Karakter dan Gaya Kepemimpinanku Sebagai Calon Pemimpin di Gereja dan Masyarakat Khususnya Dalam Zaman Era Revolusi Industri 4.0

I.       Latar Belakang Masalah

Topik mengenai kepemimpinan terasa semakin penting sebab tatkala orang semakin gencar membicarakan dan memperebutkannya sebagai penentu keberhasilan dari suatu pekerjaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kepemimpinan memiliki peranan penting dalam menentukan maju mundurnya suatu organisasi atau kelompok[1] . Fenomena penting yang perlu dikaji oleh manusia adalah mengamati dan meneliti dengan seksama tentang keadaan dunia yang modern ini secara kritis. Dunia tempat manusia hidup, berada dalam keadaan krisis karakter kepemimipinan secara komperhensif. Manusia dan sesamanya dalam realitas sosial cenderung memposisikan diri sebagai ancaman bagi orang lain. Kenyataan ini termanifestasi pada perilaku-perilaku manusia dalam interaksi sosial ditunjukan dalam beberapa peristiwa seperti: pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, korupsi,nepotisme. Hal ini tentunya merupakan fenomena riil karena krisis karakter kepemimpinan.[2] Pemimpin Kristen perlu memberikan respon berdasarkan Alkitab terhadap masalah-masalah universal lainnya seperti kepincangan-kepincangan ekonomis dan hak asasi manusia, di bidang sosial terdapat masalah tempat dan tenaga kerja, diskriminasi, kebodohan, kemelaratan, kekayaan di tangan sepihak. Persamaan dan perbedaan antara pria dan wanita dengan seluk-beluk tuntutan feminisme untuk kesamaan hak, perkawinan,keluarga dan perceraian, problema aborsi, homoseksual dan lain-lain[3]. Tetapi kenyataanya pemimpin sekarang ini sudah banyak yang tidak memiliki kemampuan untuk bersikap seperti apa yang dia miliki dan tidak mampu bersikap siapa dia sebenarnya dan tidak berani mengungkap kebenaran dikarenakan situasi yang membuat seorang pemimpin itu tidak lagi mambu mengungkapkan kebenaran. Hal ini lah yang banyak meresahkan banyak jemaat karena dalam kepemimpinan gereja pun sudah tidak lagi menjalankan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah, karena sudah mengalami ikatan kepada orang lain sehingga tidak mampu untuk jujur dan tidak memiliki keberanian. Jadi dalam hal ini saya sebagai calon pemimpin dimasa depan memberikan sumbangsih atau ingin menunjukan bagaimana karakter dan gaya kepemimpinan saya nantinya khususnya dalam era refolusi industry 4.0.

II.    Pembahasan

2.1. Pengertian

Menurut  Jahenos Saragih dalam bukunya “Manajemen Kepemimpinan Kristen”, memaparkan kepemimpinan adalah cara atau teknik pimpinan atau manajer untuk mengarahkan dan menyuruh orang lain agar mau mengerjakan apa yang ditugaskan.[4] Kemudian menurut P. Octavianus  dalam bukunya “Manajemen dan Kepemimpinan Kristen Menurut Wahyu Allah”,  meneladani kepemimpinan Yesus Kristus berarti memanifestasikan kehadiran-Nya di bumi, untuk memperbaharui hidup dan memberikan hidup yang kekal kepada manusia.[5] 

Kata kepemimpinan merupakan kata jadian yang berasal dari kata pemimpin. Kata pemimpin sendiri merupakan kata jadian yang berasal dari kata pimpin, keta pemimpin memiliki arti orang yang memimpin. Memimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina mengatur, menuntun menunjukkan dan memengaruhi. Jadi seorang pemimpin adalah orang yang mengarahkan, membina mengatur. Dengan demikian pemimpin mempunyai tanggungjawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin. Teknik kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dari suatu kepemimpinan. Teknik kepemimpinan dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat melakukan apa yang kita inginkan. Efektifitas dan keberhasilan dari pemimpin adalah bagaimana kemampuan pemimpin tersebut dalam mengelola dan mengimplementasi kepemimpinan sesuai dengan keadaan dan kondisi organisasi tersebut. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang gembala dalam mengarahkan, mempengaruhi mendorong dan mengendalikan jemaat yang dipimpin untuk bisa melakukan Firman Tuhan, pelayanan atas kesadarannya dan sukarela dalam mencapai suatu tujuan, berdasarkan sifat, perilaku dan karakter pemimpin. Gembala adalah pemimpin atas sekelompok umat Allah yang dipercayakan Tuhan berada di bawah kepemimpinannya. Alkitab telah menetapkan beberapa criteria dalam memimpin umat Allah dan sebagian criteria tersebut tertulis dalam 1 Petrus 5. Sekses tidaknya sebuah pelayanan gereja sangat bergantung pada factor tersebut. Kepemimpinan seorang gembala bisa mempengaruhi pertumbuhan jemaat, dapat membuat jemaat yang dipimpinnya semakin bersemangat atau sebaliknya malah mengendur.[6]

2.2. Hakikat Kepemimpinan

Kendatipun dalam kepemimpinan menjangkau eksistensi manusia, akan tetapi kepemimpinan tidak boleh dimengerti secara sempit sebab dalam kepemimpinan ini elemen dasar tidak bisa diabaikan. Kepemimpinan ini Clinton memaparkannya bahwa yang harus diperhatikan: “Pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi kepemimpinan.[7] “Kejujuran amat esensial bagi kepemimpinan, bagaimanapun, jika kita ingin pengikut demi seseorang pertama-tama ingin meyakinkan diri kita sendiri bahwa orang tersebut sanggup memikul kepercayaan yang kita berikan. Kita ingin tahu apakah orang tersebut bisa dipercaya, memegang teguh etika dan prinsip. Kita ingin benar-benar yakin akan integritas dari pemimpin kita.[8]

2.3. Karakter dan Gaya Kepemimpinanku Sebagai Calon Pemimpin di Gereja dan Masyarakat Khususnya Dalam Zaman Era Revolusi Industri 4.0

Ketika berbicara tentang karakter dan gaya seseorang dalam memimpin sebuah kelompok maupun organisasi pasti memiliki karakter dan gaya tersendiri dan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun perlu juga diketahui bahwa setiap kepemimpinan itu harus menjangkau setiap apa yang dipimpinya bahkan harus memberikan yang terbaik kepada yang dipimpinya melalui karakter dan gaya kepemimpinanya. Saya sangat kagum dengan model kepemimpinan Hana yang tertulis dalam Lukas 2:36-38. Yang menceritakan bagaimana dia menunjukan kejujuran dan keberanianya dalam mengungkapkan siapa sebenarya dirinya yang sangat membutuhkan pertolongan dari Yesus Kristus. Saya sebagai calon pemimpin dimasa depan nantinya ingin memberikan karakter dan gaya kepemimpinan “Autensitas” yang selalu mampu mengungkapkan kebenaran dan harus mampu jujur dan tidak boleh terikat dengan orang-orang yang ingin memperdaya integritas saya sebagai pemimpin nantinya. Saya juga harus menunjukan sikap saya apa adanya seperti pemimpin yang diharapkan oleh Allah.  Tuntutan perubahan yang tak terelakkan dalam era Revolusi 4.0 akan menuntut pemimpin gereja mampu memanifesatsikan dirinya sebagai pemimpin yang setia dalam memperlihatkan perannya sebagai garam dan terang di gereja. Sebagaimana kehadiran Kristus yang hakekatnya mengubah kehidupan manusia ke arah yang lebih bermakna bermakna dan bermartabat. Melalui kepemimpinan. Dalam perkembangan zaman  pada revolusi ini akan banyak mempengaruhi sistem kepemimpinan dari seorang pemimpin, banyak pemimpin yang akan melakukan pelayanan yang serba instan bahkan tidak akan meperhatikan jemaatnya lagi, dalam era rovolusi ini juga mempengaruhi sistem pemikiran dari pemimpin gereja untuk lebih mengikuti perkebangan zaman dan melakukan pelayanan yang lebih cepat dilakukan tanpa memberikan kasih terhadap orang-orang yang membutuhkan pelayanan kasih. Schneiders menyatakan bahwa firman Tuhan yang diberikan kepada orang percaya dalam Perjanjian Baru adalah firman pembebasan yang dimaksudkan bukan hanya untuk orang Kristen abad pertama tetapi juga untuk setiap generasi orang percaya. Dengan demikian, pembebasan ini tidak hanya untuk kaum laki-laki, tetapi juga bagi kaum perempuan untuk terlibat dalam pelayanan bagi Tuhan.

Seiring dengan berkembangnya zaman, dalam Era Revolusi Industri 4.0 ini, gereja juga tidak boleh tutup mata akan hal ini. Perempuan sudah terlibat dalam pelayanan peribadatan, namun mereka juga dapat terlibat dalam pelayanan kepemimpinan. Dari Lukas 2:36-38 ini tampak peran kaum perempuan dalam memaklumkan kehendak Allah melalui kisah hidup Hana. Kisah ini juga menjadi inspirasi sekaligus tonggak bagi Gereja dalam meningkatkan peran dan keterlibatan kaum perempuan dalam memimpin. Ada banyak hal yang masuk ke dalam suatu gereja yang sehat dan pelayanan yang berbuah, tetapi di sini kita melihat dua faktor paling penting untuk menjadi seorang Kristen yang sehat dan suatu gereja yang sehat.

III. Daftar Pustaka

Edwin A. Locke & Associates Esensi Kepemimpinan  Jakarta : Spektrum, 1997

Nelson, Alan E., Spirituality and Leadership, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002

Octavianus, P.., “Manajemen dan Kepemimpinan Kristen Menurut Wahyu Allah”, Malang: Gandum Mas, 1988

Rogers, Robert, The New Kinguistic And Exegetical Key To The Greek New Testement, 577

Rush, Myron, Manajemen Menurut Pandangan Alkitab Malang : Gandum Mas,2002

Saragih, Jahenos., Manajemen Kepemimpinan Kristen, Jakarta: Suara Gereja Kristiani Yang Esa, 2009

Tidball, Derek J. Teologi Penggembalaan. Malang:Gandum Mas, 1998

Tomatala, Yakob, Kepemimpinan, Jakarta: BPK GM, 2002



[1] Tidball, Derek J. Teologi Penggembalaan. (Malang:Gandum Mas, 1998), 29

[2] Alan E. Nelson, Spirituality and Leadership (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2002) , 29.

[3] Myron Rush, Manajemen Menurut Pandangan Alkitab (Malang : Gandum Mas,2002), 10

[4] Jahenos Saragih., Manajemen Kepemimpinan Kristen, (Jakarta: Suara Gereja Kristiani Yang Esa, 2009), 148.

[5] P. Octavianus., “Manajemen dan Kepemimpinan Kristen Menurut Wahyu Allah”, (Malang: Gandum Mas, 1988), 227.

[6] Robert Rogers, The New Kinguistic And Exegetical Key To The Greek New Testement, 577

[7] Yakob Tomatala, Kepemimpinan, (Jakarta: BPK GM, 2002) 25.

[8] Edwin A. Locke & Associates Esensi Kepemimpinan ( Jakarta : Spektrum, 1997 )  35

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelayakan Usaha Kerajinan Keranjang Bambu

Teologi Sistematika