2,92.
2.      Analisis Lingkungan Faktor Eksternal
Analisis lingkungan eksternal yang didapat pada saat penelitian diperoleh faktor-faktor yang menjadi peluang usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang yaitu : permintaan keranjang masih ada, produk ramah lingkungan, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, teknologi baru dan adanya penggudangan hasil kerajinan keranjang bambu. Hasil identifikasi lingkungan eksternal pada saat penelitian berlangsung berdasarkan faktor ancaman yaitu : adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk, perubahan gaya hidup masyarakat luar, kenaikan harga bambu apus, angin besar menyebabkan kerusakan batang bambu dan tidak adanya penyuluhan. Hasil analisis faktor eksternal usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.
       Tabel  16 . matrik EFAS.
No
PELUANG
Jumlah
Bobot
rating
skor
1
Permintaan Keranjang masih ada
90
0,13
3
0,39
2
Produk ramah lingkungan
90
0,13
3
0,39
3
Adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman

90
0,03
3
0,39
4
Teknologi baru mengetehui informasi tentang keranjang bamboo


90
0,13
3
0,39
5
Adanya penggudangan produk
60
0,09
2
0,18

ANCAMAN
1
Adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk

60
0,09
2
0,18
2
Perubahan gaya hidup masyarakat luar

30
0,06
1
0,06
3
Kenaikkan harga bamboo
60
0,09
2
0,18
4
Hujan dan Angin besar yang dapat merusak batang bamboo

60
0,09
2
0,18
5
Tidak adanya penyuluhan
30
0,06
1
0,06

1,00
2,40

Faktor yang menjadi peluang yang sangat baik adalah Permintaan Keranjang masih ada skor sebesar 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3 diikuti oleh produk ramah lingkungan 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3. Faktor lain yang menjadi peluang adalah adanya lembaga keuangan yang bersedia memberi pinjaman memiliki skor sebesar 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3, adanya teknologi baru yang memiliki skor sebesar 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3 dan adanya penggudangan produk yang memiliki skor 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2.
Faktor yang menjadi ancaman usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang adalah adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk yang memiliki skor 0,18 dengan bobot 0.09 dan rating 2, kenaikan harga bambu apus yang memiliki skor sebesar 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2, perubahan gaya hidup masyarakat luar yang memiliki skor 0,06 dengan bobot 0,06 dan rating 1. Faktor lain yang menjadi ancaman adalah hujan dan angin besar yang dapat merusak batang bambu memiliki skor sebesar 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2 dan tidak adanya penyuluhan memiliki skor 0,06 dengan bobot 0,06 dan rating 1. Berdasarkan analisis faktor internal usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang hasil analisis matrik EFAS diperoleh total skor sebesar 2,40.
b        Analisis Matrik IE
Pertemuan titik dari hasil analisis matrik IFAS dan EFAS merupakan hasil yang dipergunakan untuk menentukan matrik IE. Hasil analisis dari matrik IFAS diperoleh sebesar 2,92 dan hasildari matrik EFAS diperoleh sebesar 2,40. Berdasarkan titik pertemuan dari hasil analisis matrik IFAS dan EFAS dapat diketahui posisi usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang terletak pada posisi strategi sel V yaitu pertumbuhan stabilitas. Posisi matrik IE usaha kerajinan keranjang bamboo di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 17.




       Tabel  17 . Internal-Eksternal Matrik (IE)
KUAT                     RATA-RATA            LEMAH
 4.0                           3.0                        2.0                               1.0
I
Pertumbuhan
(2.92)II
Pertumbuhan
III
Penciutan
IV
(2.40)

Stabilitas
V
Pertumbuhan
VI
Penciutan
Stabilitas

VII
Pertumbuhan

VIII
Pertumbuhan

IX
Likuidasi
TINGGI
3.0

MENENGAH
2.0
RENDAH
1.0
Sumber : analisis data primer (2019).
Menurut tabel 17 menunjukkan skor IFAS adalah 2,92 dan skor EFAS 2,40 dapat diketahui bahwa strategi yang sesuai pada usaha kerajinan keranjang bambu terletak di sel V. Stategi untuk sel V yaitu strategi pertumbuhan dengan konsentrasi melalui intregasi horizontal. Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal menurut Wheelen & Hunger (2012) dari sisi internal hendaknya segmen pasar diperluas menjadi lebih besar, dan dari sisi eksternal usaha keranjang bambu dapat melakukan akuisasi atau joint venture dengan lembaga yang terkait.
c         Analisis Alternatif Strategi
Berdasarkan hasil dari matrik IE di atas menunjukkan bahwa usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang menunjukkan pada sel V yaitu pertumbuhan stabilitas. Berdasarkan dari hasil tersebut maka alternatif strategi yang sesuai digunakan adalah matrik SWOT. Analisis matrik SWOT dapat disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 18.
                                                                                                                                        Tabel  18 . Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Strength (S)
1.  SDM yang terampil
2.   Bambu apus mudah diperoleh
3.  Sarana dan prasarana
4.  Lokasi mudah dijangkau
5.  Transportasi mudah dijangkau
Weaknes (W)
1.        Peralatan masih tradisional
2.        Belum mampu mengelolah keuangan dengan baik
3.        Belum ada diversifikasi produk
4.        Regenerasi tenaga kerja menganyam sulit
5.        Pemasaran kurang lancar
Opportunities (O)
1.        Permintan keranjang masih ada
2.        Produk ramah lingkungan
3.        Adanya lembaga keuangan yang tersedia memberikan pinjaman
4.        Teknologi baru
5.        Adanya penggudangan produk
Strategi S-O
1.     Menambahkan ukuran poduk keranjang bambu (S2, O1, 04, 05)
2.     Melakukan penggudangan (S4,S5,O1,O5)

Strategi W-O
1.     Melakukan pinjaman kelembaga atau yang berwewenang (W2, O1, O3)
2.     Meningkatkan regenerasi tenaga kerja (W1,W4,O1,O4)
Threats (T)
1.        Adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk
2.        Perubahan gaya hidup masyarakat luar
3.        Kenaikan harga bamboo
4.        Angin besar yang dapat merusak batang bamboo
5.        Tidak adanya penyuluhan
Strategi S-T
1.     Melakukan manajemen produksi keranjang bamboo (S1, S2, T1, T3, T4, T5)
2.     Aktif mengikuti penyuluhan (S1,,T1)
Strategi W-T
1.     Menggunakan alat modern (W1, W4, T1, T4, T5)
2.     Meminta pemerintah untuk menagdakan penyuluhan (W3,W4,T5)
Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan Tabel 18 matrik SWOT diperoleh strategi yang dapat dijadikan sebagai alternatif strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang. Berikut adalah alternatif yang dapat dipergunakan sebagai strategi pengembangan:
1.      Strategi S-O
Menambah ukuran produk keranjang bambu. Faktor yang berpengaruh S2 dan O1, O4, O5. Melakukan penggudangan, faktor yang berpengaruh  S4, S5 dan O1, O5 sehingga dapat mengambil peluang yang ada dan dapat meningkatkan keuntungan. Pengambilan alternatif strategi tersebut karena dalam melakukan penambahan ukuran produk diperlukan bahan baku selalu terjual karena sudah ada permintaan dari konsumen dan dengan banyaknya produk bisa dilakukan pergudangan dan bisa mengatur sekmentasi pasar.


2.      Strategi S-T
 Melakukan manajemen produksi. Faktor yang berpengaruh S1, S2, dan T1, T3, T4, T5. Aktif mengikuti penyuluhan. Faktor yang berpengaruh S1 dan T1 dan karena dengan adanya manajemen produksi yang baik SDM yang terampil dan bahan baku atau bambu apus yang mudah di peroleh tetap dapat melakukan produksi dalam keadaan alam yang tidak menentu setiap tahunnya dan juga perubahan harga bahan baku bambu apus yang dapat mengurangi keuntungan dan dengan aktifnya mengikuti pelatihan maka tidak akan kalah dengan pengrajin yang lain.
3.      Strategi W-O
Melakukan pinjaman ke lembaga atau yang berwenang. Faktor yang berpengaruh adalah W2, dan O1, O3. Meningkatkan regenerasi tenaga kerja. Faktor yang berpengaruh W1, W4 dan O1, O4 minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern belum cukup untuk memenuhi produksi diperlukan pinjaman ke lembaga keuangan untuk memproduksi keranjang yang lebih banyak dan dengan adanya tenaga kerja yang meningkat dapat meningkatkan produk.
4.      Strategi W-T
Menggunakan peralatan yang lebih modern. Faktor yang berpengaruh adalah W1, W4, dan T1, T4, T5. Meminta pemerintah untuk mengadakan penyuluhan. Faktor yang berpengaruh W3, W4 dan T5 karena dengan adanya peralatan yang lebih modern dan pandangan pemerintah ada maka keadaan alam yang tidak menentu bisa teratasi dan regenerasi tenaga kerja yang menggunakan peralatan tradisional dan pelatihan yang dapat membantu produksi.

V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang yang dilakukan dalam penelitian inidapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang menguntungkan dan layak untuk diusahakan dengan nilai R/C ratio sebesar 1,80.
2.       Faktor internal yang dapat mendukung tumbuh kembangnya usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang yaitu faktor kekuatan yang meliputi SDM yang terampil, bambu apus mudah di peroleh, sarana dan prasarana, lokasi mudah dijangkau, transportasi mudah dijangkau, sedangkan untuk faktor kelemahan yaitu peralatan masih tradisional, belum mampu mengelola keuangan dengan baik, belum adanya variasi bentuk produk, regenerasi tenaga kerja menganyam sulit dan penjualan kurang lancar.
3.      Faktor eksternal yang dapat mendukung tumbuh kembangnya usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang yaitu faktor peluang yang meliputi permintaan keranjang masih ada, produk ramah lingkungan, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, teknologi baru, dan adanya penggudangan hasil produk keranjang bambu sedangkan untuk faktor ancaman yaitu adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk, perubahan gaya hidup masyarakat luar, kenaikan harga bambu, angin besar yang dapat merusak batang bambu, dan tidak adanya penyuluhan.
4.      Hasil perumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha Kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang adalah menambah ukuran produk keranjang bambu, melakukan penggudangan, melakukan manajemen produksi, aktif mengikuti penyuluhan, melakukan pinjaman ke lembaga keuangan, meningkatkan regenerasi tenaga kerja, meminta pemerintah untuk mengadakan penyuluhan dan menggunakan peralatan yang lebih modern.

B.     Saran
1.      Usaha kerajinan keranjang bambu sebaiknya melakukan manajemen produksi untuk mengatasi musim hujan dan kenaikan harga bambu apus, dengan cara pada saat musim kemarau membeli bambu apus lebih banyak untuk dijadikan sebagai stok ketika musim hujan.
2.      Usaha kerajinan keranjang bambu sebaiknya menggunakan peralatan yang lebih modern untuk mempercepat waktu produksi seperti alat pembelah bambu.
3.      Pemerintah sebaiknya memperhatikan pengrajin keranjang bambu,baik dalam peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan cara menggunakan alat yang lebih modern, maupun dalam hal bantuan sarana dan prasarana produksi keranjang bambu.



DAFTAR PUSTAKA
Anonym, April 2017. Jurnal Valuta Stategi pengembangan rumah tangga di kota Pekanbaru. Usaha tas rajut dari tali kur.
Daniel, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonom. Bumi Aksara. Jakarta.
David, 2004.Faktor internal dan faktor eksternal yang dihadapi perusahaan.
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kebumen. 2014. Daftar Industri Kecil Anyaman Bambu di Kabupaten Kebumen.Diskop danUMKM.Kebumen.
Hamel dan Prahalad,1997. Dalam rangkuti kecepatan inivasi pasar dan perubahan pola konsumen di dalam strategi.
Husna dan suwarsono,2000.Aspek aspek studi kelayakan proyek.
Kottler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1. PT INDEKS Gramedia.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Poerwandarminta.1948. budi dan akal manusia dalam budaya.
Rangkuti, Freddy. 1999. Tipe tipe strategi  danAnalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama, cet, kelima, September.
Rangkuti, Freddy.2014. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, cet, kesembilan belas, Oktober.
Santosa Budi, Nurodo dan Jaidun Kurnaidi. 2013. Koleksi Kerajinan Bambu.Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata.Museum Jawa Tengah Ranggawarsita.
Setiawan, Budi. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Bambu DiWilayah Kampung Pajeleran Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.Skripsi, tidak diterbitkan.Program Studi Manajemen SekolahTinggi Ilmu Ekonomi Bogor.
Soekartawi,2005.  Analisis revenue cost ration.
Soedjono dan Hartanto. 1991. Budidaya bambu. DAHARA PRIZE.
Sugiyono, 2009.Pengambilan sampel dilakukan teknik kelipatan dari bilangan tertentu/sampling sistematis.
Suratiyah,2006.kategori atau kriteria kelayakan usaha mendukung strategi trun-araund.
Suryatama, Erwin. 2014. Lebih Mengenal Analisis SWOT Dalam Bisnis. Penerbit: Kata Pena, Surabaya.
Trimoyo,2015. Strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bamboo (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan petanahan Kabupaten.
Trimoyo. 2016. Strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bamboo (lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan petanahan Kabupaten. Skripsi tidak diterbitkan.Progam studi Agribisnis Universitas Muhamadiyah Purworejo.
Wheelen, Thomas L. Hunger, J David,2012. Strategi management and business policy : Toward Global Sustainability. Thirteen Edition. United States: Pearson





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teologi Sistematika