Kelayakan Usaha Kerajinan Keranjang Bambu
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak keaneka ragaman,
termasuk dalam hal budaya. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Poerwadarminta,1984). Budaya juga
merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga dengan baik oleh
para penerus bangsa dan digunakan sebagai acuan bangsa Indonesia dalam
mendefinisikan apa yang disebut kebudayaan bangsa, seperti yang terdapat pada
penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “Kebudayaan bangsa (Indonesia)
adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Keadaan perekonomian Indonesia yang mengalami keterpurukan pada
tahun 1998 atau yang dikenal dengan krisis ekonomi telah membuat stabilitas
ekonomi Indonesia terganggu baik secara mikro maupun secara makro. Belum
kokohnya perekonomian Indonesia ini maka pemerintah terus berupaya untuk
memulihkan dan meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia menjadi lebih baik
lagi. Kerajinan tangan keranjang bambu merupakan salah satu
usaha yang kemungkinan layak untuk dikembangkan, karena merupakan salah satu
cabang usaha off farm yang dapat digunakan untuk mendorong pembangunan
ekonomi pedesaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya pelaku usaha
keranjang bambu.Kerajinan tangan keranjang bambu ini banyak terdapat di di Huta
Sirpang Sigodang, Nagori Sigodang Timur, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun.
Peluang untuk pengembangan kerajinan tangan keranjang bambu di desa tersebut
masih terbuka luas. Hal
ini karena bahan bakunya tersedia melimpah dan merupakan salah satu sumber
pendapatan keluarga. Kenyataannya
dalam perkembangan usaha kerajinan tangan keranjang bambu di Nagori Sirpang
Sigodang masih memiliki berbagai kendala dan masalah. Kendala dan masalah yang
dihadapi seperti peralatan yang masih tradisional sehingga proses produksi
membutuhkan waktu yang lama. Kendala yang lainnya yaitu minimnya modal usaha
sehingga perlu adanya pinjaman modal dari lembaga keuangan.
Strategi pengembangan kerajinan keranjang bambu diperlukan untuk
menganalisis apa yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
agar usaha kerajinan tangan keranjang bambu tersebut dapat berkembang dengan
baik. Faktor-faktor yang menghambat proses produksi keranjang bambu terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kekuatan seperti
keuangan menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus mudah di
peroleh, produk ramah lingkungan. Faktor internal kelemahan untuk peningkatan
jumlah produksi, minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan
masih tradisional, penjualan produk mengikuti harga pasar, belum mampu
mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi bentuk produk. Faktor
eksternal peluang seperti keranjang bambu selalu terjual, bambu apus mudah
diperoleh, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman,
adanya permintaan keranjang bambu yang
lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern. Faktor eksternal ancaman
seperti angin besar yang dapat merusak batang bambu, cuaca mendung menghalangi
proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus, perubahan gaya hidup masyarakat
dan regenerasi tenaga menganyam produktif sulit. Mengatasi faktor-faktor yang
menghambat proses produksi maka dibutuhkan strategi pengembangan usaha
kerajinan tangan keranjang bambu yang harus disesuaikan dengan permasalahan
pada usaha tersebut. Strategi pengembangan akan berpengaruh dalam mengatasi
masalah dan kendala yang ada pada usaha kerajinan tangan keranjang bambu di Nagori
Sigodang Timur Kecamatan Panei.
Berkembangnya teknologi diharapkan dapat meningkatkan
produksi kerajang bambu. Adanya teknologi modern seperti alat pengering iratan
dan alat pembelah bambu diharapkan bisa membantu pengrajin dalam meningkatkan
hasil produksi. Pemenuhan peralatan yang modern membutuhkan modal yang besar
sehingga pengrajin memerlukan tambahan modal yang dapat diperoleh dari lembaga
keuangan baik dari lembaga keuangan pemerintah maupun swasta. Produksi keranjang bambu dapat dilakukan
secara kontinue akan tetapi hasilnya belum bisa mencukupi permintaan pasar.
Strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu perlu dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pasar akan permintaan anyaman keranjang bambu. karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah usaha
kerajinan keranjang bambu layak diusahakan?
2.
Apa saja
yang menjadi faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung pengembangan kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur?
3. Bagaimana strategi pengembangan kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur?
C. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1.
Mengetahui
kelayakan usaha kerajinan keranjang bambu.
2.
Mengidentifikasi faktor internal dan faktor
eksternal yang mendukung
pengembangan kerajinan keranjang bambu
di Nagori Sigodang Timur.
3.
Untuk mengetahui strategi pengembangan
kerajinan keranjang bambu di Nagori
Sigodang Timur.
D. Manfaat
penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Bagi pengrajin bambu dapat digunakan sebagai
informasi dan bahan pertimbangan tentang strategi-strategi untuk mengembangkan
usahanya agar menjadi lebih baik lagi.
2.
Bagi
penulis, akademisi dan pembaca dapat memberikan pengetahuan dan sebagai bahan
acuan penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah khususnya pemerintah Kecamatan Panei
Kabupaten
Simalungun dapat memberikan sumbangan pemikiran pemikiran dan
pertimbangan yang dapat dijadikan sebagai kebijakan-kebijakan yang dapat
membantu mengembangkan usaha kerajinan keranjang bambu yang ada di Nagori Sigodang Timur.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan
Teori
1.
Kelayakan
Usaha
Kelayakan usaha dapat berarti kepantasan untuk
dikerjakan dari suatu usaha, sedangkan kelayakan usaha yaitu upaya untuk
mengetahui tingkat kelayakan usaha atau kepantasan suatu usaha untuk dikerjakan
atau diusahakan.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan proyek
terdiri aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Namun
tergantung pada besar dan kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut,
maka juga terkadang ditambah dengan studi dampak sosial. Secara
umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan
adalah:
a.
Aspek hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan
keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai ijin-ijin
yang dimiliki. Kelengkapan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan
dasar hukum yangharus dipegang, apabila di kemudian hari timbul masalah. Dokumen
yang diperlukan meliputi:Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris, Bentuk badan
usaha, serta keabsahannya dan bentuk badan usaha tertentu, seperti PT dan
Yayasan harus disahkan oleh Departemen Kehakiman, Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di samping dokumen di atas, perusahaan
juga perlu memiliki ijin-ijin tertentu, yaitu Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP), diperoleh melalui Departemen Perdagangan, Surat Ijin Usaha Industri
(SIUI), diperoleh melalui Departemen Perindustrian, Ijin domisili, diperoleh
melalui kelurahan setempat, Ijin mendirikan bangunan (IMB), diperoleh melalui
pemerintah daerah setempat, Ijin gangguan, diperoleh melalui kelurahan setempat
Selain itu juga dibutuhkan beberapa dokumen penting lainnya, antara lain :
Bukti diri (KTP/SIM), Sertifikat tanah dan Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor
(BPKB)
b.
Aspek Pasar dan Pemasaran
Setiap usaha yang akan dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Dalam
aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu dijabarkan adalah;
·
Ada-tidaknya pasar (konsumen)
·
Seberapa besar pasar yang ada
·
Peta kondisi pesaing, terutama untuk
produk yang sejenis
·
Perilaku konsumen
·
Strategi yang dijalankan untuk memenangkan persaingan
dan merebut pasar yang ada.
Dalam penentuan pasar ada beberapa kriteria pasar yang harus
diukur untuk mempermudah penentuan pasar sasaran, yaitu :
·
Pasar potensial adalah
sekumpulan konsumen yang menyatakan tingkat minat yang memadai
terhadap penawaran pasar.
·
Pasar tersedia adalah
sekumpulan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan, akses dan kualifikasi
untuk penawaran pasar tertentu.
·
Pasar sasaran (pasar
terlayani) adalah bagian dari pasar tersedia yang akan dimasuki oleh perusahaan
berdasarkan pada kesiapan dan kebijakan perusahaan. Dalam menentukan pasar
tersebut maka akan dilakukan survei terhadap populasi yang telah ditentukan.
c.
Aspek Keuangan
Dalam aspek keuangan, hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah
investasi, biaya-biaya dan pendapatan yang akan diperoleh. Besarnya investasi
berarti jumlah dana yang dibutuhkan, baik untuk modal investasi pembelian
aktiva tetap maupun modal kerja, selain itu juga biaya-biaya yang diperlukan
selama umur investasi dan pendapatan. Untuk dapat melakukan penilaian
investasi, maka sebuah perusahaan harus memubuat laporan keuangan.
d.
Aspek Teknik/Operasi
Dalam aspek teknis atau operasi, hal-hal yang perlu digambarkan adalah :
·
Lokasi usaha
Lokasi merupakan tempat melayani konsumen. Dengan demikian, maka perlu
dicari
lokasi yang tepat sebagai tempat usaha
·
Penentuan layout/tata letak
Penentuan layout perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan
faktor
keamanan, kenyamanan, keindahan, efisiensi, biaya, fleksibilitas. Kemudian
layout juga harus memudahkan untuk melakukan pemeliharaan ruangan atau gedung.
·
Teknologi yang digunakan
Teknologi yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan teknologi saat
inidan yang akan datang, serta harus disesuaikan dengan luas produksi, supaya tidak
terjadi kelebihan kapasitas.
·
Volume produksi
Volume produksi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi
permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume
operasiyang berlebihan akan menimbulkan masalah dalam penyimpanan, sedangkan volume
produksi yang kurang akan menyebabkan hilangnya pelanggan.
·
Bahan baku dan bahan penolong
Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus
cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan volume produksi.
·
Tenaga kerja
Meliputi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan kualifikasi yang sesuai
dengan pekerjaan yang ada agar penyelesaian pekerjaan bisa lebih cepat, tepat dan
hemat.
e.
Aspek Ekonomi Sosial
Dampak ekonomi meliputi :
·
Jumlah tenaga kerja yang tertampung, baik yang bekerja
di pabrik maupun masyarakat yang di luar pabrik
·
Peningkatan pendapatan masyarakat
Dampak sosial yang muncul akibat adanya usaha berupa
tersedianya sarana dan prasarana, antara lain :
·
Pembangunan jalan
·
Penerangan
·
Sarana telepon
·
Sarana air minum
f. Aspek
finansial
Aspek
finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan
bisnis layanan Personal Info Services. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan
kajian pertimbangan tersendiri bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil
langkah strategi terhadap penyelenggaraan bisnis.Untuk mengambil suatu
keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis
yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau
dari segi ekonomis.
Kelayakan usaha mendukung strategi Turn-around dapat diketahui berdasarkan
beberapa kategori atau kriteria (Suratiyah, 2006). Beberapa kriteria untuk
mengetahui kelayakan usaha yaitu produktivitas modal dan R/Cratio.
a)
R/C Ratio
R/C ratio adalah perbandingan
antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat proses
produksi sampai hasil. R/Cratio
yang semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani
dalam melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 2005). Analisis revenue
cost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue)
dengan biaya (cost). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
R/C ratio =
Kriteria :
Bila
R/C ration >1, maka Usaha dikatakan
layak
Bila
R/C ration =1, maka Usaha dikatakan
impas
Bila
R/C ration <1, maka Usahatidak layak
diusahakan
b)
Produktivitas
Modal (Ï€/C ratio)
Produktivitas modal atau π/C ratio merupakan
perbandingan antara produktivitas modal dengan suku bunga yang berlaku. Produktivitas
modal atau π/C ratio secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Ï€/C ratio =
Keterangan:
Ï€/C
= Produktivitas Modal
Ï€ = Keuntungan
TC
= Biaya Total (total cost)
2.
Konsep
strategi
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan.
Perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan
dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan
perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan (Hameldan Prahalad dalam Rangkuti, 1997).Strategi adalah bakal
tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan
yang banyak untuk merealisasikannya. Strategi juga mempengaruhi kehidupan
organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu,
sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai fungsi
multifungsional atau multidimensional dan dalam perumusannya perlu
mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi
perusahaan (David, 2004).
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan
konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang
disusun. Konsep konsep tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Distinctive
Competence : tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan
dengan pesaingnya.
b.
Competitive
Advantage : kegiatan spesifik yang
dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
3.
Tipe-tipe
Strategi
Strategi pada prinsipnya dapat dikelompokkan
berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu strategi manajemen, strategi investasi
dan strategi bisnis (Rangkuti, 1999).
a.
Strategi
manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat
dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro.
Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi pengembanganpasar, strategi
mengenai keuangan, dan sebagainya.
b.
Strategi
investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada
investasi. Misalnya, apakah perusahan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang
agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi
pembangunan kembali suatu divisi baru atau divestasi.
c.
Strategi bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi
bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi
kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produk atau
operasional, strategi distribusi, strategi organisasi yang berhubungan dengan
keuangan.
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SWOT
Menurut Suryatama (2014), menyatakan ada dua faktor
yang bisa mempengaruhi analisis SWOT, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Mengetahui apa saja yang ada di dalam faktor internal dan faktor
eksternal bisa dilihat dalam ulasan sebagai berikut:
a.
Faktor Internal
Dua huruf pertama dalam akronim strengths atau
kekuatan dan weaknesses atau kelemahan dalam melihat faktor internal
yang berati sumber daya dan pengalaman yang tersedia bagi bisnis anda. Contoh
daerah ini meliputi hal-hal seperti berikut :
1.
Sumber daya
keuangan seperti pendanaan, pendapatan, dan peluang investasi.
2.
Sumber daya
fisik seperti lokasi industri kecil, fasilitas, dan peralatan.
3.
Sumber daya
manusia seperti karyawan, relawan, dan khalayak sebagai sasaran.
4.
Proses saat ini
seperti program kerja, departemen penyusunan, dan sistem perangkat lunak.
b.
Faktor Eksternal
Hakekatnya sebuah perusahaan, organisasi dan individu
dipengarui oleh kekuatan eksternal baik terhubung langsung atau tidak langsung
untuk sebuah kesempatan dan ancaman, masing-masing faktor sangat penting.
Faktor eksternal biasanya merupakan referensi anda atau perusahaan yang tidak
bisa dikontrol seperti berikut :
a. Tren pasar
seperti adanya produk-produk baru dan teknologi atau pergeseran kebutuhan
khalayak.
b. Tren ekonomi
seperti lokal, nasional, dan tren finansial skala internasional.
c. Pendanaan seperti sumbangan, lembaga, dan yayasan
lainya.
d. Demografi seperti target usia dari khalayak, ras, gender,
dan budaya.
5.
Analisis SWOT
Kottler (2005), dalam bukunya yang berjudul manajemen
pemasaran menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. Menurut
Suryatama (2014), SWOT adalah sebuah singkatan dari Strength (S), Weakness
(W), Opportunites (O), dan Threats (T). Analisis SWOT sendiri
merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang di gunakan untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis.
a.
Strength
Strength atau
kekuatan adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi
atau program pada saat ini.Strength merupakan faktor internal yang mendukung
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya,
keahlian atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber keuangan,
citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dengan supplier.
b.
Weakness
Weakness atau
kelemahan adalah kegitan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik
atau sumber daya yang di butuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh
organisasi.Kelemahan itu terkadang lebih mudah terlihat dari pada sebuah
kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak
dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada. Weakness merupakan faktor internal
yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat
berupa fasilitas yang tidak lengkap, kekurangan sumber keuangan, kemampuan
mengelola, keahlian pemasaran, dan citra perusahaan.
c.
Opportunity
Opportunity atau
kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan
kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. opportunity
merupakan faktor ekternal yang mendukung perusahaan dalam mencapai
tujuanya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapain tujuan dapat berupa
perubahan kebijakan, perubahan pesaing, perubahan teknologi, dan perkembangan
hubungan supplier dan buyer.
d.
Threat
Threat atau
ancaman adalah faktor negatif dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi
berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Threat merupakan
faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor
eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru,
pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power dari pada supplier
dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan baru.
6.
Bambu
Tanaman bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh di
daerah beriklim panas ataupun dingin. Bagian tanaman bambu biasa dipergunakan
untuk beberapa macam keperluan. Tanaman bambu juga sebagai tanaman yang berjasa
untuk menyimpan air di hutan, kebun dan tebing-tebing sungai. Batangnya
dipergunakan untuk bangunan, pagar, perabot, kerajinan tangan dan alat musik
(Soedjono, 1991). Banyaknya jenis bambu di Simalungun salah satunya yaitu bambu
Apus.
Bambu apus memiiliki potensi cukup besar dan banyak
ditemukan di lahan-lahan milik rakyat di Kabupaten Simalungun. Bambu tersebut
merupakan bambu yang paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan bangunan rumah
sederhana atau penunjang bangunan modern. Di Indonesia bambu apus tersebut
belum banyak dimanfaatkan secara optimal dan belum memiliki nilai tambah yang
tinggi. Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai
tinggi 10-20 m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan, percabangan
tidak besar. Panjang ruas bambu apus 45-46 cm dengan diameter batang 5-8 cm.
Batang bambu yang berumur 3-5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3-15 mm.
Cabangprimer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang
berikutnya
7.
Bagian Batang Bambu
Menurut Soedjono (1991) batang bambu memiliki 4 bagian
yaitu:
a)
Kulit Luar
Kulit luar maksudnya bagian yang paling luar atau
paling atas. Warnanya hijau dan ada pula yang hitam (bambu wulung). Yang
berkulit luar hitam bila sudah kering berwarna kuning muda. Tebal kulit luar
kira-kira 0,1 mm.
b)
Bambu Bagian
Luar
Bagian ini maksudnya bagian-bagian yang terletak di
bawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah. Tebal bagian ini kurang
lebih 1mm. Sifatnya keras dan kaku.
c)
Bagian Tengah
Bagian tengah ini terletak di bawah luar atau antara
bagian luar dan bagian dalam, disebut juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih
2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan elastis. Maka bagian ini merupakan
bagian yang baik untuk bahan anyaman halus. Untuk bagian tengah yang paling
bawah sifat seratnya agak kasar, maka dapat dipergunakan sebagai anyaman
sedang.
d)
Bagian Dalam
Bagian ini adalah bagian yang paling dalam atau paling
bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati bambu. Sifat seratnya kaku dan
mudah patah, maka hanya untuk anyaman kasar.
8.
Anyaman bambu
Menurut Soedjono (1991) menganyam adalah suatu
pekerjaan yang memerlukan pekerjaan ketelitian, ketekunan, maka harus dilakukan
dengan penuh kesabaran. Anyaman bambu adalah anyaman yang memanfaatkan bambu
sebagai bahan baku untuk menganyam dengan cara diirat kemudian dianyam. Jenis
anyaman bambu ada beberapa macam yaitu anyaman tunggal, anyaman ganda dan
anyaman kombinasi. Jenis anyaman bambu yang digunakan dalam kerajinan usaha
anyaman keranjang bambu adalah jenis anyaman ganda. Anyaman ganda dibuat dengan
cara dua iratan lusi diangkat dan dimasuki satu iratan pakan, secara terus
menerus sehingga membentuk sebuah anyaman. Anyaman ganda ini jenis bermacam-macam
seperti ganda tiga satu disebut anyaman kepang, ganda empat dan lain sebagainya
(Santosa dkk, 2013).
B. Penelitian
Terdahulu
Menurut penelitian Trimoyo (2015) menyimpulkan bahwa usaha kerajinan
anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari menguntungkan dan layak untuk
diusahakan karena nilai R/C ratio sebesar 1,20. Faktor internal yang dapat
mendukung dan menghambat yaitu faktor kekuatan yang meliputi keuangan
menggunakan milik sendiri, SDM yang terampil, bambu apus melimpah, produk ramah
lingkungan dan kontinuitas produk lambar, sedangkan untuk faktor
kelemahan yaitu minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern, peralatan
masih tradisional, penjualan lambar mengikuti hari pasar di pasar
Gamblok, belum mampu mengelola keuangan dengan baik dan belum adanya variasi
bentuk produk. Faktor eksternal yang dapat mendukung dan menghambat yaitu
faktor peluang yang meliputi lambar selalu terjual, bambu apus mudah
diperoleh, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, adanya
permintaan lambar yang lebih lebar dan ada peralatan yang lebih modern,
sedangkan untuk faktor ancaman yaitu angin besar yang dapat merusak batang
bambu, cuaca mendung menghalangi proses penjemuran, kenaikan harga bambu apus,
perubahan gaya hidup masyarakat dan regenerasi tenaga kerja menganyam sulit.
Hasil perumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha kerajinan
anyaman bambu (lambar) di Desa Tanjungsari adalah menambah ukuran produk
anyaman bambu (lambar), melakukan manajemen produksi, melakukan pinjaman
ke lembaga keuangan dan menggunakan peralatan yang lebih modern.
Berdasarkan penelitian Setiawan (2010) menunjukkan
bahwa, keberadaan UKM kerajinan bambu di kampong Pajeleran kelurahan Sukahati
telah berlangsung secara turun temurun darigenerasi ke generasi, diperkirakan
telah ada sejak tahun 1960-an. Produk furniture bambu yang dihasilkan
oleh para pengrajin cukup bervariasi,namun beberapa jenis kerajinan yang rutin
atau secara teratur dibuat oleh pengrajin adalah seperti kursi, meja, kerai dan
tangga. Diketahui nilai total matriks IFE yang dimiliki oleh UKM adalahsebesar
3,00 dan nilai total matriks EFE yang dimiliki oleh UKM adalahsebesar 3,05.
Sehingga dengan demikian pada tahap pencocokan ini UKM masuk dalam sel I yang
berarti tumbuh dan membangun. Terdapat tiga alternatif strategi yang dapat
diterapkan dalam upaya mengembangkan usaha kerajinan bambu di wilayah Kampung
Pajeleran Kelurahan Sukahati adalah penetrasi pasar, pengembangan/perluasan
pasar dan pengembangan produk.Matriks QSPM menetapkan strategi pengembangan
produk sebagai strategi yang paling direkomendasikan, dikarenakan memiliki skor
TAS tertinggi di antara dua alternatif strategi lainnya.
Berdasarkan
Jurnal Valuta (April 2017) dapat
ditarik kesimpulan sebagai Struktur pasar pada usaha Tas Rajut Industri
pengolahan kreativitas Tali Kur dikota Pekanbaru adalah pasar oligopoli sedang.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penghitungan CR4 dan IHH (Indeks
Herfindhal-Hirschman). Hasil perhitungan
CR4 sebesar 58,29%, dimana hasil perhitungan berada 40%≤CR4≤60%. Adapun hasil
dari penghitungan IHH didapatkan nilai sebesar 1407.1251 yang berada pada
kisaran 1000-2500. Strategi pengembangan
yang dapat diterapkan dalam usaha Tas Rajut Industri pengolahan kreativitas
Tali Kur dikota Pekanbaru yaitu berada pada kuadran 1, yaitu strategi mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi agresif ini lebih fokus kepada
strategi SO (STRENGHT-OPPORTUNITIES), yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Adapun strategi SO adalah: peningkatan keahlian
SDM, peningkatan aktifitas promosi dan difersifikasi produk.
Berdasarka penelitian jurnal Diota Faktor
internal berupa kekuatan dari industry kerajinan bokor aluminium Desa Menyali didominasi oleh pangsa pasar yang luas dan
juga keterampilan dari para Pengerajinakan tetapi kelemahan yang timbul adalah
akses pembiayaan yang masih rendah dan juga promosi yang masih rendah, sehingga
pangsa pasarnya pun kurang. Untuk faktor eksternal dari industry ini berupa
peluang yaitu kemungkinan untuk dikembangkannya menjadi komoditas unggulan
daerah setempat hal ini diperkuat dengan banyaknya unit industry yang telah
menjadi binaan Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian. Selai itu yang
menjadi ancaman dalam industri ini adalah rendahnya daya beli masyarakat
serta daerah Buleleng yang masih
merupakan daerah perbukitan sehingga medan menjadi halangan. Rumusan strategi
pengembangan industry kerajinan bokor aluminium Desa Menyali ini dapat
digunakan oleh para pelaku usaha bidang ini dalam rangka peningkatan kuantitas,
kualitas, pangsa pasar dan profit usaha antara lain melakukan diversifikasi
kosentrik, pengembangan pangsa pasar, penggabungan usaha dan keterlibatan
pemerintah yang tinggi.
Menurut jurnal penelitian Dita Pebrianti karakteristik Industri kerajinan
mutiara Kelurahan Karang Pule yaitu industri tersebut merupakan usaha turun
temurun, menggunakan bahan baku mutiara air laut, area distribusi pemasaran
didominasi di dalam negeri, dan memanfaatkan teknologi internet sebagai usaha
pemasaran. Faktor kualitas produk memiliki daya tarik yang tinggi,
sedangkan faktor paket wisata berpartisipasi dalam pembuatan kerajinan kurang menjadi
daya tarik. Strategi yang secara umum diperlukan yakni strategi turn-around (berbenahdiri)
karena dalam matriks SWOT menunjukkan posisi industri kerajinan mutiara Karang
Pule berada pada kuadran IV. Strategi turn-aroundini dilakukan dengan manajemen
produk dan kegiatan manajerial.
C. Kerangka
pikiran
Usaha
kerajinan tangan keranjang bambu merupakan bahan jadi untuk membuat tempat buah atau hasil pertanian.
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui R/C ratio dan produktivitas
modal (Ï€/C ratio) dalam usaha keranjang bambu. Pengembangan usaha kerajinan keranjang
bambu banyak menghadapi kendala yang menghambat usaha dalam memproduksi
sehingga harus dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal.
Adanya matrik SWOT dipakai untuk menyusun strategi pengembangan usaha kerajinan
tangan keranjang bambu. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
kekuatan dan kelemahan dalam faktor internal, peluang dan ancaman dalam faktor
eksternal yang dihadapi usaha kerajinan tangan keranjang bambu, sehingga
menghasilkan strategi pengembangan kerajinan
tangan keranjang bambu.
Gambar 1.
Skema kerangka pikiran
III
METODE
PENELITIAN
A.
Tempat dan
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Nagori Sigodang Timur, Kecamatan
Panei Kabupaten Simalungun. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan
alasan daerah ini adalah daerah yag terdapat usaha pengrajin keranjang bambu
yang mulai berkembang. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu mulai
bulan Desember 2018 sampai Februari 2019.
B.
Populasi,
Sampel, dan Ukuran Sampel
Populasi yaitu banyaknya
pengusaha keranjang bambu yang ada di Nagori Sigodang Timur, yang dimana akan
diambil untuk sebagian dari sampel.
Metode pengumpulan sampel dilakukan dengan secara
sengaja (purposive sampling) yang
terdiri dari :
1.
Pengrajin
keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun
Sebanyak 30 orang
2.
Pemasok bahan
baku (petani bambu) sebanyak 1 orang
3.
Pemasaran
keranjang bambu (penjual) sebanyak 1 orang
4.
Perangkat Nagori
(Sekretaris Daerah) sebanyak 1 orang
Dan ukuran sampel yang peneliti teliti yaitu yang
menghasilkan produk keranjang minimal
200 produk per bulan.
C.
Metode
Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari responden yang melakukan usaha kerajinan keranjang bambu melalui wawancara dan observasi kepada
responden yang melakukan usaha kerajinan keranjang bambu. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
pengisian kuisioner dengan teknik wawancara dan pencatatan pada saat penelitian
berlangsung. Wawancara tersebut dilakukan langsung pada pengrajin keranjang bambu dengan cara mendatangi langsung tempat tinggal
responden yaitu Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.
b.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku,
jurnal, arsip, literatur dan dokumen-dokumen penting yang masih ada hubungannya
dengan materi strategi pengembangan, yang memiliki kaitan dengan penelitian
ini.
D. Metode Analisis
Data
Analisis data adalah kekuatan untuk menerapkan data
sehingga siperoleh suatu kebenaran dari
referensi yang di dapat. Metode penelitian ini
menggunakan metode deskriftif. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan
gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.
1.
kelayakan usaha
Analisis kelayakan usaha kerajinan anyaman keranjang bambu dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C ratio =
Kriteria
:
Bila
R/C ration >1, maka Usaha dikatakan
layak
Bila
R/C ration =1, maka Usaha dikatakan
impas
Bila
R/C ration <1, maka Usahatidak layak
diusahakan
Data yang diambil dalam penelitian strategi
pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu diambil dari hasil wawancara, observasi, studi
pustaka dan dokumetasi.
a.
Metode Wawancara
yaitu menggunakan metode tanya jawab langsung dengan berbagai pihak yang
terkait di usaha kerajinan keranjang bambu untuk memperoleh keterangan sebagai tujuan
penelitian.
b.
Observasi/pengamatan
yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang sebenarnya
terjadi dilapangan, hal ini dilakukan untuk menyelaraskan wawancara dan
pencatatan yang dilakukan.
c.
Studi pustaka
yaitu pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia dan
menghubungkan dengan kegiatan penelitian. Data tersebut dapat berupa buku,
arsip, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.
d.
Dokumentasi
yaitu merupakan teknik pengumpulan gambar untuk memperkuat data-data yang
diambil dengan menggunakan teknik pengambilan data sebelumnya.
e.
Kuisioner yaitu
teknik pengumpulan data dimana peneliti memberikan sejumlah pertanyaan tertulis
yang diberikan kepada responden untuk dijawab.
2. Analisis
Data Faktor Internal dan Eksternal
a) Faktor
Internal
Faktor-faktor strategi internal suatu
perusahaan diidentifikasikan dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary). Tahapannya adalah
sebagai berikut :
1. Tentukan
faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.
2. Beri
bobot masing-masing faktor tersebut dalam skala mulai dari 1,0 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategi perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00).
3. Hitung
rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai
dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan)
diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik).
b) Faktor
Eksternal
Berikut
ini adalah cara-cara penentuan faktor strategis eksternal (EFAS) :
1. Tentukan
faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahan dalam kolom 1.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dalam
kolom 2, skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting),
berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi
perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
1,00)
3. Hitung
rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai
dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik),
sedangkan variabel yang bersifat negatif atau ancaman kebalikannya.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada
kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
sampai 1,0.
5. Jumlahkan
skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi
perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan
tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya. Total skor ini
dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industrinya.
3. Matrik
Internal–Eksternal
Internal-Eksternal
Matrik (IE)
KUAT RATA-RATA LEMAH
4.0
3.0 2.0 1.0
I
Pertumbuhan
|
II
Pertumbuhan
|
III
Penciutan
|
IV
Stabilitas
|
V
Pertumbuhan
|
VI
Penciutan
|
Stabilitas
|
||
VII
Pertumbuhan
|
VIII
Pertumbuhan
|
IX
Likuidasi
|
TINGGI
3.0
MENENGAH
2.0
RENDAH
1.0
Sumber : Rangkuti (1999).
Sumber : Rangkuti (1999).
Gambar 2. Matrik IE
Keterangan
:
I.
: Strategi konsentrasi
melalui intergrasi vertical.
II.
: Strategi konsentrasi
melalui intergrasi horizontal.
III.
: Strategi turnaround.
IV.
: Strategi stabilitas.
V.
: Strategi konsentrasi melalui intergrasi
horizontal atau stabilitas (tidak ada perubahan terhadap laba).
VI.
: Strategi divestasi.
VII.
: Strategi
diversifikasi kosentrik.
VIII.
: Strategi
diversifikasi konglomerat.
IX.
: Strategi likuidasi
atau bangkrut.
4. Teknik Pembobotan
Teknik
pembobotan menggunakan metode “paired
comparison” (Kinnear dan Taylor, 1996) yang ditentukan oleh faktor internal
dan eksternal. Skala yang digunakan adalah 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa :
1 = Jika faktor strategis internal atau eksternal
pada baris/ horisontal kurang penting daripada faktor strategis internal dan
eksternal pada kolom/vertikal.
2 = Jika faktor strategis internal atau eksternal
pada baris/horisontal sama penting dengan faktor strategis internal dan
eksternal pada kolom/vertikal.
3 = Jika faktor strategis internal dan eksternal
pada baris/horisontal lebih penting daripada faktor strategis internal dan
eksternal pada kolom/vertikal.
Bobot setiap faktor diperoleh dengan
menentukan proporsi nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan.
Rumus yang digunakan sebagai berikut
:
Ai =
Keterangan
:
Ai
= Bobot faktor ke i
xi
= Nilai faktor ke I
i
= 1, 2, 3, … n
n
= Jumlah faktor
Penentuan
pembobotan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada informan untuk
melihat derajat kepentingan dari masing-masing faktor dibandingkan dengan
faktor-faktor lainnya seperti pada Tabel
berikut ini
Gambar 3.Penentuan
Bobot IFAS dan EFAS
Penentuan
Faktor
|
Faktor
A
|
Faktor
B
|
Faktor
C
|
……..
|
Total
|
Bobot
|
Faktor
A
|
|
|
|
|
X1
|
A1
|
Faktor
B
|
|
|
|
|
X2
|
A2
|
Faktor
C
|
|
|
|
|
X3
|
A3
|
……
|
|
|
|
|
…
|
…
|
Total
|
|
|
|
|
Xn
|
1,00
|
Sumber : Kinnear dan Taylor
(1996)
5. Teknik Peratingan
Pemberian
peringkat atau peratingan dalam kuesioner ditentukan oleh kondisi masing-masing
faktor yang ada di perusahaan. Skala peringkat yang digunakan adalah :
a. Analisis
faktor internal sebagai kekuatan dan kelemahan pemberian nilai peringkat adalah
sebagai berikut :
1. Nilai
4, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan utama
2. Nilai
3, jika faktor strategis dinilai mempunyai kekuatan kecil
3. Nilai
2, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan kecil
4. Nilai
1, jika faktor strategis dinilai mempunyai kelemahan utama
b. Analisis
faktor eksternal sebagai peluang yang ada pada perusahaan, pemberian nilai
peringkat adalah sebagai berikut :
1. Nilai
4, jika perusahaan memiliki kemampuan “sangat baik” untuk meraih peluang
2. Nilai
3, jika perusahaan memiliki kemampuan “baik” untuk meraih peluang
3. Nilai
2, jika perusahaan memiliki kemampuan “cukup baik” untuk meraih peluang
4. Nilai
1, jika perusahaan memiliki kemampuan “tidak baik” untuk meraih peluang
c. Analisis
faktor eksternal sebagai ancaman yang dihadapi perusahaan, pemberian nilai
peringkat adalah sebagai berikut :
1. Nilai
4, jika ancaman bagi perusahaan “kecil”
2. Nilai
3, jika ancaman bagi perusahaan “sedang”
3. Nilai
2, jika ancaman bagi perusahaan “besar”
4. Nilai
1, jika ancaman bagi perusahaan “sangat besar”
6. Alternatif
Strategi
Alat
analisis yang digunakan dalam penyusunan faktor-faktor strategis perusahaan
dalam penelitian ini adalah menggunakan matriks SWOT. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eskternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilakan empat set kemungkinan alternatif strategi
(Rangkuti, 1999:193).
Gambar 4.Matrik SWOT
|
Strenght
(S)
Menentukan 5-10
faktor-faktor kekuatan internal
|
Weakness
(W)
Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan
internal
|
Opportunities
(O)
Menentukan 5-10
faktotr-faktor peluang eksterna
|
Strategi
S-O
Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
|
Strategi
W-O
menciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
|
Threats
(T)
Menentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
|
Strategi
S-T
Menciptakan strategi dengan
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
|
Strategi
W-T
Menciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
|
Keterangan:
1. Strategi
SO
Strategi
ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2.
Strategi ST
Strategi
ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi
WO
Strategi
ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi
WT
Strategi
didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
E.
Batasan
Operasional
1.
Usaha yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah usaha pengrajin keranjang bambu.
2.
Bambu apus
adalah bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan keranjang bambu.
3.
Responden adalah
pengrajin keranjang bambu yang menghasilkan produk minimal 200 per bulan.
4.
Faktor strategi
pengembangan kerajinan keranjang bambu yaitu faktor internal dan eksternal.
5.
Analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
usaha kerajinan tangan industri anyaman keranjang bambu, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
ancaman (Threat).
6.
Kekuatan (Strength) adalah sumber daya,
keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lainnya yang berhubungan dengan
industri anyaman keranjang bambu dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh industri anyaman keranjang bambu
7.
Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan atau keterbatasan dalam sumber
daya dan keterampilan yang secara efektif menghambat proses produksi industri
anyaman keranjang bambu. Kelemahan (Weakness) dapat diukur menggunakan analisis
matrik SWOT
8.
Peluang (Opportunity)
adalah kondisi utama yang menguntungkan atau membantu dalam lingkungan indsutri
anyaman keranjangbambu. Peluang (Opportunity) dapat diukur menggunakan analisis
matrik SWOT.
9.
Ancaman (Threats)
adalah kondisi-kondisi yang dapat mengganggu industri anyaman
keranjang bambu. Ancaman merupakan
penghalang utama bagai industri anyaman bambu (lambar) dalam mencapai
keberhasilan. Ancaman (Threats) dapat diukur menggunakan analisis matrik
SWOT.
10. Matrik SWOT adalah matrik yang dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan faktor internal yang
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
11. Lokasi penelitian ini di Nagori Sigodang Timur.
12. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
2018 - januari 2019.
13. Asumsi pada penelitian saya yaitu bahwa dalam 1 bulan
terdapat 30 hari.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Desa
1.
Geografis Wilayah
Nagori Sigodang Timur
Wilayah
Nagori Sigodang Timur terletak pada memiliki luas wilayah
420 Ha dengan ketinggian +1200 meter di atas
permukaan laut. Nagori Sigodang Timur terdiri dari 6 Huta
yaitu, Huta Kampung Durian, Huta Hutarih, Huta Kampung Tinggi, Huta Purba
Panei, Huta Batu Duapuluh Atas, Huta Batu Duapuluh Tengah, Huta Batu Duapuluh
Bawah, Huta Batu Duapuluh Belakang Kecamatan Penei Kabupaten Simalungun. Nagori Sigodang Timur memiliki
batas-batas wilayah dengan wilayah lain sebagai berikut:
-
Sebelah Utara : Nagori
Bahbakuo
-
Sebelah Selatan : Nagori
Bahbinoman
-
Sebelah Barat : Nagori
Sigodang Barat
-
Sebelah Timur : Nagori
Marjandi Embong
2.
Keadaan
Penduduk Nagori Sigodang Timur
a.
Berdasarkan
jenis kelamin dan usia penduduk
Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin dan usia penduduk pada
dasarnya dapat mempengaruhi
pembangunan di suatu wilayah. Ketersediaan sumber daya
manusia dan sumber daya alam merupakan faktor penting dalam meningkatkan
pembangunan dan pendapatan.
Jumlah jenis kelamin
Nagori Sigodang Timur dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
. Jumlah
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Nagori
Sigodang Timur
No
|
jenis kelamin
|
jumlah jiwa
|
Persentase %
|
1
|
Laki laki
|
1037
|
44
|
2
|
Perempuan
|
1320
|
56
|
Jumlah
|
2357
|
100
|
Sumber: Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
Berdasarkan
Tabel 1 jumlah penduduk Nagori Sigodang Timur jenis kelamin laki-laki adalah sebesar1.037 jiwa (44%), sedangkan jenis kelamin perempuan
sebesar 1.320 jiwa (56%). Jumlah
penduduk Nagori Sigodang Timur
berdasarkan usia dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2
. Jumlah Penduduk
Nagori Sigodang Timur Berdasarkan Usia
No
|
Usia
|
Jumlah
(jiwa)
|
Persentase
(%)
|
1
|
00
– 06
|
289
|
12,25
|
2
|
07
– 12
|
300
|
12,72
|
3
|
13
– 25
|
838
|
35,53
|
4
|
26
– 59
|
610
|
25,90
|
5
|
60
ke atas
|
321
|
13,60
|
Jumlah
|
2358
|
100
|
Sumber:
Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
Usia
produktif yang tersedia di Nagori Sigodang Timur berdasarkan Tabel 2 sekitar
lebih kurang sebanyak 1.448 orang. Hal ini menunukkan banyaknya
tersedia SDM yang ada di Nagori Sirpang Sigodang.
b. Berdasarkan
mata pencaharian
Lapangan pekerjaan
dapat digunakan untuk
mengetahui rata-rata
pendapatan perkapita dan
sebagai salah satu
alat ukur untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan penduduk.
Tingkat kesejahteraan
penduduk yang tepat
dapat terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk
yang sesuai seperti
kebutuhan sandang, pangan,
kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Penduduk di Nagori Sigodang Timur bekerja pada sektor pertanian dan non pertanian.
Mata pencaharian penduduk di wilayah Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3
. Mata
Pencaharian Penduduk di Nagori Sigodang Timur
No
|
Mata pencarian
|
Jumlah (jiwa)
|
Persentase (%)
|
1
|
PNS
|
150
|
6,36
|
2
|
Petani
|
723
|
30,67
|
3
|
Pengrajin
|
270
|
11,46
|
4
|
Pertukangan
|
10
|
0,42
|
5
|
Wiraswasta
|
20
|
0,85
|
6
|
Tidak
bekerja
|
1184
|
50,23
|
Jumlah
|
2357
|
100
|
Sumber:
Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
Berdasarkan Tabel 3 dapat
dilihat persentase mata pencaharian tertinggi
penduduk terletak pada kelompok petani yaitu sebesar 723 jiwa dengan
persentase 30,7%. Urutan
selanjutnya terletak pada kelompok pengrajin yaitu sebesar 270 jiwa
dengan persentase 11,46%, PNS 150 jiwa dengan
persentase 6,36%, wiraswasta 20 jiwa dengan persentase
0,85%,
diurutan terendah adalah
pertukangan 10 jiwa dengan persentase 0,42%. Rata-rata
mata pencaharian penduduk di Nagori Sigodang adalah
petani.
c. Berdasarkan
pendidikan
Pendidikan
merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki setiap orang untuk
menunjang kemajuan dan kesejahteraan wilayah, semakin tinggi suatu pendidikan
maka akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna dalam pembangunan wilayahnya. Nagori Sigodang merupakan
wilayah dengan kondisi jumlah penduduk yang memiliki latar belakang pendidikan
berbeda-beda. Jumlah penduduk menurut
tingkat pendidikan di Nagori Sigodang dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 4
. Riwayat
Pendidikan Penduduk di Nagori Sigodang Timur
No
|
Jenis
pendidikan
|
Jumlah
(Jiwa)
|
Persentase
(%)
|
1
|
TK
|
87
|
3,7
|
2
|
SD
|
564
|
23,9
|
3
|
SMP
|
563
|
23,9
|
4
|
SMA
|
993
|
42,1
|
5
|
D3 - S1
|
150
|
6,4
|
Jumlah
|
2357
|
100
|
Sumber: Monografi Nagori Sigodang Timur (2018)
Berdasarkan Tabel 4 penduduk Nagori Sigodang Timur yang memiliki persentase tingkat pendidikan tertinggi pada
tingkat SMA
yaitu sebanyak 993 jiwa dengan persentase 42,1%. Urutan
selanjutnya terletak pada tingkat SD yaitu sebanyak 564 jiwa
dengan persentase 23,9%, SMP sebanyak 563 jiwa dengan persentase 23,9%, D3–S1 sebanyak 150 jiwa dengan persentase 6,4%, dan posisi
terendah adalah pada tingkat TK sebanyak 87 jiwa dengan persentase 3,7%. Rata-rata pendidikan penduduk di Nagori Sigodang sebagian besar yaitu SMA.
B.
Analisis
Data
1.
Proses
Produksi Kerajinan Keranjang Bambu
Proses produksi
dalam penelitian ini
adalah proses produksi kerajinan tangan keranjang bambu yang berada di Nagori Sigodang Timur. Produk
keranjang bambu yang dihasilkan merupakan
produk kerajinan tangan
yang berbahan baku bambu
apus. Proses produksi tersebut
dilakukan menggunakan peralatan
seperti, gergaji, pisau. Proses produksi kerajinan keranjang bambu dikerjakan oleh usia
produktif dari tahap awal hingga tahap akhir. Berikut ini adalah proses-proses
produksi kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur.
a.
Proses pembelahan, pembelahan yang dilakukan dalam
produksi pembuatan kerajinan keranjang bambu adalah membelah bambu dengan menggunakan
pisau pada bagian kulit
luar bambu yang berwarna hijau menggunakan pisau.
b.
Proses pengiratan, pengiratan yang dilakukan dalam produksi anyaman keranjang bambu adalah mengirat bambu yang sudah dibelah dengan cara memberi jalan iratan
menggunakan pisau untuk dibuat
iratan.
c.
Proses penganyaman,
penganyaman yang dilakukan
dalam produksi anyaman keranjang bambu adalah
menganyam iratan bambu yang
sudah dihaluskan yang
dilandasi dengan landasan anyaman.
2.
Karakteristik
Responden
a.
Identitas
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) klasifikasi umur
dibedakan menjadi 3 kategori umur, yaitu produktif usia
muda (15-30 tahun), produktif usia dewasa
(30-65 tahun) dan
umur tidak produktif
(>65 tahun).
Tabel 5
. Umur responden
No
|
Kategori
|
Umur
(tahun)
|
Jumlah
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Produktif Usia Muda
|
15 – 30
|
1
|
3,333
|
2
|
Produktif Usia Dewasa
|
31 – 40
|
7
|
23,333
|
3
|
Produktif Usia Dewasa
|
41 – 53
|
13
|
43,333
|
4
|
Produktif Usia Dewasa
|
54 – 65
|
8
|
26,668
|
5
|
Tidak Produktif
|
> 65
|
1
|
3,333
|
Jumlah
|
|
30
|
100
|
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan Tabel 5 menyatakan
bahwa usia pengrajin keranjang bambu berada pada umur 30 -65 dengan 93,333 %
dapat dikatakan bahwa umur responden tersebut dikatakan sudah produktif.
b.
Tingkat
Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan
responden akan menentukan keberhasilan dan
pola pikir pengrajin dalam
menjalankan usahanya. Tingkat pendidikan responden pengrajin
keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
. Tingkat Pendidikan
No
|
Pendidikan
|
Jumlah (jiwa)
|
Persentase (%)
|
1
|
SD
|
8
|
26,7
|
2
|
SMP
|
6
|
20
|
3
|
SMA
|
16
|
53,3
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Sumber: Data di olah(2018)
Berdasarkan Tabel 6
menunjukkan tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini sebagian besar berpendidikan SMA/SMK yang memiliki persentase 53,3% dan
dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden tidak buta huruf. Dengan
ketentuan tersebut maka responden akan lebih mudah mengerjakan pekerjaan dengan
mengetahuinya informasi dari membaca.
c. Jenis
Kelamin Responden Pengrajin keranjang
Bambu
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi
jenis kelamin responden Pengrajin
keranjang Bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7
. Jenis
Kelamin Responden Pengrajin Keranjang Bambu
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah (orang)
|
Persentase (%)
|
1
|
Laki-laki
|
23
|
76,7
|
2
|
Perempuan
|
7
|
23,3
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan
Tabe l7 menyatakan dengan persentase 76,7% maka, dapat dikatakan lapangan utama
pekerjaan di Nagori Sigodang yaitu pengrajin keranjang bambu.
C.
Pembahasan
Hasil Penelitian
1. Biaya
Produksi
Usaha kerajinan tangan bambu di Nagori Sigodang Timur
dalam menjalankan usahanya tidak dapat terlepas daribiaya produksi yang
dipergunakan. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu
di Nagori Sigodang Timur tersebut terdiri dari biaya eksplisit dan biaya
implisit. Berikut ini adalah rincian biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh
pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur.
2. Biaya
Eksplisit
Biaya eksplisit yaitu biaya yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu yang
digunakan untuk membayar pajak tempat produksi, biaya tenaga kerja luar
keluarga dan biaya bahan baku. Penggunaan biaya eksplisit selama bulan Desember
2018 dalam usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
. Rata-Rata Biaya Eksplisit Bulan Desember 2018 Usaha
Kerajinan Keranjang Bambu Di
Nagori Sigodang Timur.
No
|
Uraian
|
Biaya (Rp)
|
Persentase (%)
|
1
|
Pajak tempat produksi
|
7.047,22
|
0,400
|
2
|
Bambu apus
|
1.289.466,67
|
73,300
|
3
|
Tenaga kerja luar keluarga
|
462.666,67
|
26,300
|
Jumlah
|
1.759.180,56
|
100
|
Sumber: Data di Olah (2018).
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa, rata-rata biaya
yang dikeluarkan untuk biaya pajak tempat produksi pengrajin keranjang bambu di
Nagori Sigodang Timur adalah Rp 7.047,22 dengan persentase 0,400%, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya bambu
apus pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur sebesar Rp.1.289.466,67
dengan persentasi 73,300% dan rata rata biaya tenaga kerja luar keluarga
sebesar Rp.462.666,67 dengan persentasi 26,300%. Rata-rata biaya eksplisit dalam bulan Desember 2018
yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur adalah
sebesar Rp.1.759.180,56
3. Biaya
Implisit
Biaya implisit yaitu biaya yang secara ekonomis harus
ikut dihitungkan sebagai biaya produksi, meskipun tidak dibayar dalam bentuk
uang. Biaya implicit produksi keranjang bambu yaitu biaya tenaga kerja dalam
keluarga dan penyusutan alat produksi. Penggunaan biaya implisit bulan Desember
2018 dalam usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9
. Rincian Rata-Rata Biaya Implisit Bulan Desember 2018 Kerajinan
Keranjang Bambu Di Nagori Sigodang Timur.
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Biaya
|
Persentase
|
1
|
Tenaga kerja dalam keluarga
|
106 JKO
|
1.683.666,67
|
99,03
|
2
|
Penyusutan alat produksi
|
|
18.080,68
|
0,97
|
Jumlah
|
|
1.701.747,35
|
100
|
Sumber: data diolah (2018).
Berdasarkan Tabel 9 rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya
tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp 1.683.666,67 dengan persentase 99,03% dan biaya penyusutan alat
produksi sebesar Rp.18.080,68 dengan persentase 0,97%. Penggunaan biaya
implisit yang dikeluarkan pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur
sebesar Rp. 1.701.747,35.
4. Biaya Total
Biaya total yang dipergunakan oleh pengrajin keranjang
bambu di Nagori Sigodang Timur yaitu terdiri daripenjumlahan biaya eksplisit
dan biaya implisit. Biaya total dalamusaha kerajinan tangan keranjang bambu di
Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
. Rincian Rata-Rata Biaya Total
Periode Bulan Desember 2018 Kerajianan Keranjang Bambu di Nagori Sigodang
Timur.
No
|
Jenis biaya
|
Jumlah (Rp)
|
Persentasi (%)
|
1
|
Biaya eksplisit
|
1.759.180,56
|
50,9
|
2
|
Biaya implicit
|
1.701.747,35
|
49,1
|
Jumlah
|
3.460.937,91
|
100
|
Sumber: Data di Olah (2018).
Berdasarkan
Tabel 10 rata-rata biaya eksplisit yang dikeluarkan selama bulan Desember 2018
pengrajin keranjang bambu sebesar Rp 1.759.180,56 dengan persentasi 50,9%sedangkan rata-rata biaya implisit dikeluarkan sebesar
Rp 1.701.747,35 dengan persentasi 49,1%.
Penggunaan biaya total yang dikeluarkan dalam bulan Desember 2018 kerajinan
keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur adalah sebesar Rp 3.460.937,91.
5. Penerimaan
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk
dengan harga jual yang dilakukan oleh usaha kerajinan keranjang bambu di
Nagori Sigodang Timur. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian rata-rata
penerimaan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11
. Rata-Rata Penerimaan Periode Bulan Desember 2018 Kerajinan
Keranjang Bambudi Nagori Sigodang.
No
|
Produksi
|
Harga
|
Penerimaan
|
|
|
|
|
1
|
780
|
7.800
|
6.092.400,00
|
Jumlah
|
6.092.400,00
|
Sumber: Data
Primer
Diolah (2018).
Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa rata-rata
penerimaan usaha kerajinan keranjang bambu yang diterima bulan Desember 2018 adalah
sebesar Rp 6.092.400,00
Penerimaan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur
berbeda-beda. Besar kecilnya penerimaan pengrajin tersebut ditentukan oleh,
besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bulan Desember 2018 dan jumlah produk
keranjang bambu bulan Desember 2018.
6. Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara total
penerimaandengan total biaya eksplisit. Total biaya eksplisit meliputi
totalbiaya penyusutan alat, total biaya pajak tempat produksi, dan totalbiaya
bambu apus. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian rata-rata pendapatan
usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang Timur dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12
. Rata-Rata Pendapatan Periode Bulan Desember 2018 Kerajinan
Keranjang Bambu
di Nagori Sigodang Timur.
No
|
Jenis biaya
|
Jumlah (Rp)
|
1
|
Penerimaan
|
6.092.400,00
|
2
|
Biaya eksplisit
|
1.759.180,56
|
Jumlah
|
4.333.219,44
|
Sumber: Data Primer di Olah (2018).
Berdasarkan Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa rata-rata
biaya penerimaan yang diperoleh selama periode bulan Desember 2018 pengrajin keranjang
bambu di Nagori Sigodang sebesar Rp.6.092.400,00 dan
rata biaya eksplisit yang dikeluarkansebesar Rp.1.759.180,56 Pendapatan yang diperoleh pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang
sebesar Rp. 4.333.219,44.
7. Keuntungan
Usaha
Keuntungan yang diperoleh pengrajin keranjang bambu di
Nagori Sigodang dihitung dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam periode Desember 2018. Besarnya rata-rata keuntungan
pengrajin keranjang bambu dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13
. Rata-rata Keuntungan Periode Bulan Desember 2018 Usaha
Kerajinan
Keranjang Bambu di Nagori Sigodang.
No
|
Rincian
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Penerimaan
|
6.092.400,00
|
2
|
Biaya total
|
3.460.937,91
|
Jumlah
|
2.631.462,09
|
Sumber: Data Primer di Olah (2018)
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata
keuntungan dalam satu periode bulan Desember 2018 yang diperoleh pengrajin keranjang
bambu di Nagori Sigodang Timur adalah sebesar Rp. 2.631.462,09.
8. Kelayakan
Usaha
Kelayakan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori
Sigodang ditentukan menggunakan analisis R/C ratio.Perhitungan analisis R/C
ratio ini dihitung dengan caramembandingkan penerimaan dengan total biaya.
Kelayakan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14
. Perhitungan R/C Ratio Kelayakan Usaha Kerajinan Keranjang
Bambu di Nagori
Sigodang
No
|
Rincian
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Penerimaan
|
6.092.400,00
|
2
|
Biaya total
|
3.460.937,91
|
R/C
|
1,80
|
Sumber: Data
Primer
di Olah (2018)
Berdasarkan pada Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai R/C
ratio pada usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang adalah sebesar 1,80.
Nilai R/C ratio sebesar 1,80 menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,8. Keadaan tersebut dapat diartikan juga bahwa,
usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang layak diusahakan karena
nilai R/C ratio >1.
D. Analisis
SWOT
a
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
1.
Analisis
Lingkungan Faktor Internal
Analisis lingkungan internal yang didapat pada saat penelitian
dan telah didiskusikan dengan informan kunci diperoleh faktor-faktor
yang menjadi kekuatan usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang
yaitu: SDM yang terampil, bambu apus mudah diperoleh, sarana dan prasarana,
lokasi mudah dijangkau, dan transportasi
mudah di jangkau. Faktor-faktor kelemahan usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori
Sigodang yaitu: peralatan masih tradisional,belum mampu mengelola keuangan
dengan baik, belum adanya variasi bentuk produk, regenerasi tenaga kerja
menganyam sulit. Hasil analisis faktor internal usaha kerajianan keranjang
bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat
pada Tabel 15 matrik IFAS dibawahini.
Tabel 15
. matrik IFAS
No
|
Kekuatan
|
Jumlah
|
Bobot
|
Rating
|
skor
|
|
1
|
SDM yang terampil
|
115
|
0,15
|
4
|
0,60
|
|
2
|
Dekat dengan bahan
baku
|
120
|
0,16
|
4
|
0,64
|
|
3
|
Sarana dan Prasarana
|
80
|
0,10
|
3
|
0,30
|
|
4
|
Lokasi mudah dijangkau
|
81
|
0,11
|
3
|
0,33
|
|
5
|
Transportasi mudah
dijangkau
|
87
|
0,12
|
3
|
0,36
|
|
Kelemahan
|
|
|||||
1
|
Peralatan masih
tradisional
|
65
|
0,09
|
2
|
0,18
|
|
2
|
Belum mampu mengelolah
keuangan dengan baik
|
60
|
0,08
|
2
|
0,16
|
|
3
|
Belum ada
diversifikasi produk
|
30
|
0,03
|
1
|
0,03
|
|
4
|
Regenerasi tenaga
kerja menganyam sulit
|
60
|
0,08
|
2
|
0,16
|
|
5
|
Penjualan kurang lancer
|
60
|
0,08
|
2
|
0,16
|
|
|
1,00
|
2,92
|
||||
Faktor yang menjadi kekuatan utama yang diharapkan
meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk mengembangkan usaha kerajinan
keranjang bambu di Nagori Sigodang adalah dekat dengan bahan baku memiliki skor
0,64 dengan
bobot 0,16 dan
rating 4, sarana dan prasarana memiliki skor 0,30 dengan bobot 0.10 dan rating 3. Faktor lain yang dapat dimanfaatkan
adalah SDM yang terampil memiliki skor 0,60 dengan bobot 0,15 dan rating 4, diikuti oleh lokasi mudah dijangkau memiliki
skor 0,33
dengan bobot 0,11
dan rating 3, transportasi mudah dijangkau memiliki skor 0,36 dengan bobot 0,12 dan rating 3.
Kelemahan dalam usaha pengembangan yang akan dilakukan
yaitu terletak pada peralatan masih tradisional yang memiliki sebesar 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2, belum mampu mengelola keuangan dengan
baik yang memiliki skor 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2, belum adanya variasi bentuk produk yang memiliki skor 0,03dengan bobot 0,03 dan rating 1. Faktor lain yang menjadi kelemahan
yaitu regerenasi tenaga kerja menganyan sulit yang memiliki skor 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2 dan penjulan kurang lancar yang memiliki skor 0,16 dengan bobot 0,08 dan rating 2. Berdasarkan analisis factor internal
usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang hasil analisis matrik IFAS
diperoleh total skor sebesar 2,92.
2.
Analisis Lingkungan
Faktor Eksternal
Analisis lingkungan eksternal yang didapat pada saat penelitian
diperoleh faktor-faktor yang menjadi peluang usaha kerajinan keranjang bambu di
Nagori Sigodang yaitu : permintaan keranjang masih ada, produk ramah
lingkungan, adanya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, teknologi
baru dan adanya penggudangan hasil kerajinan keranjang bambu. Hasil
identifikasi lingkungan eksternal pada saat penelitian berlangsung berdasarkan
faktor ancaman yaitu : adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk,
perubahan gaya hidup masyarakat luar, kenaikan harga bambu apus, angin besar
menyebabkan kerusakan batang bambu dan tidak adanya penyuluhan. Hasil analisis
faktor eksternal usaha kerajianan keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat
dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.
Tabel 16
. matrik EFAS.
No
|
PELUANG
|
Jumlah
|
Bobot
|
rating
|
skor
|
|
1
|
Permintaan Keranjang
masih ada
|
90
|
0,13
|
3
|
0,39
|
|
2
|
Produk ramah
lingkungan
|
90
|
0,13
|
3
|
0,39
|
|
3
|
Adanya lembaga
keuangan yang bersedia memberikan pinjaman
|
90
|
0,03
|
3
|
0,39
|
|
4
|
Teknologi baru
mengetehui informasi tentang keranjang bamboo
|
90
|
0,13
|
3
|
0,39
|
|
5
|
Adanya penggudangan
produk
|
60
|
0,09
|
2
|
0,18
|
|
|
ANCAMAN
|
|||||
1
|
Adanya persaingan
terhadap pemasaran hasil produk
|
60
|
0,09
|
2
|
0,18
|
|
2
|
Perubahan gaya hidup
masyarakat luar
|
30
|
0,06
|
1
|
0,06
|
|
3
|
Kenaikkan harga bamboo
|
60
|
0,09
|
2
|
0,18
|
|
4
|
Hujan dan Angin besar
yang dapat merusak batang bamboo
|
60
|
0,09
|
2
|
0,18
|
|
5
|
Tidak adanya
penyuluhan
|
30
|
0,06
|
1
|
0,06
|
|
|
1,00
|
2,40
|
||||
Faktor yang menjadi peluang yang sangat baik adalah Permintaan
Keranjang masih ada skor sebesar 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3 diikuti oleh produk ramah lingkungan 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3. Faktor lain yang menjadi peluang adalah
adanya lembaga keuangan yang bersedia memberi pinjaman memiliki skor sebesar 0,39 dengan bobot 0,13 dan rating 3, adanya teknologi baru yang memiliki
skor sebesar 0,39
dengan bobot 0,13
dan rating 3 dan adanya penggudangan produk yang memiliki skor 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2.
Faktor yang menjadi ancaman usaha kerajianan keranjang
bambu di Nagori Sigodang adalah adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk
yang memiliki skor 0,18 dengan bobot 0.09 dan rating 2, kenaikan harga bambu apus yang memiliki skor sebesar 0,18 dengan
bobot 0,09
dan rating 2, perubahan gaya hidup masyarakat luar
yang memiliki skor 0,06 dengan bobot 0,06 dan rating 1. Faktor lain yang menjadi ancaman adalah hujan dan angin
besar yang dapat merusak batang bambu memiliki skor sebesar 0,18 dengan bobot 0,09 dan rating 2 dan tidak adanya penyuluhan memiliki skor 0,06 dengan bobot 0,06 dan rating 1. Berdasarkan analisis faktor internal usaha kerajinan
keranjang bambu di Nagori Sigodang hasil analisis matrik EFAS diperoleh total skor
sebesar 2,40.
b
Analisis Matrik
IE
Pertemuan titik dari hasil analisis matrik IFAS dan
EFAS merupakan hasil yang dipergunakan untuk menentukan matrik IE. Hasil
analisis dari matrik IFAS diperoleh sebesar 2,92 dan hasildari matrik EFAS diperoleh sebesar 2,40. Berdasarkan titik pertemuan dari hasil analisis
matrik IFAS dan EFAS dapat diketahui posisi usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori
Sigodang terletak pada posisi strategi sel V yaitu pertumbuhan stabilitas. Posisi
matrik IE usaha kerajinan keranjang bamboo di Nagori Sigodang dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17
. Internal-Eksternal
Matrik (IE)
KUAT RATA-RATA LEMAH
4.0
3.0 2.0 1.0
I
Pertumbuhan
|
(2.92)II
Pertumbuhan
|
III
Penciutan
|
IV
(2.40)
Stabilitas
|
V
Pertumbuhan
|
VI
Penciutan
|
Stabilitas
|
||
VII
Pertumbuhan
|
VIII
Pertumbuhan
|
IX
Likuidasi
|
TINGGI
3.0
MENENGAH
2.0
RENDAH
1.0
Sumber : analisis data primer (2019).
Sumber : analisis data primer (2019).
Menurut
tabel 17 menunjukkan skor IFAS adalah 2,92
dan skor EFAS 2,40
dapat diketahui bahwa strategi yang sesuai pada usaha kerajinan keranjang bambu
terletak di sel V. Stategi untuk sel V yaitu strategi pertumbuhan dengan
konsentrasi melalui intregasi horizontal. Strategi pertumbuhan melalui
integrasi horizontal menurut Wheelen & Hunger (2012) dari sisi internal
hendaknya segmen pasar diperluas menjadi lebih besar, dan dari sisi eksternal
usaha keranjang bambu dapat melakukan akuisasi atau joint venture dengan lembaga yang terkait.
c
Analisis
Alternatif Strategi
Berdasarkan hasil dari matrik IE di atas menunjukkan
bahwa usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang menunjukkan pada sel V
yaitu pertumbuhan stabilitas. Berdasarkan dari hasil tersebut maka alternatif
strategi yang sesuai digunakan adalah matrik SWOT. Analisis matrik SWOT dapat
disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha
kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18
. Matriks SWOT
Internal
Eksternal
|
Strength (S)
1. SDM yang terampil
2. Bambu apus mudah diperoleh
3. Sarana dan prasarana
4. Lokasi mudah dijangkau
5. Transportasi mudah dijangkau
|
Weaknes (W)
1.
Peralatan masih tradisional
2.
Belum mampu mengelolah keuangan dengan baik
3.
Belum ada diversifikasi produk
4.
Regenerasi tenaga kerja menganyam sulit
5.
Pemasaran kurang lancar
|
Opportunities (O)
1.
Permintan keranjang masih ada
2.
Produk ramah lingkungan
3.
Adanya lembaga keuangan yang tersedia memberikan
pinjaman
4.
Teknologi baru
5.
Adanya penggudangan produk
|
Strategi S-O
1. Menambahkan ukuran poduk keranjang bambu (S2, O1, 04, 05)
2. Melakukan penggudangan (S4,S5,O1,O5)
|
Strategi W-O
1. Melakukan pinjaman kelembaga atau yang berwewenang (W2, O1, O3)
2. Meningkatkan regenerasi tenaga kerja (W1,W4,O1,O4)
|
Threats (T)
1.
Adanya persaingan terhadap pemasaran hasil produk
2.
Perubahan gaya hidup masyarakat luar
3.
Kenaikan harga bamboo
4.
Angin besar yang dapat merusak batang bamboo
5.
Tidak adanya penyuluhan
|
Strategi S-T
1. Melakukan manajemen produksi keranjang bamboo (S1, S2, T1, T3, T4, T5)
2. Aktif mengikuti penyuluhan (S1,,T1)
|
Strategi W-T
1. Menggunakan alat modern (W1, W4, T1, T4, T5)
2. Meminta pemerintah untuk menagdakan penyuluhan (W3,W4,T5)
|
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan Tabel 18 matrik
SWOT diperoleh strategi yang dapat dijadikan sebagai alternatif strategi
pengembangan usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang. Berikut adalah
alternatif yang dapat dipergunakan sebagai strategi pengembangan:
1.
Strategi
S-O
Menambah ukuran produk
keranjang bambu. Faktor yang berpengaruh S2 dan O1, O4, O5. Melakukan penggudangan, faktor yang
berpengaruh S4, S5 dan O1, O5 sehingga dapat mengambil peluang yang ada dan dapat meningkatkan
keuntungan. Pengambilan alternatif strategi tersebut karena dalam melakukan
penambahan ukuran produk diperlukan bahan baku selalu terjual karena sudah ada
permintaan dari konsumen dan
dengan banyaknya produk bisa dilakukan pergudangan dan bisa mengatur sekmentasi
pasar.
2.
Strategi
S-T
Melakukan manajemen produksi. Faktor yang
berpengaruh S1, S2, dan T1, T3, T4, T5. Aktif mengikuti penyuluhan. Faktor yang berpengaruh S1 dan T1 dan karena dengan adanya manajemen produksi yang baik SDM yang
terampil dan bahan baku atau bambu apus yang mudah di peroleh tetap dapat
melakukan produksi dalam keadaan alam yang tidak menentu setiap tahunnya dan
juga perubahan harga bahan baku bambu apus yang dapat mengurangi keuntungan dan dengan aktifnya mengikuti pelatihan
maka tidak akan kalah dengan pengrajin yang lain.
3.
Strategi
W-O
Melakukan pinjaman ke
lembaga atau yang berwenang. Faktor yang berpengaruh adalah W2, dan O1, O3. Meningkatkan regenerasi tenaga kerja.
Faktor yang berpengaruh W1, W4 dan O1, O4 minimnya modal untuk membeli alat yang lebih modern belum cukup
untuk memenuhi produksi diperlukan pinjaman ke lembaga keuangan untuk
memproduksi keranjang yang lebih banyak
dan dengan adanya tenaga kerja yang meningkat dapat meningkatkan produk.
4.
Strategi
W-T
Menggunakan peralatan yang
lebih modern. Faktor yang berpengaruh adalah W1, W4, dan T1, T4, T5. Meminta pemerintah untuk mengadakan
penyuluhan. Faktor yang berpengaruh W3, W4 dan T5 karena dengan adanya peralatan yang lebih modern dan pandangan pemerintah ada maka keadaan
alam yang tidak menentu bisa teratasi dan regenerasi tenaga kerja
yang menggunakan peralatan tradisional dan pelatihan yang dapat membantu produksi.
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap usaha kerajinan
keranjang bambu di Nagori Sigodang yang dilakukan dalam penelitian inidapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang
menguntungkan dan layak untuk diusahakan dengan nilai R/C
ratio sebesar 1,80.
2.
Faktor internal yang dapat mendukung tumbuh kembangnya
usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori Sigodang yaitu faktor kekuatan yang
meliputi SDM yang terampil, bambu apus mudah di peroleh, sarana dan prasarana, lokasi
mudah dijangkau, transportasi mudah dijangkau, sedangkan untuk faktor kelemahan
yaitu peralatan masih tradisional, belum mampu mengelola keuangan dengan baik,
belum adanya variasi bentuk produk, regenerasi tenaga kerja menganyam sulit dan
penjualan kurang lancar.
3.
Faktor eksternal
yang dapat mendukung tumbuh kembangnya usaha kerajinan keranjang bambu di Nagori
Sigodang yaitu faktor peluang yang meliputi permintaan keranjang masih ada, produk ramah lingkungan, adanya lembaga
keuangan yang bersedia memberikan pinjaman, teknologi baru, dan adanya
penggudangan hasil produk keranjang bambu sedangkan untuk faktor ancaman yaitu adanya
persaingan terhadap pemasaran hasil produk, perubahan gaya hidup masyarakat
luar, kenaikan harga bambu, angin besar yang dapat merusak batang bambu, dan tidak
adanya penyuluhan.
4.
Hasil perumusan
alternatif strategi yang dapat diterapkan pada usaha Kerajinan keranjang bambu
di Nagori Sigodang adalah menambah ukuran produk keranjang bambu, melakukan
penggudangan, melakukan manajemen produksi, aktif mengikuti penyuluhan, melakukan
pinjaman ke lembaga keuangan, meningkatkan regenerasi tenaga kerja, meminta
pemerintah untuk mengadakan penyuluhan dan menggunakan peralatan yang lebih
modern.
B.
Saran
1.
Usaha kerajinan keranjang
bambu sebaiknya melakukan manajemen produksi untuk mengatasi musim hujan dan kenaikan
harga bambu apus, dengan cara pada saat musim kemarau membeli bambu apus lebih
banyak untuk dijadikan sebagai stok ketika musim hujan.
2.
Usaha kerajinan keranjang
bambu sebaiknya menggunakan peralatan yang lebih modern untuk mempercepat waktu
produksi seperti alat pembelah bambu.
3.
Pemerintah
sebaiknya memperhatikan pengrajin keranjang
bambu,baik dalam peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan
cara menggunakan alat yang lebih modern, maupun dalam hal bantuan sarana dan
prasarana produksi keranjang bambu.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym, April 2017. Jurnal Valuta Stategi pengembangan rumah tangga di kota Pekanbaru. Usaha tas
rajut dari tali kur.
Daniel, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial
Ekonom. Bumi Aksara. Jakarta.
David, 2004.Faktor
internal dan faktor eksternal yang dihadapi perusahaan.
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten
Kebumen. 2014. Daftar Industri Kecil Anyaman Bambu di Kabupaten Kebumen.Diskop
danUMKM.Kebumen.
Hamel dan Prahalad,1997. Dalam rangkuti kecepatan inivasi pasar dan perubahan pola konsumen di
dalam strategi.
Husna dan suwarsono,2000.Aspek aspek studi kelayakan proyek.
Kottler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1.
PT INDEKS Gramedia.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Poerwandarminta.1948. budi dan akal manusia dalam budaya.
Rangkuti, Freddy. 1999. Tipe tipe strategi danAnalisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama, cet, kelima, September.
Rangkuti, Freddy.2014. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, cet, kesembilan
belas, Oktober.
Santosa Budi, Nurodo dan Jaidun Kurnaidi. 2013. Koleksi
Kerajinan Bambu.Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata.Museum Jawa Tengah Ranggawarsita.
Setiawan, Budi. 2010. Strategi Pengembangan Usaha
Kerajinan Bambu DiWilayah Kampung Pajeleran Sukahati Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor.Skripsi, tidak diterbitkan.Program Studi Manajemen
SekolahTinggi Ilmu Ekonomi Bogor.
Soekartawi,2005. Analisis revenue cost ration.
Soedjono dan Hartanto. 1991. Budidaya bambu.
DAHARA PRIZE.
Sugiyono, 2009.Pengambilan
sampel dilakukan teknik kelipatan dari bilangan tertentu/sampling sistematis.
Suratiyah,2006.kategori atau kriteria kelayakan usaha
mendukung strategi trun-araund.
Suryatama, Erwin. 2014. Lebih Mengenal Analisis
SWOT Dalam Bisnis. Penerbit: Kata Pena, Surabaya.
Trimoyo,2015. Strategi
pengembangan usaha kerajinan keranjang bamboo (lambar) di Desa Tanjungsari
Kecamatan petanahan Kabupaten.
Trimoyo. 2016.
Strategi pengembangan usaha kerajinan keranjang bamboo (lambar) di Desa
Tanjungsari Kecamatan petanahan Kabupaten. Skripsi tidak diterbitkan.Progam
studi Agribisnis Universitas Muhamadiyah Purworejo.
Wheelen,
Thomas L. Hunger, J David,2012. Strategi
management and business policy : Toward Global Sustainability. Thirteen
Edition. United States: Pearson
Komentar
Posting Komentar