Penggembalaan
merupakan bagian dari ilmu pastoral/ teologi praktika. Pengertian penggembalaan yang terutama digunakan di
gereja-gereja Indonesia adalah bagian dari pendampingan pastoral, yaitu pelayanan yang dijalankan oleh
pastor. Kata “pastor” berasal dari bahasa Latin yang artinya
gembala,
sedangkan dalam bahasa Yunani disebut poimen. Pengertian penggembalaan secara umum berasal dari bahasa Belanda seelsorge
(dibaca: Zielzorg) dan dalam bahasa Inggris disebut Pastoral Care. Istilah “
Seelsorge” berasal dari dua suku kata yaitu kata “ Seel” yang artinya nous (inggris)/ jiwa, sedangkan kata “Zorg/Care
(inggris)” adalah pengurusan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penggembalaan/ Seelzorg dapat
diartikan sebagai pengurusan jiwa/ roh.[1]
Penggembalaan
dalam lingkup teologia merupakan salah satu bidang teologi praktis yang
pembahasannya meliputi 2 bagian besar: (1). Bagaimana menggembalakan gereja?
(2). Bagaimana mengajar orang Kristen? Berdasarkan hal ini dapat dikatakan
teologi penggembalaan juga disebut ilmu kepemimpinan penggembalaan (pastoral leadership). Tuhan Yesus
sendiri juga sangat menjunjung tugas pengggembalaan. Ia melatih
murid-murid-Nya, menjadi teladan dan mengajar prinsip penggembalaan
(bdk.Mat.9:35-11:1; Luk.10:1-20; Yoh.13-17). Rasul Paulus juga menulis 3 pucuk
surat yang khusus membicarakan prinsip-prinsip penggembalaan kepada hamba-hamba
Tuhan yang masih muda, yaitu surat I, II Timotius dan Titus. Ketiga surat surat
tersebut sekarang ini disebut sebagai
surat penggembalaan. Rasul Yohanes dan Petrus di dalam surat-suratnya juga
membahas secara khusus dalam beberapa ayat tentang penggembalaan (II Yoh.; I
Pet.5:1-11; II). Pengajaran-pengajaran yang ditinggalkan keduabelas rasul, oleh
gereja-gereja di abad kedua dijadikan petunjuk serta prinsip dan pola
penggembalaan.[2]
Roh kudus yang memberikan karunia untuk
melakukan tugas-tugas penggembalaan
dan sesuai dengan kehendak-Nya menetapkan penatua-penatua atau penilik-penilik bagi umat
tebusan-Nya (
1Kor 12:28; Ef. 4:11; Kis. 20:28).[3]
Dengan mengarah kepada kasih karunia Tuhan Yesus, maka dalam penggembalaan, para
pelayan melakukan
pendampingan pastoral yang sangat membutuhkan pengorbanan dengan kasih sebagaimana Yesus
mengasihi domba-domba-Nya. Arti dari pendampingan adalah menolong bertumbuh sebagai suatu bagian penuh dalam
diri seseorang. Kata “pendampingan
pastoral” adalah
gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata “pendamping” dan kata “pastoral”. Mendampingi merupakan
suatu kegiatan menolong orang lain karena terjadi sesuatu yang
menyimpang dari ajaran Kristen sehingga perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut pendamping/konselor, sedangkan
yang didampingi disebut klient.
Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi
timbal balik. Dengan demikian istilah pendampingan memiliki arti kegiatan
kemitraan, bahu-membahu, menemani, membagi/ berbagi
dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. [4] Penggembalaan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari apa yang disebut pengembangan
jemaat dan tugas-tugas dan pelayanan gereja. Penggembalaan memiliki kaitan atau hubungan untuk saling melengkapi dalam
usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan gereja, sehingga dengan demikian
gereja bisa mandiri dan menjadi gereja yang misional. Penggembalaan
merupakan sebuah pelayanan untuk
menuntun jemaat
Kristus kepada iman yang sejati serta kehidupan yang kekal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggembalan
merupakan sebuah usaha pendampingan pastoral bagi jemaat yangbertujuan untuk
memampukan jemaat melakukan misi Allah dalam hidupnya secara holistik.[5]
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)
mengenal sebuah sistem penggembalaan
yang disebut dengan “ Juma Tanganan”.
Juma Tanganan berasal dari dua kata
yaitu kata “juma” (ladang) dan kata “tanganan” (menangani). Secara terminologi “juma tanganan” adalah ladang yang ditangani. Juma tanganan sama dengan apa yang dikenal oleh gereja pada umumnya
yaitu kelompok sel atau komunitas sel.[6]
Dalam pembentukan kelompok sel (Juma Tanganan) di GKPS sendiri dibentuk menurut jumlah
pelayan gereja berdasarkan jumlah kepala keluarga jemaat. Jumlah kepala
keluarga jemaat dibagi dengan jumlah majelis jemaat, misalnya jumlah kepala keluarga jemaat itu ada
100 kepala keluarga, dan jumlah majelis jemaat di gereja 25 majelis jemaat, maka dalam penentuan jumlah
anggota Juma Tanganan masing-masing
majelis jemaat adalah 100:25=4, sehingga dengan demikian seorang majelis jemaat
akan menangani/ menggembalakan 4 KK (kepala keluarga) menjadi Juma Tanganan-nya sesuai dengan tujuan
dan fungsinya.[7] GKPS sendiri dalam
rangka mengoptimalkan Juma Tanganan sebagai wadah penggembalaan warga jemaat
sebagai salah satu tugas dari Penatua ( Sintua).[8]
Secara
etimologi “kelompok sel” berasal dari dua asal kata yaitu kata “kelompok” dan
kata “sel”. Kata “ kelompok” adalah kumpulan 2 orang atau lebih, yang secara
intensif dan teratur selalu mengadakan interaksi sesama mereka untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan[9].
Sedangkan kata “sel” adalah
bagian atau bentuk terkecil dari organisme, terdiri atas satu atau lebih inti,
protoplasma, dan zat-zat yang dikelilingi oleh selaput sel.[10]
Seperti halnya sel-sel individu yang bergabung untuk membentuk tubuh manusia,
demikian pula sel-sel di dalam gereja membentuk tubuh Kristus. Artinya tubuh
Kristus terbentuk karena adanya komunitas sel yang dibentuk terlebih dahulu.[11]
Kelompok sel dapat disebut sebagai kelompok yang memiliki hubungan yang
istimewa. Terjadinya hubungan istimewa di dalam kelompok sel
dikarenakan setiap anggota kelompok dapat mengenal lebih dekat satu dengan yang
lain. Jadi, kelompok
sel merupakan sebuah ibadah persekutuan yang diperuntukkan kepada Allah dan sesama, dimana setiap
anggota dalam kelompok sel dapat saling melayani dengan didasarkan pada
hubungan yang harmonis serta kepedulian satu dengan yang lain.[12]
Sebuah kelompok sel pertama kali harus diawali dengan melayani
Tuhan, berdoa dan berada dalam sebuah kesatuan. Tuhan akan memimpin seperti
yang kita minta pada-Nya. Sistem
kelompok sel yang pertama ditemukan dalam Perjanjian Baru dan hal itu dimulai,
diinspirasi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus Kristus sebagai
kepalanya (Ef.1:20-23). Kelompok Sel merupakan sistem informal yang
secara keseluruhan dipimpin oleh Roh Kudus. Sistem
ini bukan merupakan sebuah metode, teknik atau taktik tetapi lebih merupakan
sebuah sistem yang terbuka dimana Tuhan Yesus Kristus dapat berkarya secara
bebas dengan kekuatan Roh Kudus untuk membangun karya-Nya yang hebat, dalam segala hal terhadap
umat-Nya.[13]
Kata kelompok sel dalam bahasa Inggris
dipakai kata group[14].
Yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti: kelompok; golongan, atau
golongan-golongan yang berjumlah 8 orang. Adanya pengaturan dalam kelompol
sel dapat dilihat dlam teks seperti Kejadian 7-9. Daniel, Hannanya, Misael, dan Azarya jugayang merupakan kelompok sel yang selalu
bersekutu (bdk. Dan.1:13-20). Kata “kelompok sel” dalam
bahasa Yunani dipakai kata proskarteroumtez.[15]
Yang artinya bertekun di dalam;
berhubungan karib; dan melayani secara pribadi.[16]
Di dalam kegiatan kelompok sel, setiap
orang percaya dibimbing/didampingi agar dapat saling membangun kerohanian, saling mengasihi,
saling memperhatikan, menghormati, melayani, menanggung beban, menopang satu
dengan lainnya. Kelompok sel biasanya menekankan pengalaman dengan Kristus
secara ril melalui penyembahan, pemuridan, pelayanan, dan penginjilan. Tujuan
dari komunitas sel yang ideal mencakup:
a.
Saling
Memperhatikan
b.
Memberitakan
Injil
c.
Mengembangkan
Kharisma dari Tuhan
d.
Menjadikan
Anggota Setia[17]
Gambaran tentang
kelompok sel secara hakiki di atas menunjukkan bahwa tujuan kelompok sel adalah
membangun dan memperdayakan warga jemaat menjadi umat yang benar-benar mampu
menjadi saksi bagi Kristus dalam kehidupannya, namun tampaknya tujuan ini lah
justru yang sudah jauh dari sistem Juma
Tanganan di GKPS khususnya di GKPS Sinondang, Resort Baringin Raya, Juma Tanganan dibuat hanya sebagai wadah
penggembalaan yang sifatnya lebih mengarah kepada hal-hal teknis/sarana dan
prasarana kegiatan menggereja, misalnya sarana untuk pembayaran
kewajiban-kewajiban sebagai anggota jemaat. Dengan demikian dapat dikatakan penggembalaan dengan
sistem Juma Tanganan tidak sesuai dengan makna, fungsi dan tujuannya. Yang mengakibatkan juma tanganan tidak berjalan dengan maksud semula, dan tidak
memberikan dampak bagi perkembangan dan pertumbuhan jemaat, misalnya dalam hal
partisipasi dan presentasi kehadiran warga jemaat GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya dalam mengikuti kegiatan gerejawi yang ada. Berdasarkan hal ini penulis melihat bahwa sistem Juma Tanganan sebagai wadah
penggembalaan khususnya di GKPS Sinondang Resort Baringin Raya telah beralih fungsi dan tujuan serta kehilangan
maknanya. Oleh karena
masalah-masalah tersebut, penulis mengangkat judul: JUMA TANGANAN dengan sub judul (Suatu Tinjauan Teologi Praktis Terhadap Juma Tanganan Sebagai Wadah Penggembalaan Warga Jemaat yang Ideal
dan Implikasinya bagi Penggembalaan Warga Jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya. Tujuan tulisan ini
adalah agar mampu meningkatkan partisipasi warga jemaat tidak hanya dalam
kehadiran peribadahan-peribadahan saja, namun juga partisipasi dalam melakukan
misi gereja di GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya secara holistik. Hal ini sungguh menjadi keprihatinan dari
penulis sebab terlihat bagaimana rendahnya partisipasi warga jemaat GKPS
Sinondang Resort Baringin Raya.
Dari data statistik
kehadiran warga jemaat pada tahun 2018 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran
jemaat dalam kebaktian Minggu dan Partonggoan:
1.
Presentase kehadiran Warga Jemaat dalam kebaktian
Minggu: 43%
2.
Presentase kehadiran Warga Jemaat dalam kebaktian
Partonggoan: 27%
Berdasarkan data di atas presentase partisipasi kehadiran warga jemaat berada dalam kondisi
yang buruk. Menurut sekretaris Jemaat GKPS Sinondang warga jemaat yang hadir
dalam kebaktian Minggu maupun Partonggoan
adalah warga jemaat yang sama pada tiap Minggunya, terlebih dalam kebaktian
Minggu biasa. Keterangan ini menunjukkan bahwa ada 50% warga jemaat yang sangat jarang
berpartisipasi di dalam Gereja.[18]
Rumusan masalah adalah sesuatu yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan mengarah upaya untuk
memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah
tersebut.[19]
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Majelis jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya kurang memahami
arti dan makna juma tanganan.
2.
Juma Tanganan di GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya telah beralih fungsi, tujuan dan kehilangan maknanya.
3.
Juma Tanganan belum menjadi wadah
penggembalaan warga jemaat yang ideal di GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
4.
Partisipasi warga jemaat GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya rendah karena, praktek Juma
Tanganan yang lemah.
Pembatasan
masalah sangat diperlukan untuk menetapkan cakupan-cakupan pembahasan masalah
mengingat masalah yang luas.[20] Pembatasan masalah adalah
suatu bentuk penelitian yang bertumpu pada suatu fokus.[21] Oleh sebab itu, mengingat
permasalahan yang terkandung dalam teks ini maka penulis memberikan batasan
masalah agar lebih terarah. Jadi penelitian penulis berfokus kepada, (Suatu Tinjauan Teologis Praktis Terhadap Pendampingan Pastoral dengan
Sistem Juma Tanganan Di
GKPS Sinondang Dan Implikasinya Bagi
Jemaat GKPS Sinondang ).
Rumusan masalah adalah sesuatu yang
dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan
mengarah upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan
yang ada dalam masalah tersebut.[22] Adapun yang menjadi
rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
arti dan makna Juma
Tanganan?
2. Apa
dan bagaimana Juma Tanganan
yang
ideal bagi majelis jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya?
3. Apa
dan bagaimana penerimaan dan pemahaman majelis
jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya
terhadap juma tanganan yang ideal?
Adapun yang menjadi tujuan penulisan
dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui arti dan makna Juma Tanganan.
2. Untuk
menjadikan juma
tanganan sebagai wadah penggembalaan yang ideal di
GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
3. Untuk
meningkatkan kesadaran majelis
jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin
Raya akan pentingnya Juma
Tanganan sebagai wadah penggembalaan warga jemaat yang ideal.
4. Untuk
menekankan fungsi utama Juma Tanganan dalam
pelaksanaanya di GKPS Sinondang
Resort Baringin Raya.
5. Untuk
lebih mengarahkan Juma Tanganan sebagai
suatu upaya pengembangan partisipasi
dan presentase kehadiran serta spiritual warga
jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
6. Untuk
lebih mengarahkan Juma Tanganan sebagai
suatu upaya pembangun spritual warga
jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
Adapun yang menjadi manfaat penulisan
adalah sebagai berikut:
1. Majelis
Jemaat dam Warga Jemaat GKPS Sinondang paham akan makna dan makna Juma Tanganan
sebagai wadah penggembalaan yang ideal bagi warga jemaat.
2. Warga
Jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin
Raya
lebih merasakan sentuhan pelayanan dengan sistem Juma Tangan
yang ideal.
3. Sebagai
sumber refleksi untuk meningkatkan
partisipasi dan presentase kehadiran warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya melalui pelaksanaan Juma Tanganan yang ideal.
Dalam mengkaji pokok bahasan di atas agar
mendapat hasil yang maksimal, maka penulis perlu melakukan penelitian:
1.
Penelitian
kepustakaan (Library Reserch) yaitu
dengan memanfaatkan buku-buku artikel-artikel dan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan judul.
2.
Metode
Penelitian Lapangan ( Field Research)
yaitu dengan cara observasi dan meyebarkan
angket. Penulis akan langsung ke lapangan untuk meneliti dan
mengumpulkan serta menganalisa data yang dibutuhkan sesuai dengan judul.
BAB
I :Pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, identifikasi masalah pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II :Pada bab ini, akan membahas mengenai kerangka
teoritis: pengertian Pengembalaan, makna dari juma
tanganan, baik secara umum, dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dan persfektif GKPS, serta metode juma
tanganan yang ideal bagi jemaat, kerangka konseptual serta hipotesa.
BAB
III :Metode penelitian yang berisikan lokasi penelitian,
tempat penelitian, sejarah singkat GKPS Sinondang , keadaan GKPS Sinondang,
populasi dan sampel, alat pengumpulan data dan teknik pengumpulan data.
BAB
IV :Pengolahan data, temuan-temuan dalam penelitian dan
refleksi teologis
BAB V :
Kesimpulan dan Saran
BAB II
2.1.Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan
2.1.1.
Makna
Penggembalaan Secara Umum
Penggembalaan merupakan bagian dari Teologi praktika. Pengertian“ penggembalaan” yang terutama
digunakan dalam gereja-gereja di Indonesia sama dengan pengertian atau ungkapan
“ pelayanan pastorl” yaitu pelayanan yang dilakukan oleh pastor. Thurneysen mendefenisikan bahwa penggembalaan merupakan suatu penerapan
khusus Injil kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang
dalam khobah gereja disampaikan kepada semua orang. H. Faber mengatakan bahwa
penggembalaan itu ialah tiap –tiap pekerjaan, yang di dalamnya si pelayan sadar
akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapannya atau khotbahnya, atas
kepribadian orang, yang pada saat itu di hubunginya.
Beberapa
masyarakat Kristen Indonesia memahami arti penggembalaan sebagai pembinaan,
yaitu juga membentuk watak seseorang dan mendidik mereka menjadi murid Kristus
yang baik. Ia merupakan pemberitaan Firman Allah, dalam hal ini setiap ada
pertemuan baik antar-pribadi, kelompok kecil atau besar sudah pasti Injil harus
dibicarakan agar yang hadir dapat dibimbing dan disadarkan. Bagi umat Katolik
penggembalaan berarti pelayanan yang berhubungan dengan sakramen. Bagi kelompok
Kharismatik, penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan ohani yang dapat mengakibatkan penyembuhan secara fisik.
Penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, seeperti pelayanan sosial dan
sebagainya. Penggembalaan merupakan pelayanan di mana manusia yang terlibat
dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan Allah.
Penggembalaan dianggap sebagai konseling pastoral yang menggunakan
teknik-teknik khusus yang dipinjam dari ilmu-ilmu manusia, khususnya psikologi.[23] Dari
beberapa defenisi diatas penggembalaan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk
pelayan yang dilakukan oleh “seseorang”[24] kepada orang lain, dimana
Firman Tuhan merupkan dasar pelayanan dan pemberitaannya. Melaui pelayanan
penggembalaan orang-orang kudus kepunyaan Allah menerima pengajaran Firman
Allah, dalam arti luas agar mereka diperlengkapi, dibimbing dan didampingi dengan
hal-hal yang bersifat pastoral dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
menyangkut pribadi, kelurga dan sebagai warga jemaat.[25]
2.1.2. Tugas
dan Tujuan Penggembalaan penggembalaan Secara Umum
Dalam
Perjanjian Lama, Allah mempercayakan tugas penggembalaan kepada para pimpinan
bangsa Israel. Ketika umat-Nya tengah berada dalam kekuasaan
bangsa Mesir, Allah memanggil Musa untuk memanggil mereka keluar dari
perbudakan tanah Mesir. Allah memakai Musa sebagai gembala bagi bangsa Israel
selama perjalanan menuju tanah yang dijanjikan kepada mereka. Musa bukanlah
orang yang sempurna, sehingga dalam pelaksanaannya dia dibantu oleh Harun
saudaranya. Ada banyak lagi para pemimpin bangsa Israel yang dipakai oleh Allah
untuk melakukan tugas penggembalaan, seperti para raja, imam, dan nabi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
dan fungsi penggembalaan secara umum adalah untuk menuntun umat Allah/memimpin
menyelesaikan atau menolong keluar dari masalah. Allah mengutus Musa untuk
mengembalakan umatnya. Sehingga tujuan dan fungsi penggembalaan adalah menuntun
orang yang belum percaya menjadi percaya, dan menguatkan kepercayaan yang telah
percaya agar lebih percaya.
Yesus
sebagai gembala yang baik, setelah bangkit dari kematian Dia mengamanatkan
tugas penggembalaan kepada para murid-Nya. Kepada Simon Petrus dengan jelas dan
tegas Yesus berkata “ apakah engkau mengasihi Aku, gembalakanlah
domba-domba-Ku” (Yoh.21:15-17). Sebelum naik ke sorga, Yesus memberikan suatu
perintah yang dikenal juga sebagai Amanat Agung orang percaya ( Mat. 28:19-20)
yang berbunyi, “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kupeintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Untuk
tugas penggembalaan kepada siapa ia dibebankan terkadang masih kurang dipahami
oleh sebagian anggoata jemaat. Sehingga masih ada yang beranggapan bahwa tugas
penggembalaan hanyalah merupakan tugas seorang Pendeta. Sebagai seorang yang
telah dipanggil untuk melakukan pelayanan penuh waktu, penggembalaan merupakan tugas utama Pendeta.[26] Akan tetapi karena
cakupan pelayanan penggembalaan itu luas maka tidak mungkin tugas ini hanya
dilakukan Pendeta sendiri, melainkan ia harus bekerja sama dengan pelayan
Kristen lain termasuk warga jemaat yang telah terlatih dalam bidang ini, sesuai
dengan karunia yang dimilikinya. Dalam Kitab Efesus 4:11-12 untuk
memperlengkapi orang-orang kudus demi pembangunan jemaat-Nya, Yesus memilih
pelayan-pelayan seperti para rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil,
gembala-gembala dan pengajar-pengajar.[27]
Yang
perlu digaris-bawahi adalah bahwa tugas penggembalaan bukan hanya merupakan
tugas Pendeta semata melainkan juga tugas semua orang percaya. Karena semua
orang percaya harus terihat dalam mengiplementasikan Imamat am orang percaya (1 Petrus 2:9), yakni untuk saling
menggembalakan sehingga dapat bertumbuh bersama di dalam Tuhan.[28]
Dalam
Perjanjian Baru, penggembalaan dipahami sebagai tugas dari seluruh warga jemaat
yang berfungsi sebagai persekutuan, pemeliharaan dan yang memampukan
pertumbuhan.[29]
Tugas inti dari pelayanan penggembalaan yang dilakukan oleh para gembala adalah
menolong setiap orang yang digembalakan baik dalam hal penyembuhan maupun
pertumbuhan rohaninya. Bons-Strom dalam bukunya “ Apakah Penggembalaab Itu?”
mengutip pendapat J. W. Herfs yang mengatakan bahwa tugas penggembalaan yaitu:
“ Menolong setiap orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan mengajar
orang utuk mengakui ketaatannya kepada Allah dan sesamanya, dalam situasinya
sendiri”.[30]
Menurut
Martin Bucer yang dikutip oleh Tidball dalam bukunya yang berjudul “ Teologi
Peggembalaan” mengatakan bahwa ada lima tugas penggembalaan.[31]
a.
Membawa
orang yang terasing kepada Kristus
b.
Mengembalikan
mereka yang tersesat
c. Memperoleh perbaikan bagi mereka yang jatuh ke dalam dosa
d. Menguatkan orang Kristen yang lemah
e.
Memelihara
orang Kristen yang sehat dan kuat dan mendorong mereka untuk maju kearah
kebaikan.
Seorang
gembala akan berhasil dalam melaksanakan tugas penggembalaan, jika mengandalkan
kemampuan yang diberikan oleh Allah dan tidak mengandalkan kemampuannya
sendiri. Gembala harus menyadari bahwa pelayanan bukanlah beban melainkan
merupakan suatutanggung jawab besar yang harus dikerjakan dengan penuh sukacita
dan damai sejahtera. Kerendahan hati perlu dimiliki seorang gembala. Yang harus
ditanamkan dalam diri mereka adalah bahwa mereka tidak lebih hebat dari yang
sedang digembalakan. “Gembala yang menempatkan dirinya sendiri lebih tinggi
dari sesamanya dan mempunyai konsepsi yang terlalu hebat tentang tanggung
jawabnya akan menghabiskan sebagian besar pelayanannya dengan rasa penat dan
memandang orang lain sebagai beban atau persoalan.”[32]
Sedangkan
yang menjadi tujuan penggembalaan itu sendiri yaitu menolong “ anggota jemaat”
dalam menghadapi pergumulan hidupnya, supaya orang yang digembalakan itu
mendapat manfaat dari Firman Tuhan yang diberitakan kepadanya sehingga
kepribadiannyadipengaruhi oleh Firman Tuhan itu.[33] Oleh sebab itu tujuan
penggembalaan seperti berikut: mencari dan mengunjungu anggota jemaat satu
persatu; melayani mereka. Sama seperti kiranya Yesus melayani mereka; supaya
mereka lebih menyadari iman mereka dan dapat mewujudkan iman itu dalam kehidupan
sehari-hari. Bruce Larson berpendapat
bahwa tujuan utama dari pelayanan penggembalaan adalah membuat setiap warga
jemaat terlibat dalam pelayanan satu yang lain dan kepada dunia.[34] Tujuan akhir dari
penggembalaan adalah pembangunan jemaat di dalam Kristus.
2.1.3. Fungsi
Penggembalaan Secara Umum
Menurut
Abineno ada empat fungsi yang paling penting, yaitu: menyembuhkan manusia
seutuhnya (manusia secara totalitas); membantu mereka yang sedang dilayani
dalam pastoral,[35] membantu mereka yang
sedang dilayani dalam pastoral; dan mendamaikan mereka dalam pastoral.[36]
Mengutip
apa yang diuraikan oleh William A. Clebchs dan Charles R. Jackle, Howard
Clinebell mengemukan ada lima fungsi penggembalaan di sepanjang abad:
menyembuhkan (Healing), bertujuan
untuk mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada
suatu keutuhan dan menuntun dia ke arah
yang lebih baik dari pada sebelumnya; mendukung (Substaining), berarti, menolong orang yang sakit (terluka) untuk
dapat bertahan dan melewati suatu keadaan yang di dalamnya pemulihan kepada
kondisi semula; membimbing (Guilding),
membantu orang yang kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti
diantara berbagai pikiran dan tindakan alternative, dan memulihkan (Reconciling), berupaya membangun kembali
hubungan yang telah rusak baik relasi antar manusia dengan sesamanya, maupun
relasi antar manusia dengan Allah. Selain itu, Clinebel juga menambahkan satu
lagi fungsi penggembalaan yang menurutnya bersifat mendasar yang merupakan
suatu yang langgeng dalam sejarah gereja yaitu memelihara atau mengasuh (Nurturing) yang bertujuan untuk
memampukan orang untuk mengembangkan petensi-potensi yang dianugerahkan Allah
kepada mereka.[37]
2.1.4. Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan dalam Perjanjian Lama
Alkitab
menyaksikan Allah sebagai Gembala yang baik bagi umat manusia.kata yang dipakai
dalam PL, dalam bahasa Ibrani adalah װצח״ dibaca roeh”
artinya gembala.[38]
Dalam keseluruhan kitab Perjanjian Lama terlihat bagaimana Allah sebagai
gembala yang memimpin, mengasihi, memelihara, mendisiplinkan dan melindungi
umat-Nya.[39]
Bangsa Israel disebut sebagai kawanan domba kepunyaan Allah dan Allah sebagai
gembalanya.
Mazmur
23 dengan jelas menggambarkan bagaimana sosok gembala yang peduli terhadap
dombanya. Dia mengetahui apa yang menjadi kebutuhan domba-dombanya. Daud
benar-benar merasakan bagaimana pemeliharaan Allah yang sungguh luar biasa di
sepanjang perjalanan hidupnya, yang tidak hanya mencukupi apa kebutuhannya
melainkan juga yang senantiasa melindungi dari berbagai bahaya sehingga ia
benar-benar merasakan aman dan tenang dalam perlindungan-Nya. Di sini Allah
digambarkan senagai gembala yang baik.
Dalam
Yehezkiel 34:11-16 dijelaskan bahwa Allah mengambil alih tugas para gembala
Israel yang tidak bertanggung jawab. Allah akan mejadi gembala yang baik bagi
umat-Nya. Ia akan memperhatikan dan mencari domba-dombanya yaitu umat Israel.
Pemeliharaan Allah sebagai gembala yang baik terhadap domba-domba-Nya juga
terlihat ketika para gembala yang dipercayakan Allah gagal melakukan tugasnya
sebagai gembala (Yehezkiel 34,bdk. Yeremia 23). Sebagai bentuk kepedulian
terhadap domba-domba-Nya yang tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya,
Allah berjanji akan melenyapkan para gembala yang tidak menjalankan tugas
mereka dengan baik dan akan mengumpulkan kembali domba-domba yang telah
terserak, tercerai berai, dan tersesat, sehingga yang lemah akan dikuatkan,
yang sakit akan diobati, dan yang terluka akan dibalut.[40]
2.1.5. Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan dalam Perjanjian Baru
Dalam
Yohanes 10 Yesus menyebit diri-Nya sebagai gembala yang baik, gembala yang
tidak hanya menjaga, memelihara dan menuntun, tetapi juga mengenal semua nama
domba-domba-Nya, dan domba-domba-Nya mengenal Suara-Nya.[41] Dalam Yohanes 21:17-17
diceritakan, setelah Yesus bangkit dari kematian dan sebelum Dia naik ke sorga,
Yesus memerintahkan kepada rasul-rasul untuk menggembalakan domba-domba-Nya.
Domba-domba Yesus ini adalah orang-orang yang berada dalam kegelapan atau
cengkraman maut yang berhasil diselamatkan Yesus dan murid-murid-Nya,para rasul
dan orang percaya yang lainnya. Antara gembala dan domba memiliki relasi yang
baik. Gembala yang sesungguhnya adalah gembala yang rela mempertaruhkan
nyawanya bagi domba-dombanya. Inilah yang dilakukan Yesus sebagai gembala yang
baik, yang rela mati bagi domba-domba yang sangat dikasihi-Nya.
Bertolak
dari pemahaman tersebut, sudah jelas bahwa pelayanan penggembalaan sangat
diperlukan. Pekerjaan penggembalaan diamanatkan kepada gereja, oleh sebab itu
gereja mempunyai tanggung jawab yang besar demi pemeliharaan warga jemaat-Nya.
Gereja yang bertumbuh tidak hanya melihat dari segi kuantitasnya saja melainkan
seberapa warga jemaat yang terlibat dalam pelayanan selain ibadah minggu atau
ibadah rutin yang telah dijadwalkan gerejanya masing-masing.[42] Di sini terlihat dengan jelas bahwa motif
gembala dalam Alkitab adalah ekspresi dari penjagaan atau pemeliharaan Allah
yang penuh kasih terhadap umat-Nya.[43]
2.1.6. Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan menurut GKPS
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) memaknai
penggembalaan sebagai wujud untuk memenuhi panggilannya selaku gereja dan tubuh
Kristus.
Sebagaimana Yesus memerintahkan agar senantiasa menggembalakan domba-domba-Nya.
Dalam Yohanes 21:12-15, Yesus Kristus memberi perintah kepada Simon Petrus untu
menggembalakan dom-domba-Nya. Yesus Kristus menegasakan hingga tiga kali bahwa
landasan untuk menggembalakn adalah wujud dari kasih Yesus Kristus. Hal ini
juga yang menjadi dasar bagi GKPS untuk melakukan pelayanan penggembalaan
terhadap warga jemaatnya. Memberikan pelayanan penggembalan merupakan suatu
usaha untuk mendekatkan pelayanan kepada warga jemaat secara intensif untuk
meningkatkan kehidupan jasmani dan rohani warga jemaatnya.[44]
2.1.7.
Dasar
Alkitabiah metode Juma Tanganan
Penggembalaan dengan metode juma tanganan adalah sebuah konsep penggembalaan yang di
buat oleh gereja GKPS yang bertujuan untuk mempermudah tugas penggembalaannya
terhadap warga jemaatnya. Istilah juma
tanganan adalah suatu istilah yang
diapakai oleh gereja GKPS untuk memonitoring dan menggembalakan warga
jemaatnya. Juma tanganan adalah
sebutan untuk metodenya, parjuma-tanganan
adalah sebutan untuk warga jemaat yang yang digembalakan, sedangkan namanjuma-tangani adalah majelis jemaat yang menggembalakan.
Konsep juma
tanganan yang di pakai oleh gereja GKPS telah dipraktekkan di Perjanjian
Lama oleh Musa dalam memimpin bangsa Israel. ).
Di dalam Keluaran 18 terlihat Yitro memberi sebuah kritik sekaligus
masukan yang sangat berharga kepada Musa untuk memperbaiki pola kepemimpinan
yang efektif dan kuat. Masukan yang diberikan Yitro terlihat dalam ayat 17-23,
“ Tidak baik seperti yang kau lakukan itu.
Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau
ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau
melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku
akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau,
wakilah bangsa itu di hadapan Allah dan kau hadapkanlah perkara-perkara mereka
kepada Allah. kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka
ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan beritahukan kepada mereka
jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu
kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah,
orang-orang yang dapat di percaya, dan menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin
seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu
mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar
haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara kecil diadili mereka
sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka
bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. Jika engkau berbuat demikian
dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya,
dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan senang ke tempatnya.”
Maksud dari Yitro adalah untuk memudah pekerjaan Musa
dalam memimpin umat Israel. Sehingga dengan mewakilkan dirinya kepada
orang-orang yang dia percaya membantunya untuk memerintah bangsa yang
dipercayakan Tuhan untuk dipimpinnya. Dengan konsep kepemimpinan yang di
sarankan oleh Yitro mertuanya Musa dapat lebih mudah untuk memimpin bangsa
Israel. Karena tidak akan mudah bagi Musa seorang diri untuk dapat memimpin
bangsa Israel. Dia akan kelelahan untuk menyelesaikan seluruh perkara yang ada
pada umat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu Musa perlu mewakili dirinya kepada
umat yang dipimpinnya melalui orang-orang yang ia percaya. Konsep kepemimpinan
yang dipraktekkan oleh Musa untuk memimpin bangsa Israel sangat mirip dan
sejajar dengan konsep juma tanganan
yang dibuat oleh gereja GKPS untuk menggembalakan warga jemaatnya.
Konsep kepemimpinan Musa ini terlebih dahulu di
praktekkan oleh gereja-gereja di Indonesia yang disebut dengan kelompok sel
atau kelompok kecil. Antara konsep kepemimpinan Musa dalam memimpin bangsa
Israel dan kelompok kecil sama dengan metode penggembalaan juma tanganan yang dipraktekkan oleh gereja GKPS. Hanya saja konsep
juma tanganan lebih dekat dan mirip
dengan kelompok sel atau kelompok kecil. Antara kelompok sel dan juma tanganan sangat sulit dibedakan. Sehingga untuk
menjelaskan konsep juma tanganan sama saja dengan menjelaskan konsep kelompok
sel atau kelompek kecil. Dilihat dari tujuan dan fungsi serta metode yang
dilakukan sama saja. Oleh sebab itu dalam menjelaskan juma tanganan sama saja dengan menjelaskan kelompok sel atau
kelompok kecil.
2.1.8. Latar
Belakang Kelompok Sel
Kelompok sel berawal dari model gereja mula-mula ( Kis.
2:41-47), di mana gereja gereja mula-mula diselenggarakan di rumah-rumah, di
dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok sel pertama kali diperkenalkan dalam
gereja aliran Methodist. Jhon Wesley merupakan pelopor pendiri kelompok sel.
Kelompok sel berkembang dan dikenal adalam gereja Methodist. Paul Yonggi Cho
merupakan seorang pelopor yang terkenal dari kelompok sel, dalam kurun waktu
25-30 tahun pelayanan Yonggi Cho mengalami pertumbuhan yang fantastis. Kelompok
sel membuka peluang bagi gereja untuk mengalami pertumbuhan baik kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Yonggi Cho oleh karena jumlah dan anggota sedikit maka
akan lebih mudah untuk Sali membantu dan melayani. Jemaat termotivasi untuk
maju dan berdoa untuk perkembangan jemaat.[45]
2.1.9. Makna, Tujuan dan Fungsi Juma Tanganan dalam
Perjanjian Lama .
Juma tanganan adalah sebuah konsep metode penggembalaan yang
di kenal dalam gereja GKPS. Untuk dapat menegerti makna,tujuan dan fungsi juma tanganan perlu kita pahami bahwa
metode ini adalah cerminan dari kelompok sel. Oleh kerena itu untuk
menjelaskanya sama saja dengan menjelaskan kelompok sel agar lebih mudah untuk
dipahami.
Kelompok
sel tidak terbentuk dengan sendirinya tetapi kelompok sel sudah ada di dalam
Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Allah sering
bekerja melalui kelompok keluarga dan kelompok kecil untuk mencapai tujuan-Nya.
Allah memakai keluarga Nuh yang terdiri dari 8 orang untuk menyatakan kepada
dunia keinginan-Nya, yaitu agar umat-Nya hidup dalam kebenaran (Kejadian 7:1).
Melalui keluarga Nuh Allah menetapkan perjanjian-Nya dengan umat-Nya ( Kejadian
8:8-9). [46]
Setelah
Allah membebaskan umat-Nya keluar dari Mesir, Ia mulai membangun sebuah bangsa
yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil. Dalam Keluaran 18, dapat dilihat
bagaimana Allah, melalui Musa, membagi-bagi umat-Nya menjadi kelompok-kelompok
kecil untuk memungkinkan setiap orang menerima perhatian yang lebih baik. Hal
ini dikarenakan Musa terlalu letih dan terlalu sibuk mengurusi dan memutuskan
perkara-perkara bangsanya yang sangat banyak. Mulai dari pagi sampai malam hari.
Allah bekerja melalui kelompok-kelompok kecil untuk mengerti kebutuhan mereka
dan melengkapi mereka dalam melaksanakan rencana-rencana-Nya (bdk. Bil. 2,13;
Yos. 4:12; Neh. 3; Dan. 1:3-7).[47] Allah memberi petunjuk
melalui Yitro ( mertua Musa) yang diterapkan Musa dalam memimpin Israel (bdk.
Kel. 1 8).
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa juma tanganan atau kelompok sel dalam PL
adalah sebuah metode yang dipakai oleh Musa untuk memudahkannya memimpin bangsa
Israel, dan menjadi alat Tuhan untuk mengetahui apa-apa saja yang akan Dia
rancangkan bagi umat-Nya.
2.1.10. Makna, Tujuan dan Fungsi Juma
Tanganan dalam Perjanjian Baru
Konsep
kelompok sel dalam Perjanjian Baru dapat dilihat dari kehidupan Yesus dan ke-12
rasul-Nya (Mat.10:1-5), Yesus memilih murid-Nya dan membentuk mereka dalam
sebuah kelompok kecil yang beranggotakan 12 orang yang diutus untuk melayani,
Ia menerapkan “kelompok” untuk melatih mereka guna tugas-tugas pelayanan. Yesus
bersama mereka siang dan malam selama tiga tahun melatih sekelompok murid untuk
melajutkan misi-Nya. Mode
Gereja mula-mula (Kis.2:41-47). Kegiatan
gereja mula-mula diselenggarakan di rumah-rumah dalam kelompok-kelompok kecil.
Mereka saling mengasihi dan saling mendukung “ ,kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, ”( ayat.44). Dalam ayat
46 dikatakan bahwa mereka tidak hanya berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah,
tetapi juga di rumah masing-masing secara bergilir. Sistem ini membuat para
rasul yang hanya sedikit jumlahnya itu dapat memimpin dan menggembalakan ribuan
anggota jemaat dengan baik. Kehidupan yang “ Salin mengasihi” ini banyak
disukai oleh banyak orang dan Tuhan terus menambahkankan jumlah mereka dengan
orang-orang yang diselamatkan ( ayat.47),” Karena sama seperti tubuh itu satu
dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak
merupakan satu tubuh, demikian pulak Kristus” (1 Kor.12:12). Jika gereja
mula-mula hanya menyelenggarakan kebaktian besar, mungkin geeja akan sulit
berkembang lebih lanjut. Dalam kehidupan bersama inilah rohani jemaat dibina
dengan baik dan orang yang diselamatkan pun terus bertambah sehingga gereja
mula-mula terus berkembang.
2.1.11. Makna, Tujuan dan Fungsi
Juma Tanganan dalam Menurut GKPS
Juma tanganan merupakan
sebuah wadah untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota jemaaat di dalam
kegiatan gereja: ibadah Minggu, Partonggoan,
Sakramen, Penelahaan Alkitab (PA), dan kegiatan gerejawi lainnya.
Melalui juma Tanganan majelis jemaat
dapat mengetahui secara langsung setiap keadaan dan perkembangan kehidupan anggota
jemaat secara jasmani dan rohani. Dalam usaha untuk membina dan mengembangkan
kehidupan jasmani dan rohani anggota jemaat melalui majelis jemaat yang diberi
tanggung jawab untuk menggembalakan anggotanya atau yang disebut manjuma tangani (pemimpin kelompok sel)
melakukan perkunjungan ke rumah-rumah warga jemaat yang digembalakannya ( juma tanganannya) minimal satu kali
dalam satu Minggu.
Hasil
perkunjungan dan percakapan pastoral majelis jemaat (pemimpin kelompok sel)
dengan warga jemaat dapat dilaporkan kepada majelis jemaat melalui Pimpinan
Majelis Jemaat untuk ditindak lanjuti oleh gereja. Dengan kata lain juma tanganan berfungsi untuk memonitor keadaan riel
kehidupan warga jemaat GKPS.[48]
2.2.Juma
Tanganan Sebagai Wadah Penggembalaan
Dalam pelayanan penggembalaan tujuan utama adalah
manusia, sebagaimana dikemukakan di atas bahwa Allah adalah gembala dan manusia
adalah domba-dombanya. Kejatuhan manusia ke dalam dosa merupakan awal dari
putusnya hubungan manusia dengan Alla sebagai penciptanya. Walaupun demikian
Allah tetap mengasihi manusia. Untuk mengembalikan posisi manusia sebagai rekan
sekerja Allah dan demi keselamatan-Nya Allah senantiasa akan selalu
membimbingan dan penggembalakan manusia. Oleh sebab itu baik dalam sejarah
Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian baru Allah senantiasa selalu membimbing
dan menggembalakan umat-Nya.
Manusia diselamatkan hanya oleh kasih karunia Tuhan, oleh
sebab itu janganlah ia memegahkan diri (1 Korintus 1:29). Manusia yang telah
diselamatkan dipanggil untuk melakukan tugas penggembalaan ini, karena
keselamatan bukan hanya milik sendiri melainkan milik semua orang. Dalam 1
Petrus 5:2,3 berbunyi, “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dipaksa, tetapi dengan sukarela
sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keutungan, tetapi
dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah
atas mereka yang dipercayakan padamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan
bagi kawanan domba itu.” Bagi orang
Kristen panggilan untuk saling melayani didasari oleh panggilan Tuhan (Yoh.
13:34 “Aku memberikan perintah baru
kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti aku telah mengasihi
kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”).[49] Jadi yang menjadi fokus dalam pelayanan
penggembalaan adalah jemaat, di mana jemaat tersebut dapat bertumbuh serta
sesuai dengan kasih karunia yang dianugerahkan kepadanya.
Penggembalaan bila semata-mata dititik-beratkan terhadap
Pendeta dalam situasi gereja yang terus menerus ber-diaspora, akan sangat tidak efisien atau kesulitan mencapai tujuan
dan fungsinya. Kurang sebandingnya jumlah Pendeta dengan jemaat yang dilayani
menjadi salah satu alasan utama, yang
membuka peluang tidak merata dan tidak tersentuhnya semua warga jemaat. Di
samping hal di atas pfofesi dan kesibukan warga jemaat yang berbeda beda akan
menjadi batu sandungan bila penggembalaan hanya menjadi tanggung jawab Pendeta.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu metode kelompok sel (juma tanganan) untuk membantu pelayanan penggembalaan agar dapat
menyentuh semua warga jemaat.
Kelompok sel adalah bentuk kehidupan gereja di mana
kelompok-kelompok kecil orang-orang Kristen (sel) bertemu di rumah
masing-masing untuk saling membangun dalam Kristus dan saling menginjili orang-orang
yang belum selamat. Menghadirkan kelompok sel dalam gereja adalah salah satu
usaha dalam mendidik umat untuk memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan
gereja. Peranan kelompok sel yang menghasilkan pertumbuhan gereja yang dinamis
telah menjadi fenomena yang meliputi seluruh dunia. Gereja gereja yang paling
cepat pertumbuhannya adalah gereja-gereja yang sukses di dalam persekutuan
kelompok selnya. Melalui kelompok sel, penginjilan kepada jiwa-jiwa baru lebih
bisa terjangkau dan pemuridan dalam gereja menjadi lebih cepat dan ber-kesinambungan.[50]
Terdapat empat unsur atau komponen-komponen di dalam
kelompok sel antara lain: pengajaran,
penyembahan, persekutuan dan misi (Kisal Para Rasul 2:24-27), yaitu:
1.
Pengajaran
Dalam kelompok sel, pengajaran ini dilakukan melalui
penyelidikan Alkitab. Tetapi pikiran dan roh kita dapat juga bertumbuh dengan
membaca dan mendiskusikan buku-buku Kristen yang baik. Mengikuti
ceramah-ceramah, mendengarkan kaset-kaset atau secara pribadi membagikan
hal-hal yang kita pelajari dari Allah. Konsep Alkitabiah mengenai pengajaran
dinyatakan dalam Injil Yohanes pasal 15, yang dilukiskan dengan ilustrasi pokok
anggur dan ranting-rantingnya.” Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti ranting tidak dapat berubah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal di dalam aku...Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman-Ku tinggal
di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya. Dalam hal inlah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah
banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku (ohanes 15:4,7-8).
Salah satu fungsi
kelompok sel adalah mempelajari Alkitab untuk belajar tentang Allah, tentang
bagaimana Ia menginginkan kita hidup, dan mengenai bagaimana caranya kita
mempelajari Alkitab dengan lebih baik untuk diri kita sendiri. Ada macam-macam
cara mempelajari Alkitab, misalnya dengan cara merenungkan satu pasal,
mendengarkan ceramah atau khotbah, menyelidiki suatu tema, mempelajari karakter,
mempelajari kata demi kata, dan sebagainya. Semua cara ini baik dan benar.
Tetapi unuk lebih mengenal Allah dan mengetahui dan bagaimana Dia menginginkan
kita hidup dan dapat mempelajari Alkitab secara pribadi dan lebih baik, maka
cara penelaahan Alkitab secara induktif adalah cara yang paling baik. Dengan
cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai itu sendiri untuk menjawab apa
yang kita pertanyakan. Banyak orang cenderung menyukai kebenaran yang ditemukan
sendiri dengan cara menyelidiki Alkitab untuk menjawab pertanyaan yang
dibuatnya. Kebenaran yang ditemukan sendiri biasanya akan teringat lebih lama
daripada apa yang dikatakan orang lain. Metode ini akan memberikan keterampilan
pada kita untuk mempelajari Alkitab secara pribadi.[51]
2.
Penyembahan
Yaitu memuji dan memuliakan Allah dengan memusatkan
perhatian pada sifat-sifat, perbuatan-perbuatan-Nya. Kita memuja-Nya karena
keberadaan-Nya dan karena kita mengasihi Dia sebagai Baoa yang sangat baik.
Tujuan penyembahan ini adalah untuk menyenangkan hati Allah. Setiap orang pada
jemaat pertama memiliki rasa kagum pada Allah ( Kisah Para Rasul 2:43). Mereka
pergi ke bait Allah dengan teratur untuk menyembah Allah. Bahkan di rumah
masing-masing mereka juga menyembah Allah.
Sebuah kelompok sel dapat memuji Allah tidak hanya pada
waktu berdoa, tetapi juga melalui pujian-pujian dan membaca bagian Alkitab yang
berisikan pujian ( misalnya:Mazmur 96) atau puisi-puisi penyembahan. Menyembah
Allah dapat dilakukan dengan berlutut dalam doa atau mengangkat tangan kita.
Berdoa bersama-sama ( 1 Tesalonika 5:17-18). Menyembah Tuhan bersama-sama
dengan menyanyikan pujian , membagikan kesaksian-kesaksian tentang apa yang
telah Allah perbuat dalam hidup mereka (Kis. 4:23-24;16-25)
3.
Persekutuan
Yaitu persekutuan yang berpusatkan pada pengalaman kita
masing-masing sebagai orang Kristen yang saling kita bagikan. Tujuan dari
persekutuan adalah untuk menyatukan anggota-anggota kelompok dalam kasih dan
untuk membangunnya dan menjadikannya sebagai umat yang bersatu. Ini terjadi
ketika masing-masing anggota kelompok saling membagikan kebutuhan mereka,
mengakui dosa dan kesalahan masing-masing, saling menanggung beban, menolong
anggota lain, mengenal dan mengembangkan karunia-karunia rohaninya. Saling
memberikan semangat, mendengarkan dan berdoa bersama. Sebagai kelompok yang
bersekutu dengan Tuhan secara bersama, mereka semakin dekat satu dengan yang
lain di dalam tubuh Kristus (Efesus 4, 1 Korintus, Roma 1). Dua orang Kristen
saling berjanji untuk bertemu secara teratur dan bersama-sama berdoa adalah
mereka yang disebut “ Sahabat Doa”, orang Kristen yang saling mengikatkan diri
dalam hubungan yang khusus untuk berdoa. Membawa orang lain ke dalam kehidupan
doa, seseorang dituntut kesediaan untuk bersikap terbuka dan jujur terhadap
orang yang mendoakan.[52]
Dalam bagian persekutuan ini tugas seorang pemimpin
kelompok sel yaitu membatasi topik permasalahan yang akan di bahas dalam
masing-masing kelompok, yaitu topik pembahasan dalam sharing hanya sesuai dengan
tema atau pengajaran yang disampaikanoleh pemimpin kelompok sel dan diakhiri
dengan doa berantai.
4.
Misi
Misi adalah pelayanan keluar untuk membagikan kabar baik
tentang kasih Kristus kepada orang-orang yang membutuhkan. Misi menerapkan
kasih dan kuasa Allah untuk mengubah pribadi-pribadi dalam masyarakat. Tujuan
misi adalah menorong orang lain untuk mengenal Allah dan mejadi serupa dengan
Tuhan Yesus. Ini di mulai melalui
kelompok sel dan meuas sampai ke ujung bumi. Di dalam kelompok sel,
anggota-anggota akan dalam bidang penginjilan, tetapi tidak semua orang
mempunyai karunia untuk menginjili tetapi penginjilan akan berjalan bila semua
umat Tuhan belajar untuk mengungkapkan kesaksian-kesaksian mereka yang menarik.
Kelompok sel dapat bergerak dalam misi seperti, pengkabaran injil yang
dilakukan para anggota kelompok.
Kelompok sel sebagai wadah penggembalaan jemaat memiliki beberapa peranan atas gereja yang
dapat membangun pertumbuhan gereja dari segi kualitas dan kuantitasnya yaitu:
1.
Sarana pembinaan sistematis dan keseimbangan dalam iman
Alkitab adalah dasar kepercayaan dan kehidupan orang
Kristen. Namun kebanyakan dari mereka tidak berakar dari kenaran Alkita
tersebut, bahkan kadang kala kerohanian anggota jemaat semakin lama-semakin
menurun terkikis oleh faktor manusiawi atau karena realita hidup atas
pergumulan tertentu. Rasul Petrus mengingatkan dalam 2 Petrus 3:18, “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan
dalam pengenalan akan Tuhan jureselamat kita, Yesus Kristus.” Juga dalam 1
Petrus 3:15b, “...Dan siap sedialah pada
segala waktu memberi pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada
padamu tetapi haruslah dengan lemaah lembut dan hormat.” Jemaat perlu
memiliki keyakinan akan Firman Tuhan, namun memahami Firman Tuhan tidak cukup
diperoleh hanya dari khotbah di dalam kebaktian saja.
Meskipun khotbah dalam kebaktian Minggu disusun secara
sistematis untuk membina kerohanian jemaat, tetapi bila hanya didengarkan
secara pasif, khotbah-khotbah ini bisa saja dilupakan setelah beberapa
waku. Di dalam keompok sel angggota
jemaat dilibatkan dalam suatu pembahasan interaktif, dan Firman Tuhan digali
dan didiskusikan. Bukan hanya dibicarakan, Firman Tuhan juga dipraktekkan di
dalam kehidupan bersama dengan saling mengingatkan untuk selalu menjalani hidup
sesuai Firma Tuhan. pertumbuhan rohani tidak selalu bersandar pada penambahan
pengetahuan, tetapi banyak melalui realita kehidupan dan melalui persekutuan
ini, yang menyatakan Firman hidup yang menghidupi jemaat dalam kelompok sel
ini.[53]
2.
Memperkuat hubungan antar sesama jemaat Tuhan
Kehidupan
dunia di zaman akhir ini yang semakin sibuk dan keras menyebabkan banyak orang
tenggelam dalam kesibukan dan pergumulan hidup sehingga kehilangan komunikasi
yang wajar dengan sesamanya. Keadaan semacam ini juga melanda jemaat Tuhan.
dengan adanya persekutuan kelompok sel ini sesama anggota jemaat lebih memiliki
banyak kesempatan untuk saling memperhatikan, saling sharing dan saling mendoakan. Hal ini tidak dapat diberikan secara
maksimal oleh Kebaktian Umum hari Minggu yang lebih bersifat proclamation the word of God yang
bersifat satu arah saja.
Dengan
demikian melalui kelompok sel, sesama anggota dapat lebih membina relasi yang
erat, hangat dan saling memperhatikan. dalam kelompok sel dapat masing-masing
anggota dapat saling sharing
mengutarakan pengalaman dan perasaan pribadi. Melalui sharing ini kita dapat lebih mengenal karakter baik positif maupun
negatif sehingga dapat saling mengingatkan dan menguatkan. Diharapkan akan
terjalin suasana persekutuan yang dinamis, hangat, penuh kasih sehingga gereja
pun penuh dengan suasana kasih dan persaudaraan yang hangat. Ini sumbangsih
yang berarti dari kelompok sel terhadap penggembalaan terhadap gereja.
Dengan
aktifitas yang “ saling memperhatikan ”
ini kelompok sel dapat menjadi jaur komunikasi yang efesien dan efektif untuk
meneruskan informasi dari gereja kepada anggota jemaat. Demikian juga
sebaliknya melalui kelompok sel, gereja dapat segera mengetahui bila ada
kejadian penting yang dialami anggotanya. Kelompok sel juga dapat menjadi
penolong pertama bila ada kondisi darurat dialami seorang anggotanya, sebelum
ditangani oleh pengurus gereja yang terkait.[54]
3.
Mobilisasi dan pengkaderan pelayan dan aktivis
Kesempatan
bagi setiap orang untuk belajar melayani, memimpin pujian dan doa, dan
lain-lain menjadi lebih terbuka melalui kelompok sel, bila dibanding dengan
kebaktian umum. Biasanya orang yang baru atau belum pernah melayani, tidak
berani berdoa dan bersaksi atau memimpin pujian,dan lain-lain di depan banyak
orang, apalagi di hadapan orang-orang yang belum dikenalnya. Namun di dalam
kelompok sel mereka akan lebih mudah melakukannya karena sudah saling kenal.dan
ini sanga menolong kaderisasi pelayan dan aktivis gereja.
4.
Mendorong orang menerima Kristus dan mempercepat pertumbuhan gereja
Persekutuan
kelompok sel ini akan lebih memotivasi orang mencari jiwa dan mendorong orang
menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi. Pembinaan anggota
jemaat akan berjalan lebih sistematis dan terarah dalam kelompok sel mulai dari
orang yang belum percaya, baru bertobat, belum pernah melayani sampai menjadi
aktivis dan pengurus gereja. Hal-hal ini jelas akan mendorong pertumbuhan
gereja baik secara kualitatif dan kuantitaf.[55]
2.3.Metode Juma Tanganan yang
Ideal Bagi Jemaat Sebagai Wadah
Penggembalaan
Motivasi
kasih dalam Alkitab adalah memperhatikan, mempedulikan, mengabdikan diri,
membantu, menghibur, mengulurkan tangan, mengangkat menyokong, memberi makan,
embasuh kaki,mengikat pinggang, memberi minum, memberi tumpangan, memberi
pakaian, melayat, mengunjungi tahanan, memberi pertolongan bagi yang
membutuhkan.[56]
Juma Tanganan yang ideal sebagai wadah penggembalaan untuk
mencapai ke-idealannya harus memperhatikan beberapa bentuk penggembalaan dalam
pelaksanaannya: perkunjunagan, percakapan, persekutuan.
a.
Perkunjungan
Selain berkhotbah pelayanan yang paling
penting bagi jemaat adalah perkunjungan. Sebagaimana yang diungkapkan
Bons-Strom bahwa salah satu dari tujuan penggembalaan adalah mengunjungi
anggota jemaat satu persatu. Gembala mengunjungi anggota jemaatnya di manapun
mereka berada, apakah di rumah, tempat kerja, atau di suatu tempat yang telah
disepakati bersama. Prinsip ini telah dilakukan Allah terlebih dahulu, yang
mana sebagai gembala yang baik Dia mencari domba-domba-Nya yang hilang tersesat
dan tercerai berai. Dengan melakukan perkunjungan gembala akan lebih memahami
apa yang menjadi kebutuhan jemaatnya.
b.
Percakapan
Percakapan merupakan komunikasi yaang
dilakukan dua orang atau lebih, antara sorang dengan yang lain terjadi kontak
dalam sebuah dialog. Terdapat beberapa jenis percakapan, mulai percakapan yang
bias-biasa sampai kepada percakapan yang serius. Dalam percakapan terdapat isi
yang terkandung di dalamnya dan isinya tergantung pada jenis percakapan yang
dilakukan. Dalam pelayanan penggembalaan, percakapan memiliki peran yang sangat
penting. Percakapan di sini terjadi antara gembala dengan orang yang sedang
digembalakan. Hanya saja tidak boleh diabaikan dalam percakapan penggembalaan
tau lebih dikenal dengan percakapan pastoral yaitu mempercakpkan kebenaran
Firman Tuhan.[57]
Sehingga dalam percakapan, melalui Firman-Nya, Allah sebagai pihak ketiga hadir
dan turut berbicara dalam percakapan tersebut. Inilah salah satu yang
membedakan antara percakapan pastoral dengan percakapan-percakapan lain. Penggembalaan
menggunakan percakapan sebagai alat alat untuk menghubungi, menolong dan
membimbing orang lain.[58]
Dalam percakapan pastoral ada banyak hal dapat dibicarakan mulai dari masalah
praktis hingga kepada masalah yang paling prinsipil. Seperti yang dikutip oleh
Bons-Storm, H. Faber membedakan tiga macam percakapan pastoral: percakapan
mengenai hal-hal praktis; percakapan tentang hubungan dengan orang lain; dan
percakapan mengenai persoalan dalam hubungan dengan Allah.[59]
Tujuan percakapan pastoral dalam metode juma tanganan adalah untuk memahami dan mengerti persoalan
atau kebutuhan rohani yang sedang digembalakan. Melalui percakapan pastoral
akan terjadi sebuah komunikasi yang menghadirkan Allah sebagai pihak ketiga dan
membuka peluang untuk saling bertukar pikiran tentang persolan dan kebutuhan
untuk diperhadapkan dengan Firman Tuhan. Akan tetapi dalam percakan pastoral
ini seorang gembala lebih disarankan untuk lebih banyak mendengarkan., ia tidak
boleh memonopoli percakapan. Hal yang paling inti/terpenting dalam percakapan
pastoral adalah “saling menerima”[60],
mendengarkan, memperhatikan dan memahami apa yang dikatakan oleh teman
bicaranya.
c.
Persekutuan
Persekutuan merupakan terjalinnya relasi
antara manusia denan Allah , antara manusia dengan sesamanya.[61]
Di dalam persekutuan manusia mendapat bagian di dalam keselamata yang
dianugerahkan Allah melalui anak-Nya Yesus Kristus bukan hanya untuk pribadi
melainkan untuk semua orang. Setiap orang yang telah memperoleh keselamatan
memiliki tanggung jawab untuk membagikannya kepada orang yang lain.[62]
[1] E. P. Ginting. S, Gembala dan
Penggembalaan,( Kabanjahe: Perc. GBKP Abdi Karya, 2002), 5-6
[2] Peter Wongsu, Theologi
Penggembalaan,( Malang:Departemen Literatur SAAT, 2001),1
[3]..., Ibid, 7
[4] Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2003),
9-10
[5] ..., Ibid, 12
[6] Hasil Wawancara
, Mannes Purba (Pendeta GKPS), selasa 28
Agustus 2019, pukul 17.00 WIB
[7] Hasil Wawancara,
Devid Hendriko Saragih, (Pendeta GKPS), Selasa 28 Agustus 2019: Kantin STT Abdi
Sabda Medan, pukul 10.00 WIB
[8] Tata Gereja Dan Peraturan-Peraturan GKPS, (Pematang Siantar, Kolportase
GKPS, 2013), 26
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat
Bahasa Edisi Ke Empat, s.v, Oleh Departement Pendidikan Nasional, 539
[10]...Ibid, 946
[11] Joel Comiscey, Ledakan Kelompok Sel, diterjemahkan oleh
Vieralisa (Jakarta: Metanoia, 1998),
19
[12] C. Peter Wanger, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh (Malang: Gandum
Mas, 1990),
19
[13]http://lasyagustin.blogspot.com/2014/05/makalah-pertumbuhan-gereja-peran.html, Diakses Minggu 24 Agustus 2019, pukul 23.00 WIB
[14] John M. Echols
dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-
Indonesia,(Jakarta:PT Gramedia, 1996), 281
[15] Fritz Reinecker, A Linguistic Key to The Greek New Testament,(Michigan:
Zondervan Publishing House, 1980), 267
[16]Barclay M. Newman
Jr, Kamus Yunani- Indonesia, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 1996), 144
[17] Joel Comiscey, Ledakan Kelompok Sel, diterjemahkan oleh
Vieralisa (Jakarta: Metanoia, 1998),
26
[18] Data Statistik, ” Kehadiran Warga Jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya, Tahun
2018”
[19] Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Pendidikan-kompetensi
dan Praktiknya, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003) 92-96.
[20] Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, (Bandung:
Tarsito, 1982), 36.
[21] Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi
Dan Praktiknya, 92-96.
[22] Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Pendidikan-kompetensi
dan Praktiknya, 92-96.
[23]. Howard
Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan
dan Konseling Patoral: Sumber-sumber untuk Pelayanan Penyembuhan dan
Pertumbuhan. Terj. B. H. Nababan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 32
[24] Pemimpin
jemaat seperti Pendeta, Penatua, Diaken yang dipilih dan ditahbiskan sebagai
pelayan gereja, bisa juga warga jemaat biasa yang telah terlatih melaui
pembinaan untuk melakukan pelayanan penggembalaan.
[25] E.P. Gintings, Konseling Patoral:Penggembalaan Kontekstual , 12
[26]Dasarnya
Pendeta merupakan seorang yang telah dipanggil untuk pelayanan khusus. Sebelum
menjadi seorang Pendeta, mereka telah dilatihdan dipersiapkan untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab sebagai Pendeta, di antaranya adalah untuk melakukan pelayanan
penggembalaan. Pendidikan teologi yang
diperolehnya menolong memperlengkapinya dengan sumber dengan kecakapan yang
perlu untuk digunakan sebagai guru, pembimbing dan pelatih kehidupan rohani dalam
semua aspek pelayanannya. Clinibell, Tipe-tipe
Dasar, 133
[27]J. L. Ch.
Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Efesus,(Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009), 134
[28] E. P. Gintings, Konseling Pastoral, Penggembalaan Kontekstual, 13
[29] Clinebell, Tipe-tipe Dasar, 34, 44
[30] Borns-Strom, Apakah Penggembalaan Itu?, 1
[31] Tidball, Teologi Penggembalaan, 53
[32] Tidbal, Teologi Penggembalaan, 40
[33] E.P. Ginting, Konseling
Pastoral,Penggebalaan Kontekstual, 18
[34]Bruce Larson,
“Biarkan Kaum Awam Menggembalakam” dalam buku Pelayanan Penggembalaan yang Ideal,( Malang: Gandum Mas, 1996),30
[35] Merupakan
pelayanan dan perhatian pelayan terhadap jemaat, pelayanan yang mencakup “
manusia seutuhnya”, pelayanan yang memperhatikan situasi yang berbeda;beda,
pelayanan yang berlangsung dalam pertemuan dan percakapan, pelayanan yang
verdasarkan iman dan persekutuan Kristiani, serta pelayanan yang bersama-sama
dengan pelayanan organisasi-organisasi lain yang terarah pada masyarakat.
Abineno, Pedomana Praktis...,14
[36] Abineno, Pedoman Praktis..., 48-66
[37] Clinebel, Tipe-tipe Dasar, 53-54 Lih. Krisetya, Teologi Pastoral, 10-11
[38]J. D. Douglos
(peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (
Jilid A-l), (Jakarta: YKBK, 2011), 330
[39] Krisetya, Teologi Pastoral, 2
[40] Abineno, Penggembalaan, 18
[41] Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral,
12
[42]Bruce Larson, Biarlah Kaum Awam menggembalakan, 30
[43] Abineno, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral,
9
[44]Hasil
Wawancara, Pdt. DR. Jontor Situmorang,
( Pendeta GKPS, Dosen STT Abdi Sabda Medan), Senin, 27 Juli 2020, Via Whatshap
[45]. Timotius
Sukarman ,Gereja Yang Bertumbuh &
Berkembang, 123
[46]Alkitab, (
Jakarta: Lembaga Alkita Indonesia, cetakan,2014 )
[47]Jahja
Iskandar, Tetap Mekar Di Masa Sukar,
(Jakarta: PATMOS, 1998), 15
[48]Hasil
Wawancara, Pdt. DR. Jontor Situmorang, (Pendeta GKPS,Dosen STT Abdi Sabda Medan),
Senin 27 Juli 2020,
Via Whatshapp
[49] Krisetya, Teologi Pastoral,8
[50] Joel
Comiskey, Menuai Tanpa Batas (Jakarta:
Metanonia, 2003), 80
[51]Steve Barker,
dkk, Pemimpin Kelompok Kecil,65-70
[52] Steve Barker,
dkk, Pemimpin Kelompok Kecil, 70-75
[53].Timotius
Sukarman, Gereja yang Bertumbuh dan
Berkembang,122-123
[54]Joni Cahyono, Panduan Kelompok Kecil (Jakarta: Sub
Bidang Pembinaan Warga Gereja, 2012), 10-11
[55]....., Ibid, 12
[56]Bruce Larson, Biarkan Kaum Awam Menggembalakan, 30
[57]J. L. CH.
Abineno, Percakapan Pastoral, ( Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2004), 5
[58] Bons-Strom, Apakah Penggembalaan Itu?, 57
[59]....,Ibid, 62
[60]Percakapan
tentu akan tidak maksimal jika antara gembala denganorang yang sedang
digembalakan tidak saling menerima. Terlebih lagi sebagai seorang gembala, ia
harus benar-benar dapat menerima segala keberadaan orang yang sedang dilayani.
[61]G, Reimer, Jemaat yang Dakonial: Perspektif Baru
dalam Pelayanan Kasih Nasional dan Internasional, (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih OMF,2004), 51
[62]J. L. Ch.
Abineno, Jemaat: Wujud, Peraturan,
Susunan, Pelayanan dan Pelayan-pelayannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1965), 26
BAB I
PENDAHULUAN
Penggembalaan
merupakan bagian dari ilmu pastoral/ teologi praktika. Pengertian penggembalaan yang terutama digunakan di
gereja-gereja Indonesia adalah bagian dari pendampingan pastoral, yaitu pelayanan yang dijalankan oleh
pastor. Kata “pastor” berasal dari bahasa Latin yang artinya
gembala,
sedangkan dalam bahasa Yunani disebut poimen. Pengertian penggembalaan secara umum berasal dari bahasa Belanda seelsorge
(dibaca: Zielzorg) dan dalam bahasa Inggris disebut Pastoral Care. Istilah “
Seelsorge” berasal dari dua suku kata yaitu kata “ Seel” yang artinya nous (inggris)/ jiwa, sedangkan kata “Zorg/Care
(inggris)” adalah pengurusan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penggembalaan/ Seelzorg dapat
diartikan sebagai pengurusan jiwa/ roh.[1]
Penggembalaan
dalam lingkup teologia merupakan salah satu bidang teologi praktis yang
pembahasannya meliputi 2 bagian besar: (1). Bagaimana menggembalakan gereja?
(2). Bagaimana mengajar orang Kristen? Berdasarkan hal ini dapat dikatakan
teologi penggembalaan juga disebut ilmu kepemimpinan penggembalaan (pastoral leadership). Tuhan Yesus
sendiri juga sangat menjunjung tugas pengggembalaan. Ia melatih
murid-murid-Nya, menjadi teladan dan mengajar prinsip penggembalaan
(bdk.Mat.9:35-11:1; Luk.10:1-20; Yoh.13-17). Rasul Paulus juga menulis 3 pucuk
surat yang khusus membicarakan prinsip-prinsip penggembalaan kepada hamba-hamba
Tuhan yang masih muda, yaitu surat I, II Timotius dan Titus. Ketiga surat surat
tersebut sekarang ini disebut sebagai
surat penggembalaan. Rasul Yohanes dan Petrus di dalam surat-suratnya juga
membahas secara khusus dalam beberapa ayat tentang penggembalaan (II Yoh.; I
Pet.5:1-11; II). Pengajaran-pengajaran yang ditinggalkan keduabelas rasul, oleh
gereja-gereja di abad kedua dijadikan petunjuk serta prinsip dan pola
penggembalaan.[2]
Roh kudus yang memberikan karunia untuk
melakukan tugas-tugas penggembalaan
dan sesuai dengan kehendak-Nya menetapkan penatua-penatua atau penilik-penilik bagi umat
tebusan-Nya (
1Kor 12:28; Ef. 4:11; Kis. 20:28).[3]
Dengan mengarah kepada kasih karunia Tuhan Yesus, maka dalam penggembalaan, para
pelayan melakukan
pendampingan pastoral yang sangat membutuhkan pengorbanan dengan kasih sebagaimana Yesus
mengasihi domba-domba-Nya. Arti dari pendampingan adalah menolong bertumbuh sebagai suatu bagian penuh dalam
diri seseorang. Kata “pendampingan
pastoral” adalah
gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata “pendamping” dan kata “pastoral”. Mendampingi merupakan
suatu kegiatan menolong orang lain karena terjadi sesuatu yang
menyimpang dari ajaran Kristen sehingga perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut pendamping/konselor, sedangkan
yang didampingi disebut klient.
Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi
timbal balik. Dengan demikian istilah pendampingan memiliki arti kegiatan
kemitraan, bahu-membahu, menemani, membagi/ berbagi
dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. [4] Penggembalaan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari apa yang disebut pengembangan
jemaat dan tugas-tugas dan pelayanan gereja. Penggembalaan memiliki kaitan atau hubungan untuk saling melengkapi dalam
usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan gereja, sehingga dengan demikian
gereja bisa mandiri dan menjadi gereja yang misional. Penggembalaan
merupakan sebuah pelayanan untuk
menuntun jemaat
Kristus kepada iman yang sejati serta kehidupan yang kekal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggembalan
merupakan sebuah usaha pendampingan pastoral bagi jemaat yangbertujuan untuk
memampukan jemaat melakukan misi Allah dalam hidupnya secara holistik.[5]
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)
mengenal sebuah sistem penggembalaan
yang disebut dengan “ Juma Tanganan”.
Juma Tanganan berasal dari dua kata
yaitu kata “juma” (ladang) dan kata “tanganan” (menangani). Secara terminologi “juma tanganan” adalah ladang yang ditangani. Juma tanganan sama dengan apa yang dikenal oleh gereja pada umumnya
yaitu kelompok sel atau komunitas sel.[6]
Dalam pembentukan kelompok sel (Juma Tanganan) di GKPS sendiri dibentuk menurut jumlah
pelayan gereja berdasarkan jumlah kepala keluarga jemaat. Jumlah kepala
keluarga jemaat dibagi dengan jumlah majelis jemaat, misalnya jumlah kepala keluarga jemaat itu ada
100 kepala keluarga, dan jumlah majelis jemaat di gereja 25 majelis jemaat, maka dalam penentuan jumlah
anggota Juma Tanganan masing-masing
majelis jemaat adalah 100:25=4, sehingga dengan demikian seorang majelis jemaat
akan menangani/ menggembalakan 4 KK (kepala keluarga) menjadi Juma Tanganan-nya sesuai dengan tujuan
dan fungsinya.[7] GKPS sendiri dalam
rangka mengoptimalkan Juma Tanganan sebagai wadah penggembalaan warga jemaat
sebagai salah satu tugas dari Penatua ( Sintua).[8]
Secara
etimologi “kelompok sel” berasal dari dua asal kata yaitu kata “kelompok” dan
kata “sel”. Kata “ kelompok” adalah kumpulan 2 orang atau lebih, yang secara
intensif dan teratur selalu mengadakan interaksi sesama mereka untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan[9].
Sedangkan kata “sel” adalah
bagian atau bentuk terkecil dari organisme, terdiri atas satu atau lebih inti,
protoplasma, dan zat-zat yang dikelilingi oleh selaput sel.[10]
Seperti halnya sel-sel individu yang bergabung untuk membentuk tubuh manusia,
demikian pula sel-sel di dalam gereja membentuk tubuh Kristus. Artinya tubuh
Kristus terbentuk karena adanya komunitas sel yang dibentuk terlebih dahulu.[11]
Kelompok sel dapat disebut sebagai kelompok yang memiliki hubungan yang
istimewa. Terjadinya hubungan istimewa di dalam kelompok sel
dikarenakan setiap anggota kelompok dapat mengenal lebih dekat satu dengan yang
lain. Jadi, kelompok
sel merupakan sebuah ibadah persekutuan yang diperuntukkan kepada Allah dan sesama, dimana setiap
anggota dalam kelompok sel dapat saling melayani dengan didasarkan pada
hubungan yang harmonis serta kepedulian satu dengan yang lain.[12]
Sebuah kelompok sel pertama kali harus diawali dengan melayani
Tuhan, berdoa dan berada dalam sebuah kesatuan. Tuhan akan memimpin seperti
yang kita minta pada-Nya. Sistem
kelompok sel yang pertama ditemukan dalam Perjanjian Baru dan hal itu dimulai,
diinspirasi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus Kristus sebagai
kepalanya (Ef.1:20-23). Kelompok Sel merupakan sistem informal yang
secara keseluruhan dipimpin oleh Roh Kudus. Sistem
ini bukan merupakan sebuah metode, teknik atau taktik tetapi lebih merupakan
sebuah sistem yang terbuka dimana Tuhan Yesus Kristus dapat berkarya secara
bebas dengan kekuatan Roh Kudus untuk membangun karya-Nya yang hebat, dalam segala hal terhadap
umat-Nya.[13]
Kata kelompok sel dalam bahasa Inggris
dipakai kata group[14].
Yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti: kelompok; golongan, atau
golongan-golongan yang berjumlah 8 orang. Adanya pengaturan dalam kelompol
sel dapat dilihat dlam teks seperti Kejadian 7-9. Daniel, Hannanya, Misael, dan Azarya jugayang merupakan kelompok sel yang selalu
bersekutu (bdk. Dan.1:13-20). Kata “kelompok sel” dalam
bahasa Yunani dipakai kata proskarteroumtez.[15]
Yang artinya bertekun di dalam;
berhubungan karib; dan melayani secara pribadi.[16]
Di dalam kegiatan kelompok sel, setiap
orang percaya dibimbing/didampingi agar dapat saling membangun kerohanian, saling mengasihi,
saling memperhatikan, menghormati, melayani, menanggung beban, menopang satu
dengan lainnya. Kelompok sel biasanya menekankan pengalaman dengan Kristus
secara ril melalui penyembahan, pemuridan, pelayanan, dan penginjilan. Tujuan
dari komunitas sel yang ideal mencakup:
a.
Saling
Memperhatikan
b.
Memberitakan
Injil
c.
Mengembangkan
Kharisma dari Tuhan
d.
Menjadikan
Anggota Setia[17]
Gambaran tentang
kelompok sel secara hakiki di atas menunjukkan bahwa tujuan kelompok sel adalah
membangun dan memperdayakan warga jemaat menjadi umat yang benar-benar mampu
menjadi saksi bagi Kristus dalam kehidupannya, namun tampaknya tujuan ini lah
justru yang sudah jauh dari sistem Juma
Tanganan di GKPS khususnya di GKPS Sinondang, Resort Baringin Raya, Juma Tanganan dibuat hanya sebagai wadah
penggembalaan yang sifatnya lebih mengarah kepada hal-hal teknis/sarana dan
prasarana kegiatan menggereja, misalnya sarana untuk pembayaran
kewajiban-kewajiban sebagai anggota jemaat. Dengan demikian dapat dikatakan penggembalaan dengan
sistem Juma Tanganan tidak sesuai dengan makna, fungsi dan tujuannya. Yang mengakibatkan juma tanganan tidak berjalan dengan maksud semula, dan tidak
memberikan dampak bagi perkembangan dan pertumbuhan jemaat, misalnya dalam hal
partisipasi dan presentasi kehadiran warga jemaat GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya dalam mengikuti kegiatan gerejawi yang ada. Berdasarkan hal ini penulis melihat bahwa sistem Juma Tanganan sebagai wadah
penggembalaan khususnya di GKPS Sinondang Resort Baringin Raya telah beralih fungsi dan tujuan serta kehilangan
maknanya. Oleh karena
masalah-masalah tersebut, penulis mengangkat judul: JUMA TANGANAN dengan sub judul (Suatu Tinjauan Teologi Praktis Terhadap Juma Tanganan Sebagai Wadah Penggembalaan Warga Jemaat yang Ideal
dan Implikasinya bagi Penggembalaan Warga Jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya. Tujuan tulisan ini
adalah agar mampu meningkatkan partisipasi warga jemaat tidak hanya dalam
kehadiran peribadahan-peribadahan saja, namun juga partisipasi dalam melakukan
misi gereja di GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya secara holistik. Hal ini sungguh menjadi keprihatinan dari
penulis sebab terlihat bagaimana rendahnya partisipasi warga jemaat GKPS
Sinondang Resort Baringin Raya.
Dari data statistik
kehadiran warga jemaat pada tahun 2018 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran
jemaat dalam kebaktian Minggu dan Partonggoan:
1.
Presentase kehadiran Warga Jemaat dalam kebaktian
Minggu: 43%
2.
Presentase kehadiran Warga Jemaat dalam kebaktian
Partonggoan: 27%
Berdasarkan data di atas presentase partisipasi kehadiran warga jemaat berada dalam kondisi
yang buruk. Menurut sekretaris Jemaat GKPS Sinondang warga jemaat yang hadir
dalam kebaktian Minggu maupun Partonggoan
adalah warga jemaat yang sama pada tiap Minggunya, terlebih dalam kebaktian
Minggu biasa. Keterangan ini menunjukkan bahwa ada 50% warga jemaat yang sangat jarang
berpartisipasi di dalam Gereja.[18]
Rumusan masalah adalah sesuatu yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan mengarah upaya untuk
memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah
tersebut.[19]
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Majelis jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya kurang memahami
arti dan makna juma tanganan.
2.
Juma Tanganan di GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya telah beralih fungsi, tujuan dan kehilangan maknanya.
3.
Juma Tanganan belum menjadi wadah
penggembalaan warga jemaat yang ideal di GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
4.
Partisipasi warga jemaat GKPS Sinondang Resort
Baringin Raya rendah karena, praktek Juma
Tanganan yang lemah.
Pembatasan
masalah sangat diperlukan untuk menetapkan cakupan-cakupan pembahasan masalah
mengingat masalah yang luas.[20] Pembatasan masalah adalah
suatu bentuk penelitian yang bertumpu pada suatu fokus.[21] Oleh sebab itu, mengingat
permasalahan yang terkandung dalam teks ini maka penulis memberikan batasan
masalah agar lebih terarah. Jadi penelitian penulis berfokus kepada, (Suatu Tinjauan Teologis Praktis Terhadap Pendampingan Pastoral dengan
Sistem Juma Tanganan Di
GKPS Sinondang Dan Implikasinya Bagi
Jemaat GKPS Sinondang ).
Rumusan masalah adalah sesuatu yang
dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan
mengarah upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan
yang ada dalam masalah tersebut.[22] Adapun yang menjadi
rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
arti dan makna Juma
Tanganan?
2. Apa
dan bagaimana Juma Tanganan
yang
ideal bagi majelis jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya?
3. Apa
dan bagaimana penerimaan dan pemahaman majelis
jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya
terhadap juma tanganan yang ideal?
Adapun yang menjadi tujuan penulisan
dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui arti dan makna Juma Tanganan.
2. Untuk
menjadikan juma
tanganan sebagai wadah penggembalaan yang ideal di
GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
3. Untuk
meningkatkan kesadaran majelis
jemaat dan warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin
Raya akan pentingnya Juma
Tanganan sebagai wadah penggembalaan warga jemaat yang ideal.
4. Untuk
menekankan fungsi utama Juma Tanganan dalam
pelaksanaanya di GKPS Sinondang
Resort Baringin Raya.
5. Untuk
lebih mengarahkan Juma Tanganan sebagai
suatu upaya pengembangan partisipasi
dan presentase kehadiran serta spiritual warga
jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
6. Untuk
lebih mengarahkan Juma Tanganan sebagai
suatu upaya pembangun spritual warga
jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya.
Adapun yang menjadi manfaat penulisan
adalah sebagai berikut:
1. Majelis
Jemaat dam Warga Jemaat GKPS Sinondang paham akan makna dan makna Juma Tanganan
sebagai wadah penggembalaan yang ideal bagi warga jemaat.
2. Warga
Jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin
Raya
lebih merasakan sentuhan pelayanan dengan sistem Juma Tangan
yang ideal.
3. Sebagai
sumber refleksi untuk meningkatkan
partisipasi dan presentase kehadiran warga jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya melalui pelaksanaan Juma Tanganan yang ideal.
Dalam mengkaji pokok bahasan di atas agar
mendapat hasil yang maksimal, maka penulis perlu melakukan penelitian:
1.
Penelitian
kepustakaan (Library Reserch) yaitu
dengan memanfaatkan buku-buku artikel-artikel dan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan judul.
2.
Metode
Penelitian Lapangan ( Field Research)
yaitu dengan cara observasi dan meyebarkan
angket. Penulis akan langsung ke lapangan untuk meneliti dan
mengumpulkan serta menganalisa data yang dibutuhkan sesuai dengan judul.
BAB
I :Pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, identifikasi masalah pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II :Pada bab ini, akan membahas mengenai kerangka
teoritis: pengertian Pengembalaan, makna dari juma
tanganan, baik secara umum, dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dan persfektif GKPS, serta metode juma
tanganan yang ideal bagi jemaat, kerangka konseptual serta hipotesa.
BAB
III :Metode penelitian yang berisikan lokasi penelitian,
tempat penelitian, sejarah singkat GKPS Sinondang , keadaan GKPS Sinondang,
populasi dan sampel, alat pengumpulan data dan teknik pengumpulan data.
BAB
IV :Pengolahan data, temuan-temuan dalam penelitian dan
refleksi teologis
BAB V :
Kesimpulan dan Saran
BAB II
2.1.Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan
2.1.1.
Makna
Penggembalaan Secara Umum
Penggembalaan merupakan bagian dari Teologi praktika. Pengertian“ penggembalaan” yang terutama
digunakan dalam gereja-gereja di Indonesia sama dengan pengertian atau ungkapan
“ pelayanan pastorl” yaitu pelayanan yang dilakukan oleh pastor. Thurneysen mendefenisikan bahwa penggembalaan merupakan suatu penerapan
khusus Injil kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang
dalam khobah gereja disampaikan kepada semua orang. H. Faber mengatakan bahwa
penggembalaan itu ialah tiap –tiap pekerjaan, yang di dalamnya si pelayan sadar
akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapannya atau khotbahnya, atas
kepribadian orang, yang pada saat itu di hubunginya.
Beberapa
masyarakat Kristen Indonesia memahami arti penggembalaan sebagai pembinaan,
yaitu juga membentuk watak seseorang dan mendidik mereka menjadi murid Kristus
yang baik. Ia merupakan pemberitaan Firman Allah, dalam hal ini setiap ada
pertemuan baik antar-pribadi, kelompok kecil atau besar sudah pasti Injil harus
dibicarakan agar yang hadir dapat dibimbing dan disadarkan. Bagi umat Katolik
penggembalaan berarti pelayanan yang berhubungan dengan sakramen. Bagi kelompok
Kharismatik, penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan ohani yang dapat mengakibatkan penyembuhan secara fisik.
Penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, seeperti pelayanan sosial dan
sebagainya. Penggembalaan merupakan pelayanan di mana manusia yang terlibat
dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan Allah.
Penggembalaan dianggap sebagai konseling pastoral yang menggunakan
teknik-teknik khusus yang dipinjam dari ilmu-ilmu manusia, khususnya psikologi.[23] Dari
beberapa defenisi diatas penggembalaan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk
pelayan yang dilakukan oleh “seseorang”[24] kepada orang lain, dimana
Firman Tuhan merupkan dasar pelayanan dan pemberitaannya. Melaui pelayanan
penggembalaan orang-orang kudus kepunyaan Allah menerima pengajaran Firman
Allah, dalam arti luas agar mereka diperlengkapi, dibimbing dan didampingi dengan
hal-hal yang bersifat pastoral dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
menyangkut pribadi, kelurga dan sebagai warga jemaat.[25]
2.1.2. Tugas
dan Tujuan Penggembalaan penggembalaan Secara Umum
Dalam
Perjanjian Lama, Allah mempercayakan tugas penggembalaan kepada para pimpinan
bangsa Israel. Ketika umat-Nya tengah berada dalam kekuasaan
bangsa Mesir, Allah memanggil Musa untuk memanggil mereka keluar dari
perbudakan tanah Mesir. Allah memakai Musa sebagai gembala bagi bangsa Israel
selama perjalanan menuju tanah yang dijanjikan kepada mereka. Musa bukanlah
orang yang sempurna, sehingga dalam pelaksanaannya dia dibantu oleh Harun
saudaranya. Ada banyak lagi para pemimpin bangsa Israel yang dipakai oleh Allah
untuk melakukan tugas penggembalaan, seperti para raja, imam, dan nabi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
dan fungsi penggembalaan secara umum adalah untuk menuntun umat Allah/memimpin
menyelesaikan atau menolong keluar dari masalah. Allah mengutus Musa untuk
mengembalakan umatnya. Sehingga tujuan dan fungsi penggembalaan adalah menuntun
orang yang belum percaya menjadi percaya, dan menguatkan kepercayaan yang telah
percaya agar lebih percaya.
Yesus
sebagai gembala yang baik, setelah bangkit dari kematian Dia mengamanatkan
tugas penggembalaan kepada para murid-Nya. Kepada Simon Petrus dengan jelas dan
tegas Yesus berkata “ apakah engkau mengasihi Aku, gembalakanlah
domba-domba-Ku” (Yoh.21:15-17). Sebelum naik ke sorga, Yesus memberikan suatu
perintah yang dikenal juga sebagai Amanat Agung orang percaya ( Mat. 28:19-20)
yang berbunyi, “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kupeintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Untuk
tugas penggembalaan kepada siapa ia dibebankan terkadang masih kurang dipahami
oleh sebagian anggoata jemaat. Sehingga masih ada yang beranggapan bahwa tugas
penggembalaan hanyalah merupakan tugas seorang Pendeta. Sebagai seorang yang
telah dipanggil untuk melakukan pelayanan penuh waktu, penggembalaan merupakan tugas utama Pendeta.[26] Akan tetapi karena
cakupan pelayanan penggembalaan itu luas maka tidak mungkin tugas ini hanya
dilakukan Pendeta sendiri, melainkan ia harus bekerja sama dengan pelayan
Kristen lain termasuk warga jemaat yang telah terlatih dalam bidang ini, sesuai
dengan karunia yang dimilikinya. Dalam Kitab Efesus 4:11-12 untuk
memperlengkapi orang-orang kudus demi pembangunan jemaat-Nya, Yesus memilih
pelayan-pelayan seperti para rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil,
gembala-gembala dan pengajar-pengajar.[27]
Yang
perlu digaris-bawahi adalah bahwa tugas penggembalaan bukan hanya merupakan
tugas Pendeta semata melainkan juga tugas semua orang percaya. Karena semua
orang percaya harus terihat dalam mengiplementasikan Imamat am orang percaya (1 Petrus 2:9), yakni untuk saling
menggembalakan sehingga dapat bertumbuh bersama di dalam Tuhan.[28]
Dalam
Perjanjian Baru, penggembalaan dipahami sebagai tugas dari seluruh warga jemaat
yang berfungsi sebagai persekutuan, pemeliharaan dan yang memampukan
pertumbuhan.[29]
Tugas inti dari pelayanan penggembalaan yang dilakukan oleh para gembala adalah
menolong setiap orang yang digembalakan baik dalam hal penyembuhan maupun
pertumbuhan rohaninya. Bons-Strom dalam bukunya “ Apakah Penggembalaab Itu?”
mengutip pendapat J. W. Herfs yang mengatakan bahwa tugas penggembalaan yaitu:
“ Menolong setiap orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan mengajar
orang utuk mengakui ketaatannya kepada Allah dan sesamanya, dalam situasinya
sendiri”.[30]
Menurut
Martin Bucer yang dikutip oleh Tidball dalam bukunya yang berjudul “ Teologi
Peggembalaan” mengatakan bahwa ada lima tugas penggembalaan.[31]
a.
Membawa
orang yang terasing kepada Kristus
b.
Mengembalikan
mereka yang tersesat
c. Memperoleh perbaikan bagi mereka yang jatuh ke dalam dosa
d. Menguatkan orang Kristen yang lemah
e.
Memelihara
orang Kristen yang sehat dan kuat dan mendorong mereka untuk maju kearah
kebaikan.
Seorang
gembala akan berhasil dalam melaksanakan tugas penggembalaan, jika mengandalkan
kemampuan yang diberikan oleh Allah dan tidak mengandalkan kemampuannya
sendiri. Gembala harus menyadari bahwa pelayanan bukanlah beban melainkan
merupakan suatutanggung jawab besar yang harus dikerjakan dengan penuh sukacita
dan damai sejahtera. Kerendahan hati perlu dimiliki seorang gembala. Yang harus
ditanamkan dalam diri mereka adalah bahwa mereka tidak lebih hebat dari yang
sedang digembalakan. “Gembala yang menempatkan dirinya sendiri lebih tinggi
dari sesamanya dan mempunyai konsepsi yang terlalu hebat tentang tanggung
jawabnya akan menghabiskan sebagian besar pelayanannya dengan rasa penat dan
memandang orang lain sebagai beban atau persoalan.”[32]
Sedangkan
yang menjadi tujuan penggembalaan itu sendiri yaitu menolong “ anggota jemaat”
dalam menghadapi pergumulan hidupnya, supaya orang yang digembalakan itu
mendapat manfaat dari Firman Tuhan yang diberitakan kepadanya sehingga
kepribadiannyadipengaruhi oleh Firman Tuhan itu.[33] Oleh sebab itu tujuan
penggembalaan seperti berikut: mencari dan mengunjungu anggota jemaat satu
persatu; melayani mereka. Sama seperti kiranya Yesus melayani mereka; supaya
mereka lebih menyadari iman mereka dan dapat mewujudkan iman itu dalam kehidupan
sehari-hari. Bruce Larson berpendapat
bahwa tujuan utama dari pelayanan penggembalaan adalah membuat setiap warga
jemaat terlibat dalam pelayanan satu yang lain dan kepada dunia.[34] Tujuan akhir dari
penggembalaan adalah pembangunan jemaat di dalam Kristus.
2.1.3. Fungsi
Penggembalaan Secara Umum
Menurut
Abineno ada empat fungsi yang paling penting, yaitu: menyembuhkan manusia
seutuhnya (manusia secara totalitas); membantu mereka yang sedang dilayani
dalam pastoral,[35] membantu mereka yang
sedang dilayani dalam pastoral; dan mendamaikan mereka dalam pastoral.[36]
Mengutip
apa yang diuraikan oleh William A. Clebchs dan Charles R. Jackle, Howard
Clinebell mengemukan ada lima fungsi penggembalaan di sepanjang abad:
menyembuhkan (Healing), bertujuan
untuk mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada
suatu keutuhan dan menuntun dia ke arah
yang lebih baik dari pada sebelumnya; mendukung (Substaining), berarti, menolong orang yang sakit (terluka) untuk
dapat bertahan dan melewati suatu keadaan yang di dalamnya pemulihan kepada
kondisi semula; membimbing (Guilding),
membantu orang yang kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti
diantara berbagai pikiran dan tindakan alternative, dan memulihkan (Reconciling), berupaya membangun kembali
hubungan yang telah rusak baik relasi antar manusia dengan sesamanya, maupun
relasi antar manusia dengan Allah. Selain itu, Clinebel juga menambahkan satu
lagi fungsi penggembalaan yang menurutnya bersifat mendasar yang merupakan
suatu yang langgeng dalam sejarah gereja yaitu memelihara atau mengasuh (Nurturing) yang bertujuan untuk
memampukan orang untuk mengembangkan petensi-potensi yang dianugerahkan Allah
kepada mereka.[37]
2.1.4. Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan dalam Perjanjian Lama
Alkitab
menyaksikan Allah sebagai Gembala yang baik bagi umat manusia.kata yang dipakai
dalam PL, dalam bahasa Ibrani adalah װצח״ dibaca roeh”
artinya gembala.[38]
Dalam keseluruhan kitab Perjanjian Lama terlihat bagaimana Allah sebagai
gembala yang memimpin, mengasihi, memelihara, mendisiplinkan dan melindungi
umat-Nya.[39]
Bangsa Israel disebut sebagai kawanan domba kepunyaan Allah dan Allah sebagai
gembalanya.
Mazmur
23 dengan jelas menggambarkan bagaimana sosok gembala yang peduli terhadap
dombanya. Dia mengetahui apa yang menjadi kebutuhan domba-dombanya. Daud
benar-benar merasakan bagaimana pemeliharaan Allah yang sungguh luar biasa di
sepanjang perjalanan hidupnya, yang tidak hanya mencukupi apa kebutuhannya
melainkan juga yang senantiasa melindungi dari berbagai bahaya sehingga ia
benar-benar merasakan aman dan tenang dalam perlindungan-Nya. Di sini Allah
digambarkan senagai gembala yang baik.
Dalam
Yehezkiel 34:11-16 dijelaskan bahwa Allah mengambil alih tugas para gembala
Israel yang tidak bertanggung jawab. Allah akan mejadi gembala yang baik bagi
umat-Nya. Ia akan memperhatikan dan mencari domba-dombanya yaitu umat Israel.
Pemeliharaan Allah sebagai gembala yang baik terhadap domba-domba-Nya juga
terlihat ketika para gembala yang dipercayakan Allah gagal melakukan tugasnya
sebagai gembala (Yehezkiel 34,bdk. Yeremia 23). Sebagai bentuk kepedulian
terhadap domba-domba-Nya yang tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya,
Allah berjanji akan melenyapkan para gembala yang tidak menjalankan tugas
mereka dengan baik dan akan mengumpulkan kembali domba-domba yang telah
terserak, tercerai berai, dan tersesat, sehingga yang lemah akan dikuatkan,
yang sakit akan diobati, dan yang terluka akan dibalut.[40]
2.1.5. Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan dalam Perjanjian Baru
Dalam
Yohanes 10 Yesus menyebit diri-Nya sebagai gembala yang baik, gembala yang
tidak hanya menjaga, memelihara dan menuntun, tetapi juga mengenal semua nama
domba-domba-Nya, dan domba-domba-Nya mengenal Suara-Nya.[41] Dalam Yohanes 21:17-17
diceritakan, setelah Yesus bangkit dari kematian dan sebelum Dia naik ke sorga,
Yesus memerintahkan kepada rasul-rasul untuk menggembalakan domba-domba-Nya.
Domba-domba Yesus ini adalah orang-orang yang berada dalam kegelapan atau
cengkraman maut yang berhasil diselamatkan Yesus dan murid-murid-Nya,para rasul
dan orang percaya yang lainnya. Antara gembala dan domba memiliki relasi yang
baik. Gembala yang sesungguhnya adalah gembala yang rela mempertaruhkan
nyawanya bagi domba-dombanya. Inilah yang dilakukan Yesus sebagai gembala yang
baik, yang rela mati bagi domba-domba yang sangat dikasihi-Nya.
Bertolak
dari pemahaman tersebut, sudah jelas bahwa pelayanan penggembalaan sangat
diperlukan. Pekerjaan penggembalaan diamanatkan kepada gereja, oleh sebab itu
gereja mempunyai tanggung jawab yang besar demi pemeliharaan warga jemaat-Nya.
Gereja yang bertumbuh tidak hanya melihat dari segi kuantitasnya saja melainkan
seberapa warga jemaat yang terlibat dalam pelayanan selain ibadah minggu atau
ibadah rutin yang telah dijadwalkan gerejanya masing-masing.[42] Di sini terlihat dengan jelas bahwa motif
gembala dalam Alkitab adalah ekspresi dari penjagaan atau pemeliharaan Allah
yang penuh kasih terhadap umat-Nya.[43]
2.1.6. Makna, Tujuan dan Fungsi Penggembalaan menurut GKPS
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) memaknai
penggembalaan sebagai wujud untuk memenuhi panggilannya selaku gereja dan tubuh
Kristus.
Sebagaimana Yesus memerintahkan agar senantiasa menggembalakan domba-domba-Nya.
Dalam Yohanes 21:12-15, Yesus Kristus memberi perintah kepada Simon Petrus untu
menggembalakan dom-domba-Nya. Yesus Kristus menegasakan hingga tiga kali bahwa
landasan untuk menggembalakn adalah wujud dari kasih Yesus Kristus. Hal ini
juga yang menjadi dasar bagi GKPS untuk melakukan pelayanan penggembalaan
terhadap warga jemaatnya. Memberikan pelayanan penggembalan merupakan suatu
usaha untuk mendekatkan pelayanan kepada warga jemaat secara intensif untuk
meningkatkan kehidupan jasmani dan rohani warga jemaatnya.[44]
2.1.7.
Dasar
Alkitabiah metode Juma Tanganan
Penggembalaan dengan metode juma tanganan adalah sebuah konsep penggembalaan yang di
buat oleh gereja GKPS yang bertujuan untuk mempermudah tugas penggembalaannya
terhadap warga jemaatnya. Istilah juma
tanganan adalah suatu istilah yang
diapakai oleh gereja GKPS untuk memonitoring dan menggembalakan warga
jemaatnya. Juma tanganan adalah
sebutan untuk metodenya, parjuma-tanganan
adalah sebutan untuk warga jemaat yang yang digembalakan, sedangkan namanjuma-tangani adalah majelis jemaat yang menggembalakan.
Konsep juma
tanganan yang di pakai oleh gereja GKPS telah dipraktekkan di Perjanjian
Lama oleh Musa dalam memimpin bangsa Israel. ).
Di dalam Keluaran 18 terlihat Yitro memberi sebuah kritik sekaligus
masukan yang sangat berharga kepada Musa untuk memperbaiki pola kepemimpinan
yang efektif dan kuat. Masukan yang diberikan Yitro terlihat dalam ayat 17-23,
“ Tidak baik seperti yang kau lakukan itu.
Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau
ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau
melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku
akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau,
wakilah bangsa itu di hadapan Allah dan kau hadapkanlah perkara-perkara mereka
kepada Allah. kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka
ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan beritahukan kepada mereka
jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu
kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah,
orang-orang yang dapat di percaya, dan menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin
seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu
mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar
haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara kecil diadili mereka
sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka
bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya. Jika engkau berbuat demikian
dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya,
dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan senang ke tempatnya.”
Maksud dari Yitro adalah untuk memudah pekerjaan Musa
dalam memimpin umat Israel. Sehingga dengan mewakilkan dirinya kepada
orang-orang yang dia percaya membantunya untuk memerintah bangsa yang
dipercayakan Tuhan untuk dipimpinnya. Dengan konsep kepemimpinan yang di
sarankan oleh Yitro mertuanya Musa dapat lebih mudah untuk memimpin bangsa
Israel. Karena tidak akan mudah bagi Musa seorang diri untuk dapat memimpin
bangsa Israel. Dia akan kelelahan untuk menyelesaikan seluruh perkara yang ada
pada umat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu Musa perlu mewakili dirinya kepada
umat yang dipimpinnya melalui orang-orang yang ia percaya. Konsep kepemimpinan
yang dipraktekkan oleh Musa untuk memimpin bangsa Israel sangat mirip dan
sejajar dengan konsep juma tanganan
yang dibuat oleh gereja GKPS untuk menggembalakan warga jemaatnya.
Konsep kepemimpinan Musa ini terlebih dahulu di
praktekkan oleh gereja-gereja di Indonesia yang disebut dengan kelompok sel
atau kelompok kecil. Antara konsep kepemimpinan Musa dalam memimpin bangsa
Israel dan kelompok kecil sama dengan metode penggembalaan juma tanganan yang dipraktekkan oleh gereja GKPS. Hanya saja konsep
juma tanganan lebih dekat dan mirip
dengan kelompok sel atau kelompok kecil. Antara kelompok sel dan juma tanganan sangat sulit dibedakan. Sehingga untuk
menjelaskan konsep juma tanganan sama saja dengan menjelaskan konsep kelompok
sel atau kelompek kecil. Dilihat dari tujuan dan fungsi serta metode yang
dilakukan sama saja. Oleh sebab itu dalam menjelaskan juma tanganan sama saja dengan menjelaskan kelompok sel atau
kelompok kecil.
2.1.8. Latar
Belakang Kelompok Sel
Kelompok sel berawal dari model gereja mula-mula ( Kis.
2:41-47), di mana gereja gereja mula-mula diselenggarakan di rumah-rumah, di
dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok sel pertama kali diperkenalkan dalam
gereja aliran Methodist. Jhon Wesley merupakan pelopor pendiri kelompok sel.
Kelompok sel berkembang dan dikenal adalam gereja Methodist. Paul Yonggi Cho
merupakan seorang pelopor yang terkenal dari kelompok sel, dalam kurun waktu
25-30 tahun pelayanan Yonggi Cho mengalami pertumbuhan yang fantastis. Kelompok
sel membuka peluang bagi gereja untuk mengalami pertumbuhan baik kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Yonggi Cho oleh karena jumlah dan anggota sedikit maka
akan lebih mudah untuk Sali membantu dan melayani. Jemaat termotivasi untuk
maju dan berdoa untuk perkembangan jemaat.[45]
2.1.9. Makna, Tujuan dan Fungsi Juma Tanganan dalam
Perjanjian Lama .
Juma tanganan adalah sebuah konsep metode penggembalaan yang
di kenal dalam gereja GKPS. Untuk dapat menegerti makna,tujuan dan fungsi juma tanganan perlu kita pahami bahwa
metode ini adalah cerminan dari kelompok sel. Oleh kerena itu untuk
menjelaskanya sama saja dengan menjelaskan kelompok sel agar lebih mudah untuk
dipahami.
Kelompok
sel tidak terbentuk dengan sendirinya tetapi kelompok sel sudah ada di dalam
Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Allah sering
bekerja melalui kelompok keluarga dan kelompok kecil untuk mencapai tujuan-Nya.
Allah memakai keluarga Nuh yang terdiri dari 8 orang untuk menyatakan kepada
dunia keinginan-Nya, yaitu agar umat-Nya hidup dalam kebenaran (Kejadian 7:1).
Melalui keluarga Nuh Allah menetapkan perjanjian-Nya dengan umat-Nya ( Kejadian
8:8-9). [46]
Setelah
Allah membebaskan umat-Nya keluar dari Mesir, Ia mulai membangun sebuah bangsa
yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil. Dalam Keluaran 18, dapat dilihat
bagaimana Allah, melalui Musa, membagi-bagi umat-Nya menjadi kelompok-kelompok
kecil untuk memungkinkan setiap orang menerima perhatian yang lebih baik. Hal
ini dikarenakan Musa terlalu letih dan terlalu sibuk mengurusi dan memutuskan
perkara-perkara bangsanya yang sangat banyak. Mulai dari pagi sampai malam hari.
Allah bekerja melalui kelompok-kelompok kecil untuk mengerti kebutuhan mereka
dan melengkapi mereka dalam melaksanakan rencana-rencana-Nya (bdk. Bil. 2,13;
Yos. 4:12; Neh. 3; Dan. 1:3-7).[47] Allah memberi petunjuk
melalui Yitro ( mertua Musa) yang diterapkan Musa dalam memimpin Israel (bdk.
Kel. 1 8).
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa juma tanganan atau kelompok sel dalam PL
adalah sebuah metode yang dipakai oleh Musa untuk memudahkannya memimpin bangsa
Israel, dan menjadi alat Tuhan untuk mengetahui apa-apa saja yang akan Dia
rancangkan bagi umat-Nya.
2.1.10. Makna, Tujuan dan Fungsi Juma
Tanganan dalam Perjanjian Baru
Konsep
kelompok sel dalam Perjanjian Baru dapat dilihat dari kehidupan Yesus dan ke-12
rasul-Nya (Mat.10:1-5), Yesus memilih murid-Nya dan membentuk mereka dalam
sebuah kelompok kecil yang beranggotakan 12 orang yang diutus untuk melayani,
Ia menerapkan “kelompok” untuk melatih mereka guna tugas-tugas pelayanan. Yesus
bersama mereka siang dan malam selama tiga tahun melatih sekelompok murid untuk
melajutkan misi-Nya. Mode
Gereja mula-mula (Kis.2:41-47). Kegiatan
gereja mula-mula diselenggarakan di rumah-rumah dalam kelompok-kelompok kecil.
Mereka saling mengasihi dan saling mendukung “ ,kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, ”( ayat.44). Dalam ayat
46 dikatakan bahwa mereka tidak hanya berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah,
tetapi juga di rumah masing-masing secara bergilir. Sistem ini membuat para
rasul yang hanya sedikit jumlahnya itu dapat memimpin dan menggembalakan ribuan
anggota jemaat dengan baik. Kehidupan yang “ Salin mengasihi” ini banyak
disukai oleh banyak orang dan Tuhan terus menambahkankan jumlah mereka dengan
orang-orang yang diselamatkan ( ayat.47),” Karena sama seperti tubuh itu satu
dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak
merupakan satu tubuh, demikian pulak Kristus” (1 Kor.12:12). Jika gereja
mula-mula hanya menyelenggarakan kebaktian besar, mungkin geeja akan sulit
berkembang lebih lanjut. Dalam kehidupan bersama inilah rohani jemaat dibina
dengan baik dan orang yang diselamatkan pun terus bertambah sehingga gereja
mula-mula terus berkembang.
2.1.11. Makna, Tujuan dan Fungsi
Juma Tanganan dalam Menurut GKPS
Juma tanganan merupakan
sebuah wadah untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota jemaaat di dalam
kegiatan gereja: ibadah Minggu, Partonggoan,
Sakramen, Penelahaan Alkitab (PA), dan kegiatan gerejawi lainnya.
Melalui juma Tanganan majelis jemaat
dapat mengetahui secara langsung setiap keadaan dan perkembangan kehidupan anggota
jemaat secara jasmani dan rohani. Dalam usaha untuk membina dan mengembangkan
kehidupan jasmani dan rohani anggota jemaat melalui majelis jemaat yang diberi
tanggung jawab untuk menggembalakan anggotanya atau yang disebut manjuma tangani (pemimpin kelompok sel)
melakukan perkunjungan ke rumah-rumah warga jemaat yang digembalakannya ( juma tanganannya) minimal satu kali
dalam satu Minggu.
Hasil
perkunjungan dan percakapan pastoral majelis jemaat (pemimpin kelompok sel)
dengan warga jemaat dapat dilaporkan kepada majelis jemaat melalui Pimpinan
Majelis Jemaat untuk ditindak lanjuti oleh gereja. Dengan kata lain juma tanganan berfungsi untuk memonitor keadaan riel
kehidupan warga jemaat GKPS.[48]
2.2.Juma
Tanganan Sebagai Wadah Penggembalaan
Dalam pelayanan penggembalaan tujuan utama adalah
manusia, sebagaimana dikemukakan di atas bahwa Allah adalah gembala dan manusia
adalah domba-dombanya. Kejatuhan manusia ke dalam dosa merupakan awal dari
putusnya hubungan manusia dengan Alla sebagai penciptanya. Walaupun demikian
Allah tetap mengasihi manusia. Untuk mengembalikan posisi manusia sebagai rekan
sekerja Allah dan demi keselamatan-Nya Allah senantiasa akan selalu
membimbingan dan penggembalakan manusia. Oleh sebab itu baik dalam sejarah
Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian baru Allah senantiasa selalu membimbing
dan menggembalakan umat-Nya.
Manusia diselamatkan hanya oleh kasih karunia Tuhan, oleh
sebab itu janganlah ia memegahkan diri (1 Korintus 1:29). Manusia yang telah
diselamatkan dipanggil untuk melakukan tugas penggembalaan ini, karena
keselamatan bukan hanya milik sendiri melainkan milik semua orang. Dalam 1
Petrus 5:2,3 berbunyi, “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dipaksa, tetapi dengan sukarela
sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keutungan, tetapi
dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah
atas mereka yang dipercayakan padamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan
bagi kawanan domba itu.” Bagi orang
Kristen panggilan untuk saling melayani didasari oleh panggilan Tuhan (Yoh.
13:34 “Aku memberikan perintah baru
kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti aku telah mengasihi
kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”).[49] Jadi yang menjadi fokus dalam pelayanan
penggembalaan adalah jemaat, di mana jemaat tersebut dapat bertumbuh serta
sesuai dengan kasih karunia yang dianugerahkan kepadanya.
Penggembalaan bila semata-mata dititik-beratkan terhadap
Pendeta dalam situasi gereja yang terus menerus ber-diaspora, akan sangat tidak efisien atau kesulitan mencapai tujuan
dan fungsinya. Kurang sebandingnya jumlah Pendeta dengan jemaat yang dilayani
menjadi salah satu alasan utama, yang
membuka peluang tidak merata dan tidak tersentuhnya semua warga jemaat. Di
samping hal di atas pfofesi dan kesibukan warga jemaat yang berbeda beda akan
menjadi batu sandungan bila penggembalaan hanya menjadi tanggung jawab Pendeta.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu metode kelompok sel (juma tanganan) untuk membantu pelayanan penggembalaan agar dapat
menyentuh semua warga jemaat.
Kelompok sel adalah bentuk kehidupan gereja di mana
kelompok-kelompok kecil orang-orang Kristen (sel) bertemu di rumah
masing-masing untuk saling membangun dalam Kristus dan saling menginjili orang-orang
yang belum selamat. Menghadirkan kelompok sel dalam gereja adalah salah satu
usaha dalam mendidik umat untuk memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan
gereja. Peranan kelompok sel yang menghasilkan pertumbuhan gereja yang dinamis
telah menjadi fenomena yang meliputi seluruh dunia. Gereja gereja yang paling
cepat pertumbuhannya adalah gereja-gereja yang sukses di dalam persekutuan
kelompok selnya. Melalui kelompok sel, penginjilan kepada jiwa-jiwa baru lebih
bisa terjangkau dan pemuridan dalam gereja menjadi lebih cepat dan ber-kesinambungan.[50]
Terdapat empat unsur atau komponen-komponen di dalam
kelompok sel antara lain: pengajaran,
penyembahan, persekutuan dan misi (Kisal Para Rasul 2:24-27), yaitu:
1.
Pengajaran
Dalam kelompok sel, pengajaran ini dilakukan melalui
penyelidikan Alkitab. Tetapi pikiran dan roh kita dapat juga bertumbuh dengan
membaca dan mendiskusikan buku-buku Kristen yang baik. Mengikuti
ceramah-ceramah, mendengarkan kaset-kaset atau secara pribadi membagikan
hal-hal yang kita pelajari dari Allah. Konsep Alkitabiah mengenai pengajaran
dinyatakan dalam Injil Yohanes pasal 15, yang dilukiskan dengan ilustrasi pokok
anggur dan ranting-rantingnya.” Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti ranting tidak dapat berubah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal di dalam aku...Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman-Ku tinggal
di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya. Dalam hal inlah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah
banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku (ohanes 15:4,7-8).
Salah satu fungsi
kelompok sel adalah mempelajari Alkitab untuk belajar tentang Allah, tentang
bagaimana Ia menginginkan kita hidup, dan mengenai bagaimana caranya kita
mempelajari Alkitab dengan lebih baik untuk diri kita sendiri. Ada macam-macam
cara mempelajari Alkitab, misalnya dengan cara merenungkan satu pasal,
mendengarkan ceramah atau khotbah, menyelidiki suatu tema, mempelajari karakter,
mempelajari kata demi kata, dan sebagainya. Semua cara ini baik dan benar.
Tetapi unuk lebih mengenal Allah dan mengetahui dan bagaimana Dia menginginkan
kita hidup dan dapat mempelajari Alkitab secara pribadi dan lebih baik, maka
cara penelaahan Alkitab secara induktif adalah cara yang paling baik. Dengan
cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai itu sendiri untuk menjawab apa
yang kita pertanyakan. Banyak orang cenderung menyukai kebenaran yang ditemukan
sendiri dengan cara menyelidiki Alkitab untuk menjawab pertanyaan yang
dibuatnya. Kebenaran yang ditemukan sendiri biasanya akan teringat lebih lama
daripada apa yang dikatakan orang lain. Metode ini akan memberikan keterampilan
pada kita untuk mempelajari Alkitab secara pribadi.[51]
2.
Penyembahan
Yaitu memuji dan memuliakan Allah dengan memusatkan
perhatian pada sifat-sifat, perbuatan-perbuatan-Nya. Kita memuja-Nya karena
keberadaan-Nya dan karena kita mengasihi Dia sebagai Baoa yang sangat baik.
Tujuan penyembahan ini adalah untuk menyenangkan hati Allah. Setiap orang pada
jemaat pertama memiliki rasa kagum pada Allah ( Kisah Para Rasul 2:43). Mereka
pergi ke bait Allah dengan teratur untuk menyembah Allah. Bahkan di rumah
masing-masing mereka juga menyembah Allah.
Sebuah kelompok sel dapat memuji Allah tidak hanya pada
waktu berdoa, tetapi juga melalui pujian-pujian dan membaca bagian Alkitab yang
berisikan pujian ( misalnya:Mazmur 96) atau puisi-puisi penyembahan. Menyembah
Allah dapat dilakukan dengan berlutut dalam doa atau mengangkat tangan kita.
Berdoa bersama-sama ( 1 Tesalonika 5:17-18). Menyembah Tuhan bersama-sama
dengan menyanyikan pujian , membagikan kesaksian-kesaksian tentang apa yang
telah Allah perbuat dalam hidup mereka (Kis. 4:23-24;16-25)
3.
Persekutuan
Yaitu persekutuan yang berpusatkan pada pengalaman kita
masing-masing sebagai orang Kristen yang saling kita bagikan. Tujuan dari
persekutuan adalah untuk menyatukan anggota-anggota kelompok dalam kasih dan
untuk membangunnya dan menjadikannya sebagai umat yang bersatu. Ini terjadi
ketika masing-masing anggota kelompok saling membagikan kebutuhan mereka,
mengakui dosa dan kesalahan masing-masing, saling menanggung beban, menolong
anggota lain, mengenal dan mengembangkan karunia-karunia rohaninya. Saling
memberikan semangat, mendengarkan dan berdoa bersama. Sebagai kelompok yang
bersekutu dengan Tuhan secara bersama, mereka semakin dekat satu dengan yang
lain di dalam tubuh Kristus (Efesus 4, 1 Korintus, Roma 1). Dua orang Kristen
saling berjanji untuk bertemu secara teratur dan bersama-sama berdoa adalah
mereka yang disebut “ Sahabat Doa”, orang Kristen yang saling mengikatkan diri
dalam hubungan yang khusus untuk berdoa. Membawa orang lain ke dalam kehidupan
doa, seseorang dituntut kesediaan untuk bersikap terbuka dan jujur terhadap
orang yang mendoakan.[52]
Dalam bagian persekutuan ini tugas seorang pemimpin
kelompok sel yaitu membatasi topik permasalahan yang akan di bahas dalam
masing-masing kelompok, yaitu topik pembahasan dalam sharing hanya sesuai dengan
tema atau pengajaran yang disampaikanoleh pemimpin kelompok sel dan diakhiri
dengan doa berantai.
4.
Misi
Misi adalah pelayanan keluar untuk membagikan kabar baik
tentang kasih Kristus kepada orang-orang yang membutuhkan. Misi menerapkan
kasih dan kuasa Allah untuk mengubah pribadi-pribadi dalam masyarakat. Tujuan
misi adalah menorong orang lain untuk mengenal Allah dan mejadi serupa dengan
Tuhan Yesus. Ini di mulai melalui
kelompok sel dan meuas sampai ke ujung bumi. Di dalam kelompok sel,
anggota-anggota akan dalam bidang penginjilan, tetapi tidak semua orang
mempunyai karunia untuk menginjili tetapi penginjilan akan berjalan bila semua
umat Tuhan belajar untuk mengungkapkan kesaksian-kesaksian mereka yang menarik.
Kelompok sel dapat bergerak dalam misi seperti, pengkabaran injil yang
dilakukan para anggota kelompok.
Kelompok sel sebagai wadah penggembalaan jemaat memiliki beberapa peranan atas gereja yang
dapat membangun pertumbuhan gereja dari segi kualitas dan kuantitasnya yaitu:
1.
Sarana pembinaan sistematis dan keseimbangan dalam iman
Alkitab adalah dasar kepercayaan dan kehidupan orang
Kristen. Namun kebanyakan dari mereka tidak berakar dari kenaran Alkita
tersebut, bahkan kadang kala kerohanian anggota jemaat semakin lama-semakin
menurun terkikis oleh faktor manusiawi atau karena realita hidup atas
pergumulan tertentu. Rasul Petrus mengingatkan dalam 2 Petrus 3:18, “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan
dalam pengenalan akan Tuhan jureselamat kita, Yesus Kristus.” Juga dalam 1
Petrus 3:15b, “...Dan siap sedialah pada
segala waktu memberi pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada
padamu tetapi haruslah dengan lemaah lembut dan hormat.” Jemaat perlu
memiliki keyakinan akan Firman Tuhan, namun memahami Firman Tuhan tidak cukup
diperoleh hanya dari khotbah di dalam kebaktian saja.
Meskipun khotbah dalam kebaktian Minggu disusun secara
sistematis untuk membina kerohanian jemaat, tetapi bila hanya didengarkan
secara pasif, khotbah-khotbah ini bisa saja dilupakan setelah beberapa
waku. Di dalam keompok sel angggota
jemaat dilibatkan dalam suatu pembahasan interaktif, dan Firman Tuhan digali
dan didiskusikan. Bukan hanya dibicarakan, Firman Tuhan juga dipraktekkan di
dalam kehidupan bersama dengan saling mengingatkan untuk selalu menjalani hidup
sesuai Firma Tuhan. pertumbuhan rohani tidak selalu bersandar pada penambahan
pengetahuan, tetapi banyak melalui realita kehidupan dan melalui persekutuan
ini, yang menyatakan Firman hidup yang menghidupi jemaat dalam kelompok sel
ini.[53]
2.
Memperkuat hubungan antar sesama jemaat Tuhan
Kehidupan
dunia di zaman akhir ini yang semakin sibuk dan keras menyebabkan banyak orang
tenggelam dalam kesibukan dan pergumulan hidup sehingga kehilangan komunikasi
yang wajar dengan sesamanya. Keadaan semacam ini juga melanda jemaat Tuhan.
dengan adanya persekutuan kelompok sel ini sesama anggota jemaat lebih memiliki
banyak kesempatan untuk saling memperhatikan, saling sharing dan saling mendoakan. Hal ini tidak dapat diberikan secara
maksimal oleh Kebaktian Umum hari Minggu yang lebih bersifat proclamation the word of God yang
bersifat satu arah saja.
Dengan
demikian melalui kelompok sel, sesama anggota dapat lebih membina relasi yang
erat, hangat dan saling memperhatikan. dalam kelompok sel dapat masing-masing
anggota dapat saling sharing
mengutarakan pengalaman dan perasaan pribadi. Melalui sharing ini kita dapat lebih mengenal karakter baik positif maupun
negatif sehingga dapat saling mengingatkan dan menguatkan. Diharapkan akan
terjalin suasana persekutuan yang dinamis, hangat, penuh kasih sehingga gereja
pun penuh dengan suasana kasih dan persaudaraan yang hangat. Ini sumbangsih
yang berarti dari kelompok sel terhadap penggembalaan terhadap gereja.
Dengan
aktifitas yang “ saling memperhatikan ”
ini kelompok sel dapat menjadi jaur komunikasi yang efesien dan efektif untuk
meneruskan informasi dari gereja kepada anggota jemaat. Demikian juga
sebaliknya melalui kelompok sel, gereja dapat segera mengetahui bila ada
kejadian penting yang dialami anggotanya. Kelompok sel juga dapat menjadi
penolong pertama bila ada kondisi darurat dialami seorang anggotanya, sebelum
ditangani oleh pengurus gereja yang terkait.[54]
3.
Mobilisasi dan pengkaderan pelayan dan aktivis
Kesempatan
bagi setiap orang untuk belajar melayani, memimpin pujian dan doa, dan
lain-lain menjadi lebih terbuka melalui kelompok sel, bila dibanding dengan
kebaktian umum. Biasanya orang yang baru atau belum pernah melayani, tidak
berani berdoa dan bersaksi atau memimpin pujian,dan lain-lain di depan banyak
orang, apalagi di hadapan orang-orang yang belum dikenalnya. Namun di dalam
kelompok sel mereka akan lebih mudah melakukannya karena sudah saling kenal.dan
ini sanga menolong kaderisasi pelayan dan aktivis gereja.
4.
Mendorong orang menerima Kristus dan mempercepat pertumbuhan gereja
Persekutuan
kelompok sel ini akan lebih memotivasi orang mencari jiwa dan mendorong orang
menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi. Pembinaan anggota
jemaat akan berjalan lebih sistematis dan terarah dalam kelompok sel mulai dari
orang yang belum percaya, baru bertobat, belum pernah melayani sampai menjadi
aktivis dan pengurus gereja. Hal-hal ini jelas akan mendorong pertumbuhan
gereja baik secara kualitatif dan kuantitaf.[55]
2.3.Metode Juma Tanganan yang
Ideal Bagi Jemaat Sebagai Wadah
Penggembalaan
Motivasi
kasih dalam Alkitab adalah memperhatikan, mempedulikan, mengabdikan diri,
membantu, menghibur, mengulurkan tangan, mengangkat menyokong, memberi makan,
embasuh kaki,mengikat pinggang, memberi minum, memberi tumpangan, memberi
pakaian, melayat, mengunjungi tahanan, memberi pertolongan bagi yang
membutuhkan.[56]
Juma Tanganan yang ideal sebagai wadah penggembalaan untuk
mencapai ke-idealannya harus memperhatikan beberapa bentuk penggembalaan dalam
pelaksanaannya: perkunjunagan, percakapan, persekutuan.
a.
Perkunjungan
Selain berkhotbah pelayanan yang paling
penting bagi jemaat adalah perkunjungan. Sebagaimana yang diungkapkan
Bons-Strom bahwa salah satu dari tujuan penggembalaan adalah mengunjungi
anggota jemaat satu persatu. Gembala mengunjungi anggota jemaatnya di manapun
mereka berada, apakah di rumah, tempat kerja, atau di suatu tempat yang telah
disepakati bersama. Prinsip ini telah dilakukan Allah terlebih dahulu, yang
mana sebagai gembala yang baik Dia mencari domba-domba-Nya yang hilang tersesat
dan tercerai berai. Dengan melakukan perkunjungan gembala akan lebih memahami
apa yang menjadi kebutuhan jemaatnya.
b.
Percakapan
Percakapan merupakan komunikasi yaang
dilakukan dua orang atau lebih, antara sorang dengan yang lain terjadi kontak
dalam sebuah dialog. Terdapat beberapa jenis percakapan, mulai percakapan yang
bias-biasa sampai kepada percakapan yang serius. Dalam percakapan terdapat isi
yang terkandung di dalamnya dan isinya tergantung pada jenis percakapan yang
dilakukan. Dalam pelayanan penggembalaan, percakapan memiliki peran yang sangat
penting. Percakapan di sini terjadi antara gembala dengan orang yang sedang
digembalakan. Hanya saja tidak boleh diabaikan dalam percakapan penggembalaan
tau lebih dikenal dengan percakapan pastoral yaitu mempercakpkan kebenaran
Firman Tuhan.[57]
Sehingga dalam percakapan, melalui Firman-Nya, Allah sebagai pihak ketiga hadir
dan turut berbicara dalam percakapan tersebut. Inilah salah satu yang
membedakan antara percakapan pastoral dengan percakapan-percakapan lain. Penggembalaan
menggunakan percakapan sebagai alat alat untuk menghubungi, menolong dan
membimbing orang lain.[58]
Dalam percakapan pastoral ada banyak hal dapat dibicarakan mulai dari masalah
praktis hingga kepada masalah yang paling prinsipil. Seperti yang dikutip oleh
Bons-Storm, H. Faber membedakan tiga macam percakapan pastoral: percakapan
mengenai hal-hal praktis; percakapan tentang hubungan dengan orang lain; dan
percakapan mengenai persoalan dalam hubungan dengan Allah.[59]
Tujuan percakapan pastoral dalam metode juma tanganan adalah untuk memahami dan mengerti persoalan
atau kebutuhan rohani yang sedang digembalakan. Melalui percakapan pastoral
akan terjadi sebuah komunikasi yang menghadirkan Allah sebagai pihak ketiga dan
membuka peluang untuk saling bertukar pikiran tentang persolan dan kebutuhan
untuk diperhadapkan dengan Firman Tuhan. Akan tetapi dalam percakan pastoral
ini seorang gembala lebih disarankan untuk lebih banyak mendengarkan., ia tidak
boleh memonopoli percakapan. Hal yang paling inti/terpenting dalam percakapan
pastoral adalah “saling menerima”[60],
mendengarkan, memperhatikan dan memahami apa yang dikatakan oleh teman
bicaranya.
c.
Persekutuan
Persekutuan merupakan terjalinnya relasi
antara manusia denan Allah , antara manusia dengan sesamanya.[61]
Di dalam persekutuan manusia mendapat bagian di dalam keselamata yang
dianugerahkan Allah melalui anak-Nya Yesus Kristus bukan hanya untuk pribadi
melainkan untuk semua orang. Setiap orang yang telah memperoleh keselamatan
memiliki tanggung jawab untuk membagikannya kepada orang yang lain.[62]
[1] E. P. Ginting. S, Gembala dan
Penggembalaan,( Kabanjahe: Perc. GBKP Abdi Karya, 2002), 5-6
[2] Peter Wongsu, Theologi
Penggembalaan,( Malang:Departemen Literatur SAAT, 2001),1
[3]..., Ibid, 7
[4] Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, ( Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2003),
9-10
[5] ..., Ibid, 12
[6] Hasil Wawancara
, Mannes Purba (Pendeta GKPS), selasa 28
Agustus 2019, pukul 17.00 WIB
[7] Hasil Wawancara,
Devid Hendriko Saragih, (Pendeta GKPS), Selasa 28 Agustus 2019: Kantin STT Abdi
Sabda Medan, pukul 10.00 WIB
[8] Tata Gereja Dan Peraturan-Peraturan GKPS, (Pematang Siantar, Kolportase
GKPS, 2013), 26
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat
Bahasa Edisi Ke Empat, s.v, Oleh Departement Pendidikan Nasional, 539
[10]...Ibid, 946
[11] Joel Comiscey, Ledakan Kelompok Sel, diterjemahkan oleh
Vieralisa (Jakarta: Metanoia, 1998),
19
[12] C. Peter Wanger, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh (Malang: Gandum
Mas, 1990),
19
[13]http://lasyagustin.blogspot.com/2014/05/makalah-pertumbuhan-gereja-peran.html, Diakses Minggu 24 Agustus 2019, pukul 23.00 WIB
[14] John M. Echols
dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-
Indonesia,(Jakarta:PT Gramedia, 1996), 281
[15] Fritz Reinecker, A Linguistic Key to The Greek New Testament,(Michigan:
Zondervan Publishing House, 1980), 267
[16]Barclay M. Newman
Jr, Kamus Yunani- Indonesia, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 1996), 144
[17] Joel Comiscey, Ledakan Kelompok Sel, diterjemahkan oleh
Vieralisa (Jakarta: Metanoia, 1998),
26
[18] Data Statistik, ” Kehadiran Warga Jemaat GKPS Sinondang Resort Baringin Raya, Tahun
2018”
[19] Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Pendidikan-kompetensi
dan Praktiknya, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003) 92-96.
[20] Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, (Bandung:
Tarsito, 1982), 36.
[21] Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi
Dan Praktiknya, 92-96.
[22] Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Pendidikan-kompetensi
dan Praktiknya, 92-96.
[23]. Howard
Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan
dan Konseling Patoral: Sumber-sumber untuk Pelayanan Penyembuhan dan
Pertumbuhan. Terj. B. H. Nababan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 32
[24] Pemimpin
jemaat seperti Pendeta, Penatua, Diaken yang dipilih dan ditahbiskan sebagai
pelayan gereja, bisa juga warga jemaat biasa yang telah terlatih melaui
pembinaan untuk melakukan pelayanan penggembalaan.
[25] E.P. Gintings, Konseling Patoral:Penggembalaan Kontekstual , 12
[26]Dasarnya
Pendeta merupakan seorang yang telah dipanggil untuk pelayanan khusus. Sebelum
menjadi seorang Pendeta, mereka telah dilatihdan dipersiapkan untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab sebagai Pendeta, di antaranya adalah untuk melakukan pelayanan
penggembalaan. Pendidikan teologi yang
diperolehnya menolong memperlengkapinya dengan sumber dengan kecakapan yang
perlu untuk digunakan sebagai guru, pembimbing dan pelatih kehidupan rohani dalam
semua aspek pelayanannya. Clinibell, Tipe-tipe
Dasar, 133
[27]J. L. Ch.
Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Efesus,(Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009), 134
[28] E. P. Gintings, Konseling Pastoral, Penggembalaan Kontekstual, 13
[29] Clinebell, Tipe-tipe Dasar, 34, 44
[30] Borns-Strom, Apakah Penggembalaan Itu?, 1
[31] Tidball, Teologi Penggembalaan, 53
[32] Tidbal, Teologi Penggembalaan, 40
[33] E.P. Ginting, Konseling
Pastoral,Penggebalaan Kontekstual, 18
[34]Bruce Larson,
“Biarkan Kaum Awam Menggembalakam” dalam buku Pelayanan Penggembalaan yang Ideal,( Malang: Gandum Mas, 1996),30
[35] Merupakan
pelayanan dan perhatian pelayan terhadap jemaat, pelayanan yang mencakup “
manusia seutuhnya”, pelayanan yang memperhatikan situasi yang berbeda;beda,
pelayanan yang berlangsung dalam pertemuan dan percakapan, pelayanan yang
verdasarkan iman dan persekutuan Kristiani, serta pelayanan yang bersama-sama
dengan pelayanan organisasi-organisasi lain yang terarah pada masyarakat.
Abineno, Pedomana Praktis...,14
[36] Abineno, Pedoman Praktis..., 48-66
[37] Clinebel, Tipe-tipe Dasar, 53-54 Lih. Krisetya, Teologi Pastoral, 10-11
[38]J. D. Douglos
(peny) Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (
Jilid A-l), (Jakarta: YKBK, 2011), 330
[39] Krisetya, Teologi Pastoral, 2
[40] Abineno, Penggembalaan, 18
[41] Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral,
12
[42]Bruce Larson, Biarlah Kaum Awam menggembalakan, 30
[43] Abineno, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral,
9
[44]Hasil
Wawancara, Pdt. DR. Jontor Situmorang,
( Pendeta GKPS, Dosen STT Abdi Sabda Medan), Senin, 27 Juli 2020, Via Whatshap
[45]. Timotius
Sukarman ,Gereja Yang Bertumbuh &
Berkembang, 123
[46]Alkitab, (
Jakarta: Lembaga Alkita Indonesia, cetakan,2014 )
[47]Jahja
Iskandar, Tetap Mekar Di Masa Sukar,
(Jakarta: PATMOS, 1998), 15
[48]Hasil
Wawancara, Pdt. DR. Jontor Situmorang, (Pendeta GKPS,Dosen STT Abdi Sabda Medan),
Senin 27 Juli 2020,
Via Whatshapp
[49] Krisetya, Teologi Pastoral,8
[50] Joel
Comiskey, Menuai Tanpa Batas (Jakarta:
Metanonia, 2003), 80
[51]Steve Barker,
dkk, Pemimpin Kelompok Kecil,65-70
[52] Steve Barker,
dkk, Pemimpin Kelompok Kecil, 70-75
[53].Timotius
Sukarman, Gereja yang Bertumbuh dan
Berkembang,122-123
[54]Joni Cahyono, Panduan Kelompok Kecil (Jakarta: Sub
Bidang Pembinaan Warga Gereja, 2012), 10-11
[55]....., Ibid, 12
[56]Bruce Larson, Biarkan Kaum Awam Menggembalakan, 30
[57]J. L. CH.
Abineno, Percakapan Pastoral, ( Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2004), 5
[58] Bons-Strom, Apakah Penggembalaan Itu?, 57
[59]....,Ibid, 62
[60]Percakapan
tentu akan tidak maksimal jika antara gembala denganorang yang sedang
digembalakan tidak saling menerima. Terlebih lagi sebagai seorang gembala, ia
harus benar-benar dapat menerima segala keberadaan orang yang sedang dilayani.
[61]G, Reimer, Jemaat yang Dakonial: Perspektif Baru
dalam Pelayanan Kasih Nasional dan Internasional, (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih OMF,2004), 51
[62]J. L. Ch.
Abineno, Jemaat: Wujud, Peraturan,
Susunan, Pelayanan dan Pelayan-pelayannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1965), 26
Komentar
Posting Komentar